Sedih! Di Tengah Beras Mahal dan Langka, 786,28 Hektare Sawah di Jatim Dipastikan Gagal Panen

| -
Sedih! Di Tengah Beras Mahal dan Langka, 786,28 Hektare Sawah di Jatim Dipastikan Gagal Panen
GAGAL PANEN: Padi mengalami puso alias gagal panen akibat tergenang banjir. | Foto: Info Publik

SURABAYA, Barometer Jatim – Di tengah harga beras mahal dan langka, petani di Jatim mengalami puso alias padi gagal dipanen imbas dari banjir yang melanda sejumlah daerah, khususnya sentra penghasil beras. Tak tanggung-tanggunt, luasannya mencapai seluas 786,28 hektare sawah.

Daerah yang terdampak di antaranya Sidoarjo, Mojokerto, kota Mojokerto, Tuban, Ponorogo, Bojonegoro, Lamongan, dan Ngawi. Di luar itu, empat kabupaten di pulau Madura juga terdampak banjir.

"Dari yang terdampak itu, ada yang sampai mengalami puso," terang Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jatim, Dydik Rudy Prasetya, Selasa (28/2/2023).

Padi yang mengalami puso, lanjut Dydik, biasanya terendam banjir hingga tiga hari berturut-turut, sehingga hasil panen sulit diselamatkan.

Dari data Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jatim, per 27 Februari 2023, terdapat 3.923,32 hektare sawah terkena banjir. 786,28 hektare dipastikan mengalami puso dan 24,50 hektare sawah sudah surut dari banjir.

Dari sejumlah daerah yang sawahnya terdampak banjir, Bojonegoro paling banyak dengan luasan 402 hektare. Disusul Lamongan 396 hektare dan Ponorogo 248,50 hektare.

Sedangkan secara angka sawah yang mengalami puso, Lamongan menjadi daerah yang sawahnya paling luas mengalami puso dengan 331 hektare, disusul Bojonegoro dengan 185 hektare.

Lantas, apa solusi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jatim? Dydik menyarakan agar pada petani tidak menanam pada lahan yang edemi becana banjir. "Sehingga akan mengurangi kegagalan tanam karena terkena bencana banjir," ucapnya.

Selain itu, pihaknya juga melakukan sosialisasi agar petani mengikuti Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP). Dalam AUTP tersebut, petani cukup membayar premi 20% atau 36.00 per hektare dari total premi 180.00 per hektare atau Rp 144.000 disubsidi pemerintah.

"Dengan AUTP, petani akan mendapatkan total pertanggungan Rp 6.000.000 per hektare, sehingga petani dapat membeli benih dan melakukan pertanaman ulang jika terjadi kegagalan akibat bencana alam maupun serangan hama penyakit," jelasnya.

Sebelumnya, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jatim berharap banyak pada panen Februari-Maret untuk memasok kebutuhan beras di Jatim yang mulai kritis di pasaran, karena masih ada stok beras 850.000 ton di Desember 2022.

“Nah untuk Januari 2023 produksi beras Jatim mencapai 152.000 ton, artinya kalau ditambah stok beras Desember 2022 stok beras kita masih 1 juta sekian ton,” ujarnya.

Sedangkan konsumi masyarakat Jatim hanya 250.000 ton. Dengan demikian, Dydik memprediksi pada Februari produksi beras mencapai 249.000 ton.

“Kalau ini dikurangi konsumsi 250.000 ton maka masih ada sekitar 600.000 ton. Artinya dari sisi stok, sangat cukup,” tegasnya.{*}

» Baca berita Pemprov Jatim. Baca tulisan terukur Abdillah HR.

Simak berita terukur barometerjatim.com di Google News.