Loopis Emas dan Kue Apen, Kelezatan Khas Pulau Garam

-
Loopis Emas dan Kue Apen, Kelezatan Khas Pulau Garam
LOOPING EMAS MADURA: Siti Romlah, pedagang loopis emas di Jalan Raya Perenduan, Kecamatan Peragaan, Sumenep, Madura. | Foto: Barometerjatim.com/WIRA HARLIJADI MENIKMATI kuliner khas Madura seolah tak ada habisnya. Termasuk mencicipi kelezatan dua makanan tradisional khas Pulau Garam: Loopis emas dan kue apen. Keduanya terasa nikmat di lidah: Sama-sama manis. Membuat penikmatnya bakal ketagihan, hampir tak bisa hanya sekali mencobanya. Loopis Emas Makanan ini terbuat dari beras ketan. Berbentuk segitiga dengan dibungkus daun pisang. Cara menyajikannya di atasĀ  pincuk, diberi parutan kelapa dan gula merah. Gigitan pertama dengan campuran parutan kelapa dengan lumeran gulanya: Hemm.. Baca: Manjakan Selera Lewat Cita Rasa Negeri Matador Adalah Siti Romlah, pedagang panganan ini. Usianya sudah 57 tahun. Dia begitu gesit, meski rambut di kepala mulai diwarnai uban. Dia menjual loopis emas di Jalan Raya Perenduan, Kecamatan Peragaan, Sumenep. Harga perporsinya cuma lima ribu rupiah. Mengapa disebut loopis emas? Sebenarnya kata "emas" hanya tambahan sebutan saja, karena perhiasan emas murni yang menghiasi pergelangan lengan kanan dan kiri penjualnya. LOOPING EMAS: Terbuat dari beras ketan. Berbentuk segitiga dengan dibungkus daun pisang. | Foto: Barometerjatim.com/WIRA HARLIJADILOOPING EMAS: Terbuat dari beras ketan. Berbentuk segitiga dengan dibungkus daun pisang. | Foto: Barometerjatim.com/WIRA HARLIJADI LOOPING EMAS: Terbuat dari beras ketan. Berbentuk segitiga dengan dibungkus daun pisang. | Foto: Barometerjatim.com/WIRA HARLIJADI Belum lagi kalung yang menjuntai di lehernya. Ketika dia melayani pembeli, kerap bunyi kemrincing dari kedua lengannya. Sehingga, dari mulut ke mulut disebutlah loopis emas. "Kalau kata orang-orang begitu, saya ya nurut saja, karena hanya berjualan, kata Romlah dengan logat Madura yang kental. Baca: Nikmati Sensasi Tengkleng Kurma saat Berbuka Puasa Rasa yang bikin ketagihan, membuat loopis buatan Romlah laris manis. Kalau waktu sudah masuk pukul 15.00 WIB, dia sudah menutup dagangannya. Romlah mengaku sudah berjualan loopis emas sejak 1982. Lokasinya tak berpindah, di pinggir stan cemilan khas Sumenep. "Dijalani saja, alhamdulilah bisa menyekolahkan anak-anak dari hasil berjualan," katanya. Apen Dulit Kue ini sudah tak asing lagi bagi masyarakat Madura, termasuk Sumenep. Lebih cocok dinikmati saat pagi hari bersama teh hangat. Bahan bakunya terbuat dari tepung beras, santan, ragi dan kelapa. Kue apen juga ada topping sausnya yang berbahan gula merah, jahe dan kayu manis serta daun pandan. Butuh sedikit 'perjuangan' untuk bisa menikmati makanan ini. Maklum, dari beberapa pembuat kue apen, yang paling legendaris berada di Desa Pinggirpapas, Kecamatan Kalianget. Baca: Di Malang Ada Burger Om Telolet Om Daerah tersebut berada di pesisir mendekati ujung pulau Madura. Melalui hamparan tambak garam yang berhektar-hektar, hingga akhirnya menemukan rumah perajin kue ini. Harganya cukup murah, lima sampai sepuluh ribu setiap porsinya. Untuk satu bungkus porsi isinya lima butir apen, berbentuk bulat. APEN DULIT: Lebih cocok dinikmati saat pagi hari bersama teh hangat. | Foto: Barometerjatim.com/WIRA HARLIJADIAPEN DULIT: Lebih cocok dinikmati saat pagi hari bersama teh hangat. | Foto: Barometerjatim.com/WIRA HARLIJADI APEN DULIT: Lebih cocok dinikmati saat pagi hari bersama teh hangat. | Foto: Barometerjatim.com/WIRA HARLIJADI Tiba di Desa Pinggirpapas, tanya saja nama Atun. Pasti warga sekitar akan langsung mengarahkan ke rumahnya. "Iya, insyallah banyak yang sudah tahu saya berjualan Apen," kata Atun. Disebut apen dulit, karena ukuran apen mungil tersebut dimakan bersama saus dengan cara didulit atau dicocol. Baca: Pantai Pandanan Disiapkan Khusus untuk Perempuan Makanan ini begitu khas, lantaran tak banyak yang menjual. Terlebih, saat ini kuliner tersebut sudah sangat jarang dijual di Kota Sumenep. "Kalau mau beli harus pesan dulu, karena cepat habis, katanya. Loopis emas dan apen dulit ini adalah 'makanan rakyat'. Rasanya lebih lezat jika dibandingkan dengan kuliner kekinian yang lebih mengedepankan penampilan dan persaingan harga. Mau coba?
Simak berita terukur barometerjatim.com di Google News.