Guru Besar UINSA: PKB Tak Punya Pilihan di Jatim, Hampir Pasti Usung Khofifah di Pilgub 2024!

SURABAYA, Barometer Jatim – Khofifah Indar Parawansa tetap kandidat kuat -- meski elektabilitasnya masih di bawah 40% versi sejumlah lembaga survei -- untuk kembali maju di Pilgub Jatim. Tapi partai politik apa yang akan mengusungnya di 2024?
Guru Besar Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, Prof Ahmad Zainul Hamdi berpendapat, soal kendaraan untuk maju di Pilgub Jatim 2024 sangat ditentukan bagaimana Khofifah menjaga hubungan dengan Parpol pendukung.
Di Pilgub Jatim 2018, Khofifah yang berpasangan dengan Emil Elestianto Dardak diusung Partai Demokrat, Golkar, Nasdem, PPP, Hanura, dan PAN. Sedangkan rivalnya, Saifullah Yusuf-Puti Guntur Soekarno diusung PDIP, PKB, PKS, dan Gerindra.
"Tapi yang aku bisa memprediksi, kalau Khofifah itu maju lagi hampir pasti salah satu partai yang akan mendukungnya adalah PKB," kata Prof Zainul di Surabaya, Minggu (25/9/2022).
Mengapa PKB? "PKB enggak punya pilihan di Jatim, enggak punya tokoh, enggak punya pilihan, sementara Khofifah itu adalah Muslimat NU," katanya.
Apalagi saat ini Ketua Umum DPP PKB, Muhaimin Iskandar secara politik nasional berhadap-hadapan dengan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf.
"(Kalau) kemudian di Jatim yang lumbungnya PKB bisa menggandeng Muslimat NU, sesuatu banget, politically dong! Itu politically something, uda bisa dibaca!" tegas Prof Zainul.
PKB Tiga Kali Tumbang
PKB memang memiliki sejarah mengusung Khofifah di Pilgub Jatim. Saat itu, di Pilgub Jatim 2013, Green Party yang berkoalisi dengan Parpol nonkursi mencoba peruntungan dengan mengusung duet Khofifah-Herman S Sumawiredja (Berkah).
Sebelumnya di Pilgub Jatim 2008, PKB mengusung Achmady-Suhartono (Achsan) namun gagal lolos ke putaran kedua karena tercecer di posisi buncit (8,21%) dari lima paslon -- saat itu masih menggunakan aturan lama yang mensyaratkan pemenang harus meraih suara menimal 50+1.
Diusung PKB, alih-alih Khofifah menang. Perolehan suaranya malah anjlok satu juta lebih dibanding Pilgub Jatim 2008. Hasil rekapitulasi KPU Jatim mencatat, Berkah meraih 6.525.015 suara (37,62%), sedangkan incumbent Soekarwo-Saifullah Yusuf (Karsa) yang diusung Demokrat, Golkar, PAN dan Parpol nonkursi menang dengan 8.195.816 suara (47,25%).
Suara Khofifah turun satu juta lebih, mengingat di Pilgub Jatim 2008 saat berpasangan dengan Mudjiono (Kaji) -- diusung PPP dan Parpol nonkursi -- meraup 7.669.721 suara (49,80%) atau selisih 60.223 suara (0,4%) dari Karsa jilid I yang menang dengan 7.729.944 suara (50,20%).
Gagal mengantarkan Khofifah menjadi gubernur di 2013, lima tahun berselang PKB balik melawan Khofifah yang berpasangan dengan Emil Dardak di Pilgub Jatim 2018. PKB yang memiliki 20 kursi di DPRD Jatim berkoalisi dengan PDIP, PKS, dan Gerindra mengusung incumbent Wagub Saifullah Yusuf.
Semula, Saifullah dipasangkan dengan Abdullah Azwar Anas. Namun karena kesandung foto syur 'paha nangkring', Anas yang saat itu Bupati Banyuwangi dan kini Menpan RB memilih mundur sebelum didaftarkan ke KPU Jatim. PDIP lantas mengimpor Puti yang masih keponakan Ketum PDIP, Megawati Soekarnoputri dari Jawa Barat.
Secara kursi Parpol, kekuatan PDIP dan PKB semakin dahsyat karena mendapat sokongan dari Gerindra (13 kursi) dan PKS (6 kursi). Belum lagi dukungan dari para kiai struktural PWNU Jatim yang dimotori KH Hasan Mutawakkil Alallah.
Namun setelah melakukan penantian panjang selama 10 tahun, Khofifah yang berpasangan dengan Emil Dardak memenangi Pilgub Jatim 2018 dengan raihan 10.465.218 suara (53,55%), mengalahkan Saifullah-Puti yang mendapat 9.076.014 suara (46,45%).
» Baca berita terkait Pilgub Jatim. Baca juga tulisan terukur lainnya Retna Mahya.