Khofifah Tolak Istilah Anak Nakal, Advokat: Giliran Jatim Dihantam Korupsi Bungkam!

Reporter : -
Khofifah Tolak Istilah Anak Nakal, Advokat: Giliran Jatim Dihantam Korupsi Bungkam!
AMBIL SUBSTANSINYA: Syafi', Khofifah tak perlu pertentangkan istilah anak nakal. | Foto: Barometerjatim.com/RQ

SURABAYA | Barometer Jatim – Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa menolak dibanding-bandingkan dengan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi dalam menangani anak bermasalah. Dia bahkan menolak sebutan "anak nakal”, karena pada dasarnya anak terlahir fitroh (bersih).

Bagi Advokat Syafi', Khofifah tak perlu mempertentangkan istilah anak nakal. Justru substansi yang dilakukan gubernur yang akrab disapa KDM (Kang Dedi Mulyadi) itu, seharusnya menjadi inspirasi untuk melakukan terobosan dalam mengatasi anak nakal di Jatim.

“Bukan istilahnya yang dipertentangkan, terus tidak ada tindakan dalam mengatasi kenakalan anak di Jatim. Saya khawatir, nanti istilah korupsi diubah dengan 'shodaqoh' sama Gubernur Jatim,” katanya, Minggu (18/5/2025).

Terlebih, tandas Syafi', di Jatim saat ini sedang darurat korupsi. Mulai dari kasus dana hibah yang sudah memenjarakan 4 orang dan 21 lainnya berstatus tersangka, kredit fiktif Bank Jatim, hingga dugaan penyelewengan di Dinas Pendidikan senilai Rp 65 miliar.

“Ini ada istilah anak nakal saja dibesar-besarkan, giliran Jatim bertubi-tubi dihantam kasus korupsi Khofifah bungkam. Sungguh sebuah sikap yang sangat tidak bermutu,” ucapnya.

Punya SMA Taruna

Sebelumnya saat diwawancarai wartawan di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Kamis (15/5/2025), Khofifah menolak dibanding-bandingkan dengan KDM terkait penanganan anak nakal.

Wis wis rek! Ojo membanding-bandingkan rek, wes toh!” katanya. Kalau tak mau dibanding-bandingkan dengan KDM, lantas apa yang dilakukan Khofifah untuk menangani anak nakal di Jatim?

“Ya Allah, sampeyan (wartawan) ndak boleh lho. Saya itu sangat tidak setuju (mereka) disebut anak nakal. Saya selalu bilang anak nakal, nakal adalah N akal. N itu tidak terhingga, akal tidak terhingga," ucapnya.

Sampeyan kan tahu kita punya sekolah-sekolah taruna. Saya tidak menyebut anak nakal, karena pada dasarnya anak itu terlahir putih, fitrah. Penyebutan pun menurut saya hati-hati sekali,” sambungnya.

Khofifah kemudian menjabarkan, ajaran nabi menyebut bahwa anak-anak terlahir dalam keadaan fitrah. Tapi kemudian diberi warna A, B, C, itu merupakan tanggung jawab kita semua.

Kalau sekolah untuk menguatkan karakter, tandasnya, Pemprov Jatim sudah mendapatkan warisan dari Gubernur Jatim sebelumnya, Soekarwo alias Pakde Karwo berupa SMA Taruna Nala di Malang dan SMA Taruna Angkasa di Madiun.

“Itu zaman Pakde. Zaman saya melanjutkan SMA Taruna Brawijaya (Kediri), SMA Taruna Bhayangkara (Banyuwangi), SMA Taruna Madani (Pasuruan) dan sekarang ini kita menyiapkan SMA Taruna Pamong Praja, kerja samanya dengan IPDN di Bojonegoro,” jelasnya.

Jadi sebetulnya, lanjut Khofifah, penguatan karakter anak yang diharapkan menjadi speaker nasionalisme, speaker kenusantaraan, dan speaker kebangsaan berada di SMA-SMA Taruna tersebut.

“Saya dengan segala permohonan, jangan menyebut anak nakal. Dia terlahir suci, dan saya makanya nakal itu N akal, akalnya tidak terhingga,” ujarnya.

Jadi Khofifah tidak setuju dengan langkah KDM mengirim anak yang dianggap nakal ke barak militer?

“Ya Allah, aku jangan dibawa ke arah sana ya. Jadi, enggak usah kawan-kawan membanding-bandingkan, kita punya cara bagaimana bisa menyiapkan anak-anak berkarakter. Karakter apa? Karakter kebangsaan, keindonesiaan, nasionalisme,” ucapnya.{*}

| Baca berita Pemprov Jatim. Baca tulisan terukur Andriansyah | Barometer Jatim - Terukur Bicara Jawa Timur

Simak berita terukur barometerjatim.com di Google News.