Prof Nidom: Vaksin Nusantara Tak Mahal dan Tanpa Keluhan

-
Prof Nidom: Vaksin Nusantara Tak Mahal dan Tanpa Keluhan
VAKSIN NUSANTARA: Prof Nidom, vaksin Nusantara tak mahal, performanya luar biasa dan tanpa keluhan. | Foto: IST SURABAYA, Barometerjatim.com - Ketua Tim Riset Corona dan Formulasi Vaksin dari Professor Nidom Foundation (PNF), Prof Chairul Anwar (CA) Nidom menepis anggapan kalau vaksin Nusantara mahal. Dia mengilustrasikan harga antigen per paketnya Rp 10 miliar. Jika dipakai hanya satu orang tentu saja mahal, tapi kalau digunakan satu juta orang, maka biaya per orang cuma Rp 10 ribu. "Jadi silakan nilai sendiri, apakah vaksin Nusantara ini mahal atau murah," tegas profesor yang Guru Besar Biokimia dan Biologi Molekular Universitas Airlangga (Unair) Surabaya tersebut, Sabtu (14/8/2021). Selain tak mahal, papar Prof Nidom, proses yang dibutuhkan untuk penerapan vaksinasi juga tak lama, hanya 7-8 hari sejak pengambilan darah. Prosesnya: Setelah 40ml darah diambil, langsung dilakukan pemilahan untuk diambil sel dendritiknya. Selanjutnya, sel ditumbuhkan dalam inkubator selama lima hari, lalu dipisahkan antara sel muda dan tua. Sel yang digunakan hanya yang muda untuk dipapar dengan antigen protein spike virus Covid-19. "Jumlah antigennya tergantung valen dari virus. Kalau trivalen, maka ada tiga macam antigen yang digunakan," ujarnya. Setelah dua hari pemaparan atau aktivasi, terang Prof Nidom, sisa cairan yang berupa media tumbuh sel dan atigen spike akan dibuang. "Ini sekaligus untuk meluruskan informasi, bahwa vaksin Nusantara tidak ada sisa antigen yang dimasukkan. Berbeda dengan vaksin konvensional," katanya. Berikutnya, sel deindritik yang sudah membawa memori antigen S, dilarutkan dengan serum yang didapat delapan hari sebelumnya, baru setelah itu disuntikkan. Bagaimana kalau ada virus baru yang lebih ganas? Menurut Prof Nidom, cukup dibuat protein S dari virus varian baru tersebut yang prosesnya sekitar 40 hari. Lalu tinggal disuntikkan setelah melewati proses sebelumnya. Performance Sangat Baik Terkait mahalnya antigen protein spike, jelas Prof Nidom, karena masih menjadi paten salah satu institusi di luar negeri. Karena itu, PNF sedang menyusun disertasi S3 tentang protein S dan diperkirakan rampung September tahun ini. "Jika selesai, maka masalah teknis dan finansial bisa dipecahkan dan akhirnya vaksin ini betul-betul bermerek Nusantara," katanya. Prof Nidom menambahkan, dari hasil pemantauan terkait uji titer respons imun, yakni antibodi dan protektif, vaksin Nusantara memiliki performance sangat baik dan bertahan sangat lama. "Pada satu kelompok tertentu, bisa lebih dari enam bulan dan tak menunjukkan keluhan apapun," tandasnya. Sehingga, ucap Prof Nidom, jika Indonesia atau dunia ingin pandemi Covid-19 ini berlalu, maka penggunaan teknologi vaksin berbasis sel dendritik ini adalah pilihan. » Baca Berita Terkait Vaksin
Simak berita terukur barometerjatim.com di Google News.