Statistik
Sedih! 76.063 Orang di Sidoarjo Masih Nganggur, Terbanyak Lulusan Perguruan Tinggi

SIDOARJO | Barometer Jatim – Selain kemiskinan yang masih tinggi (109,39 ribu jiwa/4,53% per Maret 2024), pengangguran di Kabupaten Sidoarjo juga menanti dituntaskan duet Bupati-Wakil Bupati periode 2025-2030, Subandi-Mimik Idayana karena secara persentase tertinggi di Jatim.
Menilik data Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, hingga Agustus 2024 tercatat masih ada 76.063 orang nganggur di Sidoarjo. Secara Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 6,49% atau turun 1,56% poin dibandingkan Agustus 2023 sebesar 8,05%.
TPT tersebut tercatat tertinggi di Jatim. Dalam 5 besar, menyusul di bawah Sidoarjo yakni Kabupaten Gresik (6,45%), Kota Malang (6,10%), Kabupaten Bangkalan (5,35%), dan Kabupaten Malang (5,13%)
Dilihat dari tingkat pendidikan yang ditamatkan pada Agustus 2024, TPT Sidoarjo lulusan perguruan tinggi/universitas menunjukkan angka paling tinggi, yakni 7,68%. Diikuti lulusan SMP 7,56%.
Dibandingkan Agustus 2023, TPT lulusan SMP dan Diploma I/II/III menunjukkan peningkatan dan TPT lulusan universitas menunjukkan angka yang sama. Sedangkan TPT lulusan SD ke bawah, SMA, dan SMK menunjukkan penurunan.
PENGANGGURAN TINGGI: Ketenagakerjaan Sidoarjo Agustus 2024, terdapat 76.063 orang nganggur. | Data/Grafis: BPS Jatim
TPT dengan pendidikan SD ke bawah masih tetap menunjukkan pola yang sama seperti tahun sebelumnya, yakni memiliki persentase yang paling rendah dibandingkan jenjang lainnya sebesar 2,94%. Hal ini menggambarkan dari setiap 100 angkatan kerja berpendidikan SD ke bawah, terdapat sekitar 2-3 di antaranya yang menganggur.
"Berdasarkan kondisi umum ketenagakerjaan Agustus 2024, terdapat beberapa isu yang perlu mendapat perhatian, di antaranya TPT Sidoarjo masih menduduki urutan tertinggi di Jatim dan TPT lulusan pendidikan atas masih cukup tinggi," tulis BPS Jatim dalam laman resminya.
Terkait TPT lulusan pendidikan tinggi yang masih mendominasi pengangguran di Sidoarjo, menurut BPS Jatim, fenomena ini disebabkan berbagai faktor, di antaranya isu ketidaksesuaian antara pendidikan, keterampilan/skill dengan ketersediaan lapangan pekerjaan (link and match).
Lalu karakteristik angkatan kerja, terutama kelompok pendatang baru seperti Gen Z yang cenderung pemilih dalam mendapatkan pekerjaan yang diinginkan sesuai dengan jenjang pendidikan dan keterampilan yang dimiliki meskipun belum atau minim pengalaman, sehingga waktu tunggu antara saat mulai mencari pekerjaan hingga memperoleh pekerjaan yang sesuai relatif lebih lama.
"Pelaksanaan job fair, kegiatan link and match antara sekolah dan perusahaan menjadi salah satu sarana untuk memangkas waktu tunggu, karena bisa mempercepat pertemuan antara pencari kerja dengan penyedia lapangan pekerjaan yang membutuhkan tenaga kerja dengan kemampuan yang sesuai," tulis BPS.{*}
| Baca berita Sidoarjo. Baca tulisan terukur Rofiq Kurdi | Barometer Jatim - Terukur Bicara Jawa Timur