Dimotori Cak Anam, Penganut NU Khittah Dukung Khofifah!

Reporter : -
Dimotori Cak Anam, Penganut NU Khittah Dukung Khofifah!
AKTIVIS NU BERKUMPUL: Mantan Koordinator Litbang PW Ansor Jatim, Ahmad Subhan (kanan) dan salah seorang pengasuh Ponpes Annuqayah, Guluk-Guluk Sumenep, KH Muhtam Muchtar menggagas Penganut NU Khittah. | Foto: Barometerjatim.com/ROY HASIBUAN

SURABAYA, Barometerjatim.com - Sejumlah aktivis Nahdlatul Ulama (NU) -- terdiri dari mantan pengurus PMII, GP Ansor maupun Fatayat Jatim -- serta kiai dari Madura, Tapal Kuda dan Pantura, berkumpul di kantin Gedung Museum NU, Jalan Gayungsari Timur, Surabaya, Rabu (1/112017) sore.

Dimotori mantan Ketua GP Ansor dan DPW PKB Jatim, Choirul Anam, mereka menggagas satu wadah, komunitas NU kultural yang diberi nama: Penganut Khittah Nahdliyah alias Penganut NU Khittah.

"Ini (gagasan membentuk Penganut NU Khittah) adalah bentuk keprihatinan melihat situasi sekarang, bahwa NU banyak terinfiltrasi persoalan-persoalan politik," terang Ahmad Subhan, salah seorang penggagas.

Sehingga, lanjut Subhan, membentuk organ Penganut Khittah Nahdliyah dirasa penting mengingat tahun depan ada hajatan politik, Pilgub Jatim 2018 dan sejumlah kader NU akan 'bertarung' di dalamnya. Yakni  Khofifah Indar Parawansa, Saifullah Yusuf dan Abdullah Azwar Anas.

"Bagi kami para kader NU tulen yang berkumpul di sini, ada alumni PMII, Ansor dan lainnya, urgen sekali membentuk (komunitas) ini karena kami punya pandangan lain bahwa NU harus diselamatkan (dari politik berorientasi kekuasaan)," tandas alumnus PMII yang pernah menjabat koordinator Litbang PW GP Ansor Jatim tersebut.

Salah satu cara untuk menyelamatkan NU, lanjut Subhan, yakni mengajak kader NU agar mendukung Khofifah karena dalam berpolitik tidak pernah keluar dari "9 Pedoman Politik Warga NU" yang dicetuskan dalam Muktamar ke-28 NU di Krapayak, Yogyakarta, 1989.

Bukankah Saifullah dan Anas juga kader NU? "Kalau Mbak Khofifah beda. Dari prosesnya, mulai kecil, dalam pergerakan dan berorganisasi (IPPNU, PMII, Fatayat sampai Muslimat NU) sampai berpolitik (PPP dan PKB) tak pernah keluar dari garis NU. Jadi Mbak Khofifah ini benar-benar kader murni NU," jelasnya.

Apakah tidak khawatir akan berbenturan dengan para kiai di struktur PWNU? "Sangat tidak khawatir. Beliau-beliau itu mungkin mendukung Gus Ipul (Saifullah Yusuf) sifatnya hanya sesaat," katanya.

Sesaat dalam arti, jelas anggota IKA PMII itu, para kiai di struktural PWNU tidak diperlihatkan secara komprehensif terkait analisa sosial di lapangan.

"Saya tidak mengatakan pragmatis, tidak! Tetapi barangkali kiai-kiai itu hanya disilaturahimi dari sebagian pihak saja. Tidak melihat secara langsung bagaimana faktanya di bawah (yang lebih banyak mendukung Khofifah)," katanya.

Relawan Khofifah

Sementara Cak Anam -- sapaan akrab Choirul Anam -- menambahkan, setelah dikaji, memang hanya Khofifah yang berpolitik sesuai dengan 9 Pedoman Politik Warga NU.

"Kalau (calon) yang lain jadi (gubernur), berat perjuangan kita dalam menegakkan khittah Nahdliyah. Karena itu kita akan menjadi relawan Khofifah," kata tokoh NU yang mantan Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU) itu.

"Kita dukung dan kita rela Khofifah jadi gubernur, karena itu kita sebut relawan. Rela kamu Khofifah jadi gubernur, rela! Itu mengapa kita disebut relawan. Tapi (calon) yang lain kita enggak rela. Kenapa? Itu tadi, kita bakal susah menegakkan khittah Nahdliyah.

Selebihnya, selain kader NU asli yang terbaik dan istiqomah, selama ini Khofifah berperilaku politik santun. Berpolitik ala NU yang mengedepankan nurani dan moral agama.

Terkait Pilgub Jatim 2018, Khofifah bahkan tak pernah 'memanfaatkan' wibawa kiai atau mengutus sejumlah kiai ke ketua umum Parpol untuk mengusungnya sebagai bakal bakal Cagub. Selian itu, Khofifah dinilainya sosok pemimpin yang amanah.

"Semua berharap Khofifah menjadi gubernur Jatim, terutama masyarakat miskin dan jutaan warga Muslimat NU," tegas Cak Anam.{*}

Simak berita terukur barometerjatim.com di Google News.