Saatnya Madura Seribu Langkah

OLeh: Edwin Jaka Wirapraja
KAPAN terakhir anda berkunjung ke Madura? Cobalah luangkan waktu untuk kembali berkunjung ke sana. Mungkin saat ini sudah banyak perubahan, terutama ketika melintas masuk 'pintu gerbang' di wilayah Kabupaten Bangkalan.
Perlahan, wilayah dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur ini berubah. Ada tanean lanjeng yang mulai dipersiapkan menyambut wisatawan, termasuk investor.
Jika beberapa tahun lalu disambut dengan deretan ratusan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang kurang rapi, bahkan kurang elok dipandang, sekarang bisa anda lihat sendiri perubahannya.
Ada spot menarik untuk swafoto bertuliskan Tanean Lanjeng dan akses bagi pejalan kaki. Di kanan-kiri dihiasi tanaman yang kian mempercantik akses tersebut. Itu juga termasuk jogging track yang mulai diselesaikan.
Tadinya, tanean lanjeng merupakan akses rest area bagi pengendara yang menyeberang dari Surabaya menuju Madura, melintas melalui Jembatan Suramadu. Dengan penggratisan jembatan sepanjang kurang lebih enam kilometer ini oleh Presiden Jokowi, tanean lanjeng lebih difungsikan sebagai bentuk rekreasi baru.
PKL yang berasal dari warga Madura terutama Desa Pangpong, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Bangkalan bahkan mampu mengembangkan usahanya lebih maju. Mereka nantinya ditempatkan di kompleks stan yang telah dibangun Badan Pengembangan Wilayah Suramadu (BPWS).
Tidak sekadar menempati stan saja. Para PKL juga dilatih kewirausahaan dan pengembangan SDM, sehingga usaha yang dikembangkan lebih maju dan mengarah profesional.
Terbaru, rencana Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa yang akan membangun Museum Islam pertama di Indonesia. Letaknya diprediksi tidak jauh dari lokasi tanean lanjeng. Tepatnya di sisi kanan atau kiri gerbang keluar Jembatan Suramadu.
Tidak sekadar Museum Islam, di samping museum itu rencananya juga akan dibangun masjid spektakuler sebagai ikon religiusitas warga Madura. Itu adalah langkah dan progres yang maju sebagai salah satu pemanfaatan Jembatan Suramadu.
***
Sepuluh tahun memang bukan waktu yang sebentar bagi usia jembatan yang dibangun pada masa Gubernur Soekarwo, atau yang akrab disapa Pakde Karwo ini.
Sejak mula berbayar hingga kini (gratis), infrastruktur (Jembatan Suramadu) adalah pembuka jalan bagi empat kabupaten di pemerintahan Pulau Garam ini.
Pembangunan Jalan, Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM), penambahan Penerangan Jalan Umum (PJU), hingga pemberdayaan UMKM mulai dilakukan pemerintah dalam hal ini Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melalui BPWS.
DIPOLES HABIS: Kaki Suramadu sisi Madura dipoles habis-habisan untuk mengundang wisatawan dan investor. | Foto: IST DIPOLES HABIS: Kaki Suramadu sisi Madura dipoles habis-habisan untuk mengundang wisatawan dan investor. | Foto: IST
APBN yang dikucurkan pun difokuskan untuk pengembangan Madura. Tujuannya, agar kian meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sana. Terlebih kian meningkatkan iklim investasi yang ada.
Kondisi ini tidak bisa dikerjakan oleh BPWS sendiri, melainkan adanya dukungan dari pemerintah kabupaten setempat. Terutama dalam membuka akses perizinan, kerja sama pengembangan dan pemberdayaan masyarakat, peran kiai, ulama, dan tokoh masyarakat.
Ya, Madura harus seribu langkah untuk berkembang. Dukungan akses Jembatan Suramadu adalah poin utama yang sudah berdampak dan dirasakan oleh warga.
Kini, langkah yang sudah berjalan diharapkan mampu menaruh rasa percaya investor lokal maupun asing untuk menanamkan modalnya di sana. Termasuk masyarakat yang telah mendapat ilmu pelatihan dari BPWS maupun yang selama ini di perantauan bisa turut andil di dalamnya.
Sehingga warga Madura tidak hanya menjadi penonton di tanah kelahirannya. Mereka juga ikut andil dalam mengembangkan daerah asal, sekaligus membangkitkan gairah perekonomian bagi para trettan sendiri.
Kacong, cebink.. Ayo Bangun Madura!
* Penulis adalah Staf Subdiv Hubungan Kerjasama Pemerintah Daerah dan Swasta, Divisi Hubungan Kelembagaan dan Komunitas Masyarakat BPWS.