Khofifah Pertanyakan Data Garis Kemiskinan BPS, Indo Publika: Dia Panik, Tak Mau Pemerintahannya Disalahkan!

Reporter : -
Khofifah Pertanyakan Data Garis Kemiskinan BPS, Indo Publika: Dia Panik, Tak Mau Pemerintahannya Disalahkan!
POTRET KEMISKINAN: Profil kemiskinan Jatim September 2022, orang miskin di Jatim tambah. | Sumber Data: BPS

SURABAYA, Barometer Jatim – Saat memimpin High Level Meeting (HLM) dan Rakor Pengendalian Inflasi bersama Forkopimda Jatim di Ballroom JW Marriott Hotel Surabaya, Senin (20/2/2023), Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mempertanyakan data Badan Pusat Statistik (BPS) terkait angka Garis Kemiskinan (GK).

Gubernur yang juga Ketua Umum PP Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) itu mempertanyakan, kenapa GK provinsi yang dipimpinnya masih di atas Jawa Barat. Padahal, banyak daerah di provinsi yang dipimpin Ridwan Kamil tersebut Upah Minimim Kabupaten/Kota (UMK)-nya tinggi.

Namun bagi Direktur Indo Publika, Asep Irama, upayanya menyoal data BPS hanya bentuk kepanikan. “Khofifah panik melihat data itu, sehingga dia menyalahkan BPS yang sudah bekerja dengan cara-cara yang benar dan ilmiah,” katanya, Rabu (22/2/2023).

“Itu data BPS data ilmiah, bukan nyaplok-nyaplok sembarangan. Sudah ada ukurannya, sudah ada rumusnya. Jadi Khofifah dalam keadaan panik, pasti menyalahkan siapa saja dan itu manusiawi,” tandasnya.

Psikologi orang, apalagi seorang pejabat publik, lanjut Asep, bila dia tertekan, bila dia terpojok, maka akan mencari kambing hitam.

“Maka Khofifah seranglah BPS seolah-olah datanya tidak benar. Padahal BPS itu bekerja dengan cara-cara yang ilmiah. Suda ada rumusnya semua,” kata Asep,

“Khofifah menganggap BPS itu keliru, misalkan. Dia ingin Jatim kemiskinannya turun, tapi BPS ndak bisa, karena bekerja by data dan memang sudah ada rumusnya. Bukan rumus politis, sedangkan Khofifah bekerja di rumusan politis,” ucapnya.

Lebih lanjut, Asep melihat Khofifah ingin melakukan perlawanan opini publik, sehingga seolah-olah yang salah terkait peningkatan kemiskinan di Jatim karena data BPS, bukan pemerintahan yang dipimpin Khofifah.

“Dia ingin giring opini publik, bahwa yang salah itu data BPS, bukan pemerintahannya. Kira-kira itu yang ingin diciptakan Khofifah. Jadi mencoba membuat opini publik, membangun opini publik dengan menyalahkan data BPS dan membenarkan pemerintahannya sendiri,” nilai Asep.

Menilik kembali data BPS. Selama Maret-September 2022, GK Jatim naik sebesar 5,86% yakni dari Rp 460.909/kapita/bulan pada Maret 2022 menjadi Rp 487.908/kapita/bulan pada September 2022.

Peningkatan tertinggi GK Non Makanan sebesar 5,89% (Maret 2022 ke September 2022), sedangkan GK Makanan kenaikannya lebih sebesar 5,89% (Maret 2022 ke September 2022).

Lalu komoditi makanan terhadap GK jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi non makanan. Pada September 2022, komoditi makanan menyumbang 75,58n komoditi non makanan menyumbang 24,42% terhadap GK.

GK di Jatim ini di atas Jabar. Catat perbedaannya! Pada September 2022, GK Jabar sebesar Rp 480.350/kapita/bulan dengan komposisi GK Makanan Rp 355.172 (73,94%) dan GK Non Makanan Rp 125.178 (26,06%).(*}

» Baca berita Kemiskinan. Baca tulisan terukur Roy Hasibuan.

Simak berita terukur barometerjatim.com di Google News.