Ekonomi Jatim Triwulan III 2025 Tumbuh Melambat 5,22%, Peringkat 4 se-Jawa!
SURABAYA | Barometer Jatim – Kecuali Papua Barat (-0,13%) dan Papua Tengah (-16,11%), data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat seluruh provinsi di Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2025 secara year-on-year (y-o-y). Maluku Utara teratas dengan pertumbuhan sebesar 39,10 persen.
Bagaimana dengan Jawa Timur? Provinsi yang dipimpin Gubernur Khofifah Indar Parawansa itu tidak masuk 10 besar atau berada di peringkat 14 dengan pertumbuhan 5,22%.
Secara berurutan, 10 besar pertumbuhan tertinggi yakni Maluku Utara 39,10%, di bawahnya menyusul Sulawesi Tengah 7,79%, Kepulauan Riau 7,48%, Bali 5,88%, Sulawesi Barat 5,83%, Sulawesi Tenggara 5,65%, Gorontalo 5,49%, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) 5,40%, Sulawesi Utara 5,39%, dan Jawa Tengah 5,37%.
“Capaian ini menunjukkan perlambatan dibanding triwulan II 2025 yang mencatatkan pertumbuhan 5,23% (y-o-y), sekaligus menempatkan Jatim di urutan keempat di antara enam provinsi di Pulau Jawa,” kata Direktur Intra Publik, Mauli Fikr, Rabu (12/11/2025).
Melihat kembali data BPS, pertumbuhan ekonomi tertinggi triwulan III 2025 se-Pulau Jawa juaranya yakni DIY sebesar 5,40%, sekaligus mempertahankan posisi DIY dua triwulan berturut-turut memimpin pertumbuhan ekonomi regional. Disusul Jawa Tengah 5,37%, Banten 5,29%, Jatim 5,22%, Jawa Barat 5,20%, dan DKI Jakarta 4,96%.
Sedangkan jika dilihat secara triwulanan (q-to-q), ekonomi Jatim tumbuh 1,70%. Disusul Jawa Tengah 1,12%, Banten 0,92%, Jawa Barat 0,46%, DI Yogyakarta 0,23%, dan DKI Jakarta 0,02%.
Tanda Stagnasi Struktural
Namun menurut Mauli Fikr, pertumbuhan ekonomi Jatim secara q-to-q tersebut juga mengalami perambatan dibanding pertumbuhan 3,10% pada triwulan II 2025.
“Sedangkan nilai PDRB ADHK (Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan) Jatim pada triwulan III mencapai Rp 518,12 triliun, naik dari Rp 509,45 triliun pada periode sebelumnya,” ucapnya.
JUARA NASIONAL: Maluku Utara juara nasional pertumbuhan ekonomi triwulan III 2025 mencapai 39,10 persen. | Sumber: BPS
Meski masih tumbuh positif, tandas praktisi anggaran tersebut, laju ekonomi Jatim menunjukkan tanda-tanda stagnasi struktural. Beberapa sektor unggulan seperti industri pengolahan, perdagangan besar dan eceran, serta pertanian mencatat pertumbuhan yang lebih lambat akibat minimnya stimulus kebijakan daerah.
Di sisi lain, lemahnya daya beli masyarakat dan keterlambatan realisasi belanja pemerintah provinsi. Kondisi ini memperlihatkan bahwa fungsi fiskal daerah belum berjalan efektif sebagai penggerak ekonomi regional.
“Perlambatan ini juga mengindikasikan bahwa program-program ekonomi Pemprov Jatim belum memberikan dampak signifikan terhadap peningkatan aktivitas sektor riil,” kata Mauli Fikr.
“Realisasi belanja daerah yang cenderung menumpuk di akhir tahun, serta belum maksimalnya sinergi lintas sektor dalam mendorong investasi dan ekspor, membuat pertumbuhan Jatim tertinggal dari provinsi tetangga seperti Jateng dan DIY,” sambungnya.
Di sisi lain, kinerja konsumsi pemerintah pada APBD 2025 yang mengalami kontraksi, memperkuat indikasi bahwa efektivitas perencanaan dan pelaksanaan kebijakan ekonomi daerah masih lemah.
“Tanpa perbaikan koordinasi antar-OPD dan akselerasi realisasi APBD, momentum pertumbuhan Jatim berpotensi terus melambat hingga akhir 2025,” tegasnya.
Mauli Fikr menambahkan, dengan struktur ekonomi yang kuat namun belum digerakkan secara optimal, diperburuk dengan dana daerah yang diendapkan dalam bentuk deposito oleh Pemprov Jatim, menjadi bukti bahwa tata kelola pemerintah melalui fiskalnya tidak punya keberpihakan dan komitmen kerja yang baik terhadap rakyat Jatim.
Begini Reaksi Khofifah
Sebaliknya, Gubernur Khofifah bersyukur secara q-to-q ekonomi Jatim triwulan III terhadap triwulan II 2025 tumbuh 1,70%.
"Alhamdulillah, secara (q-to-q) ekonomi Jatim tumbuh 1,70%, angka ini adalah pertumbuhan ekonomi tertinggi se-Pulau Jawa. Ini menunjukkan daya tahan dan soliditas ekonomi Jatim yang luar biasa,” katanya.
“Di tengah fluktuasi ekonomi dunia, Jatim mampu membuktikan bahwa kolaborasi antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat menjadi kekuatan utama dalam menjaga pertumbuhan yang stabil dan inklusif,” imbuhnya.
Menurut Khofifah, ekonomi Jatim yang tumbuh 1,70% (q-to-q) dan 5,22% (y-o-y) tersebut tercatat di atas pertumbuhan ekonomi nasional yang tumbuh 1,43% (q-to-q) dan 5,04% (y-on-y).
"Dengan angka tersebut, Jatim tercatat penyumbang perekonomian terbesar kedua di Pulau Jawa sebesar 25,65%, dan nasional sebesar 14,54%," terangnya.{*}
| Baca berita Pemprov Jatim. Baca tulisan terukur Rofiq Kurdi | Barometer Jatim - Terukur Bicara Jawa Timur