Peringati HSN, PDIP Surabaya: Perkuat Sinergi dengan Santri

PERINGATI HSN 2021: Adi Sutarwijono, santri dan kaum nasionalis seiring sejalan perkuat sinergi. | Foto: Barometerjatim.com/IST
SURABAYA, Barometerjatim.com - PDIP Kota Surabaya menggelar peringatan Hari Santri Nasional (HSN) 2021 melalui kegiatan diskusi virtual: Membedah peran santri terutama dalam penanganan pandemi Covid-19 dan pemulihan ekonomi rakyat, Rabu (20/10/2021) malam.
Hadir secara virtual yakni Wali Kota Eri Cahyadi, Ketua PCNU Surabaya KH Muhibbin Zuhri, akademisi Unair Listyono Santoso, serta puluhan kader dan pengurus PDIP Surabaya yang hadir secara fisik dan ratusan peserta secara daring.
Diskusi didahului dengan lantunan shalawat, dilanjutkan mars syubbanul wathan yang dimainkan kelompok hadrah bergema di kantor DPC PDIP Surabaya.
Diskusi kemudian dipandu Abdul Ghoni Mukhlas Niam, alumni IAIN Sunan Ampel dan PMII. Ghoni juga tercatat sebagai Wakil Ketua DPC PDIP Surabaya dan anggota DPRD Surabaya dari Fraksi PDIP.Ketua DPC PDIP Surabaya, Adi Sutarwijono mengawali dengan menyampaikan selamat memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw, 12 Rabiul Awal 1443 Hijriah.
Adi yang juga ketua DPRD Kota Surabaya, menyampaikan rasa syukur karena peringatan HSN tahun ini jatuh ketika situasi pandemi Covid-19 sudah semakin membaik.
Pemerintah pusat sudah memutuskan bahwa Surabaya sudah masuk PPKM level 1. Sehingga program pemulihan ekonomi bisa dijalankan dengan baik oleh Wali kota Eri Cahyadi dan Wakil Wali kota Armuji, ujarnya.Adi mendorong sinergitas antara PDIP dengan santri. Sebab, kader banteng dan santri memiliki ideologi sama. "Santri mewarisi karakter pejuang dan PDIP merupakan wadah perjuangan rakyat, tuturnya.
Menurut Adi, banyak anggota dan kader PDIP Surabaya yang juga santri. Bahkan menjadi anggota DPRD Surabaya dari Fraksi PDIP. Mari berjuang bersama-sama untuk kebaikan Kota Surabaya dan Indonesia, katanya.
Selaras dengan PDIP
Sementara itu Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi menyebut perjuangan santri tidak bisa dilupakan dalam mewujudkan kemerdekaan Indonesia.
76 tahun lalu, tentara Belanda membonceng sekutu datang ke tanah air untuk merampas kemerdekaan Indonesia, yang diproklamasikan Soekarno-Hatta 17 Agustus 1945.
Kemudian para ulama mencetuskan Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945, yang menggerakkan perjuangan kaum santri dalam membela kemerdekaan Indonesia, terangnya.
Para ulama, kata Eri, bersama barisan santri se-Jawa dan Madura berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
Ini sama persis, seiring sejalan, dengan ideologi PDIP. Selaras dengan kaum nasionalis yang berjuang mempertahankan kedaulatan dan kemerdekaan Indonesia, paparnya.Sedangkan Ketua PCNU Surabaya, KH Muhibbin Zuhri menjeaskan, para ulama dan santri tak henti-henti bergerak untuk menangani pandemi Covid-19. Juga membantu warga yang terdampak, menyelamatkan umat, dan mendorong pemulihan ekonomi dari bawah.
Pemkot Surabaya juga melakukan intervensi kebijakan secara masif. Di bawah kepemimpinan Wali Kota Pak Eri Cahyadi, Surabaya bisa mencapai level satu, katanya.
Dosen Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya itu menjelaskan, definisi santri tidak terbatas pada orang yang belajar di pesantren. Santri juga merupakan warga yang taat menjalankan agama, dan memiliki komitmen kebangsaan yang kuat.
Karena itu santri bisa siapa saja. Yang jelas, santri harus memiliki wawasan kebangsaan yang kuat untuk menjaga keutuhan bangsa dan negara. Komitmen kebangsaan kaum santri, tidak diragukan lagi, kata Muhibbin.Selanjutnya Akademisi Unair, Listiyono Santoso, menceritakan panjang lebar perjuangan santri dalam berbagai babakan sejarah Indonesia.
Di masa Presiden Jokowi, katanya, santri mendapat penghargaan luar biasa. Ditetapkan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional, yang merupakan apresiasi luar biasa, ujar Listiyono.
» Baca Berita Terkait Hari Santri Nasional