Golkar: Berganti-ganti Gubernur, Kemiskinan Jatim Masih Besar

Reporter : barometerjatim.com -
Golkar: Berganti-ganti Gubernur, Kemiskinan Jatim Masih Besar

KEMISKINAN JATIM: Sarmuji, soroti kemiskinan di Jatim dari berganti-ganti gubernur angkanya tetap besar. | Foto: IST

SURABAYA, Barometerjatim.com Ketua DPD Partai Golkar Jatim, Muhammad Sarmuji menyoroti angka kemiskinan di Jatim yang masih tinggi, bahkan terjadi jauh sebelum ada pandemi Covid-19.

"Kalau angka kemiskinan kita, selama ini tanpa Covid-19 pun sudah di atas rata-rata nasional. Jadi, ya ini tantangan pemerintah provinsi (Pemprov) untuk bisa menyelesaikan satu PR besar ini," kata Sarmuji dalam Catatan Akhir Tahun Partai Golkar Jatim, Kamis (31/12/2020).

"Ini sudah berganti-ganti gubernur, angka kemiskinan kita itu masih 11,09, nasional itu 9,78 persen, rata-rata nasionalnya," sambung politikus yang juga anggota Komisi XI DPR RI itu.

Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin di Jatim per Maret 2020 mencapai 4,419 juta jiwa (11,09 persen). Angka ini bertambah 363,1 ribu jiwa (0,89 persen) dibandingkan dengan kondisi September 2019 sebesar 4,056 juta jiwa (10,20 persen).

Sedangkan jumlah penduduk miskin Indonesia per Maret 2020 sebanyak 26,42 juta jiwa (9,78 persen), atau meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 25,14 juta (9,41%).

"Jadi masih ada selisih satu koma sekian persen (1,31) dan ini selisih yang menurut saya sangat besar untuk ukuran populasi masyarakat Jatim (39,8 juta jiwa). Jumlahnya masih cukup besar, karena Jatim populasinya juga besar," ujarnya.

Lantaran kemiskinan masih menjadi PR besar, lanjut Sarmuji, Golkar pun turut membantu dengan memberikan rekomendasi kepada Pemprov Jatim lewat program Tangkis (Penangkal Kemiskinan).

"Kita sudah minta supaya Fraksi Partai Golkar Jatim mengusung program Tangkis ini, untuk membantu gubernur dalam menyelesaikan problem besar kemiskinan di Jatim," katanya.

Apakah program Tangkis ini baru direkomendasikan Golkar saat Jatim terkena pandemi Covid-19 atau memang sudah ada sebelumnya?

"Tanpa ada Covid-19 kita sudah membaca data-data dari tahun ke tahun, time series-nya sudah kita baca, dan kemiskinan merupakan problem utama di Jatim ya," katanya.

Kalau yang lain-lain, misal Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Sarmuji menyebut Jatim sudah mengalami peningkatan, bahan di masa Covid-19 meningkat menjadi 71,71 atau tumbuh 0,30 persen.

"Ini angka yang cukup tinggi secara rata-rata nasional, dan ini keberhasilan Pemprov juga untuk menjaga bahkan meningkatkan angka IPM kita. Ini prestasi yang harus kita apresiasi untuk pemerintah provinsi, di saat pendemi pun IPM kita masih bisa meningkat," pujinya.

Meningkat Dampak Covid-19

MASIH TETAP TINGGI: Perkembangan kemiskinan di Jatim dari Maret 2011 hingga Maret 2020. | Grafis: BPS JatimMASIH TETAP TINGGI: Perkembangan kemiskinan di Jatim dari Maret 2011 hingga Maret 2020. | Grafis: BPS Jatim MASIH TETAP TINGGI: Perkembangan kemiskinan di Jatim dari Maret 2011 hingga Maret 2020. | Grafis: BPS Jatim

Tapi kalau soal kemiskinan, tandas Sarmuji, tetap menjadi PR besar Pemprov Jatim terlebih imbas Covid-19 membuat pengangguran meningkat yang akan membuat jumlah kemiskinan semakin meningkat pula.

"Pasti, pasti akan bertambah. Kemiskinan kita akan seiring dengan peningkatan pengangguran. Pengangguran kita 5,84 persen ya (per Agusuts 2020), meningkat (2,02 persen) dari sebelumnya, dan itu akan sangat berpengaruh pada kemiskinan di Jatim," ungkapnya.

Lagi pula, paparnya, tenaga kerja memiliki karakteristik tertentu hubungannya dengan kemiskian. Dia mencontohkan sektor jasa keuangan yang pada situasi normal tumbuh tinggi, dan sektor perindustrian maupun pertanian tumbuh agak lambat.

Dengan pertumbuhan seperti itu, maka pengaruhnya ke pengurangan kemiskinan menjadi kecil.  Mengapa demikian? Menurut Sarmuji, karena sektor keuangan yang tumbuh tinggi menyerap tenaga kerja jauh lebih sedikit dibandingkan dengan sektor industri, terutama industri pengolahan dan sektor pertanian.

"Jadi kalau mau menyelesaikan hubungan antara tenaga kerja dan kemiskinan, selesaikanlah sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja, yaitu sektor industri dan sektor pertanian kalau di Jatim," tuntasnya.

KATEGORI TINGGI: Capaian IPM Jatim di peringkat 15 pada 2020 masuk kategori IPM tinggi. | Grafis: BPS JatimKATEGORI TINGGI: Capaian IPM Jatim di peringkat 15 pada 2020 masuk kategori IPM tinggi. | Grafis: BPS Jatim KATEGORI TINGGI: Capaian IPM Jatim di peringkat 15 pada 2020 masuk kategori IPM tinggi. | Grafis: BPS Jatim

» Baca Berita Terkait Pemprov Jatim

Simak berita terukur barometerjatim.com di Google News.