Tekan Ketimpangan Ekonomi di Jatim, Emil Dardak Harap Ansor Ikut Berperan
RIJALUL ANSOR JATIM: Emil Dardak, hadiri Dirosah Wustho Rijalul Ansor Jatim di Madiun. | Foto: Barometerjatim.com/IST
MADIUN, Barometerjatim.com Wakil Gubernur Jatim, Emil Elestianto Dardak mengharapkan pemuda Ansor ikut berperan meminimalisir ketimpangan ekonomi di Jatim maupun di Indonesia.
Hal tersebut disampaikan Emil saat menyampaikan orasi ilmiah kepemudaan saat Dirosah Wustho PW Majelis Dzikir dan Shalawat Rijalul Ansor Jatim di Pondok Pesantren (Ponpes) Salafiyah Subulul Huda, Kebonsari, Kabupaten Madiun, Minggu (13/3/2022) sore.
Menurut Emil, memang terdapat ketimpangan ekonomi di Jatim yang masih dapat terkontrol. Meski demikian, dia mengatakan tetap dibutuhkan langkah-langkah maupun personel yang dapat mengurangi ketimpangan tersebut.
- Baca: 3 Tahun Kinerja Emil Lebih Memuaskan dari Khofifah, Gus Hans: Warga Jatim Tahu kok Mana Etalase
Mengingat Ansor adalah salah satu Ormas Islam terbesar dunia. Maka, saya harap njenengan (anda) bisa menjadi bagian dalam meminimalisir ketimpangan ekonomi yang ada," sambungnya.
Salah satu hal yang bisa dilakukan, lanjut Emil, yakni dengan memajukan kualitas SDM yang ada. Terutama karena sekarang ini Indonesia maupun Jatim memiliki bonus demografi yang bisa dimanfaatkan.
"Indonesia sekarang ini memiliki penduduk usia produktif 70,72% menurut sensus tahun 2020 sedangkan Jatim punya 69,6%, ini harus kita manfaatkan. Kalau hanya mengandalkan SDA saja, kita akan terjebak dalam perangkap negara berpendapatan menengah," jelasnya.
Karena itu, Emil menjelaskan, Jatim sedang menyasar prioritas pengembangan SDM dengan menyiapkan calon lulusan, menyerap lulusan muda, juga menyiapkan daya saing angkatan kerja."Salah satu yang sedang kami usahakan adalah perkembangan gig economy. Makanya sekarang pemerintah provinsi sudah punya Milenial Job Center dan inovasi seperti EJSC (East Java Super Corridor)," tuturnya.
Hal tersebut penting, sebut Emil, sebab terdapat enam perubahan dunia kerja akibat revolusi industri 4.0. Yakni berkembangnya pekerjaan yang bersifat analitis, pekerjaan dengan kemampuan matematika semakin dibutuhkan, semakin fleksibelnya perusahaan, tidak mungkin menghindari teknologi digital, pentingnya komunikasi dan kolaborasi serta berpikir kritis, aerta mobilitas dalam pekerjaan.
"Makanya, penguatan SDM terutama di anak muda harus terus didorong, karena mereka harus siap terhadap revolusi-revolusi industri yang akan datang," ungkapnya.
» Baca berita terkait Rijalul Ansor. Baca juga tulisan terukur lainnya Arlana CW.