Ecoton Usung 10 Galon Air Limbah ke Grahadi: Di Era Khofifah Perusak dan Pencemar Sungai Brantas Makin Bebas!
SURABAYA, Barometer Jatim – Kamis, 26 Desember 2019, di Gedung Negara Grahadi Surabaya. Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa melepas mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) kolaborasi Perguruan Tinggi se-Jatim dalam rangka program “Brantas Tuntas”.
Melalui program KKN Brantas Tuntas yang mirip program “Citarum Harum” Pemprov Jabar tersebut, menurut Khofifah akan ada 5.000 mahasiswa lebih di sepanjang tahun yang terjun langsung di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas membersihkan dan mengedukasi masyarakat agar menjaga sungai Brantas, serta menjadikannya sehat.
Khofifah juga mengapresiasi model kolaborasi elemen masyarakat Jatim tersebut dalam menangani permasalahan lingkungan yang terjadi. "Kolaborasi ke depan, diharapkan dengan aparat penegak hukum, karena pencemaran sungai Brantas diduga akibat praktik yang melanggar aturan," katanya, kala itu.
| Baca juga:
- Nilai Pemprov Jatim Tak Serius Atasi Pencemaran Brantas, Ecoton Bawa 10 Galon Air Limbah untuk Khofifah!
- Kebakaran di Bromo, Alumnus Teknik Lingkungan ITS: Tersangka Jangan Berhenti di Wedding Organizer!
- Cerminkan Politik Hijau, PDIP Surabaya Tanam Pohon dan Bersih-bersih Aliran Sungai
Namun hampir lima tahun berlalu atau 3,5 bulan di ujung jabatan Khofifah, Ecoton (Ecological Observation and Wetland Conservation/ Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah) menilai program Brantas Tuntas yang melibatkan 5000 lebih mahasiswa dari 16 PTN se-Jatim tak mampu menyembuhkan sungai Brantas dari penyakit limbah domestik dan limbah industri.
“Ironisnya, 82% (hasil survei Ecoton) masyarakat Jatim tidak tahu dan tidak pernah dilibatkan dalam program Brantas Tuntas,” kata Divisi Legal dan Advokasi Ecoton, Muhammad Kholid Basyaiban di sela aksi longmarch dari Stella Maris lanjut ke kantor Gubernur Jatim dan berakhir di depan Gedung Negara Grahadi Surabaya, Kamis (13/9/2023).
Aksi hasil kolaborasi Ecoton dengan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Untag Surabaya, dan Universitas Trunojoyo Madura tersebut, sebagai bentuk protes atas tidak seriusnya Pemprov Jatim dalam mengendalikan pencemaran di Sungai Brantas.
“Lima tahun kepemimpinan Gubernur Khofifah Brantas memburuk, 60% masyarakat Jatim menyatakan Gubernur Khofifah buruk dalam kelola Brantas,” tandas Kholid kembali mengutip hasil survei lembaganya.
| Baca juga:
- Muncul Poster Prabowo-Khofifah di Acara PBB, Respons Mathur Husyairi: Itu Ulah Genit Pendukung Khofifah Aja!
- Dilantik! Timbul Prihanjoko Hanya 18 Hari Jadi Bupati Probolinggo, Khofifah: Jangan Dilihat Singkatnya
- Kiai Asep Tawarkan Khofifah Jadi Cawapresnya Prabowo, Survei: Warga Jatim Ingin Erick Thohir!
“Pemantauan kami pada Agustus outlet-outlet industri di DAS Brantas, Kali Porong, dan Kali Surabaya menemukan Limbah cair dibuang tanpa diolah, keruh, berwarna dan berbau. Limbah cair ini setelah diuji melebihi baku mutu,” paparnya.
Lebih lanjut Kholid menjelaskan, 30 tahun lebih industri kertas, penyedap makanan, industri gula, industri tepung dan beberapa industri lainnya, tumbuh subur dan mengantungkan dirinya pada Sungai Brantas.
Peran mereka besar dalam menopang perekonomian Jatim. Ironisnya, mereka juga menabur racun berbahaya di dalam limbah cair yang mereka alirkan ke Brantas. Pagi hari mereka mengelola limbahnya, namun pada malam hari para industri berlomba-lomba mengalirkan racikan limbah beracun perusak eksositem dan biota ke Brantas.
“Di era Gubernur Khofifah semakin bebasnya pelaku perusak dan pencemar Sungai Brantas. Hal ini membuktikan, bahwa Pemprov Jatim tidak serius dalam pengendalian dan pengelolaan sungai Brantas,” tegas Kholid.{*}
| Baca berita Lingkungan. Baca tulisan terukur Retna Mahya | Barometer Jatim - Terukur Bicara Jawa Timur