Mendagri Larang Flexing, Eri Cahyadi: Pejabat Surabaya Terbiasa Hidup Sederhana!
SURABAYA | Barometer Jatim – Merespons instruksi Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian terkait larangan pejabat flexing atau pamer kemewahan, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menegaskan hal itu sudah lama menjadi bagian dari prinsip kerja di Pemkot Surabaya.
Dia menekankan, pejabat Surabaya sudah terbiasa dengan gaya hidup sederhana dan tidak berlebihan, baik dalam urusan dinas maupun pribadi.
“Tidak ada lagi pejabat publik di Surabaya yang flexing. Sudah dari dulu modelnya seperti ini, seperti kita-kita ini. Instruksi dari pusat untuk menggelar acara pribadi secara sederhana sudah kami sampaikan dan terapkan,” kata Eri, Jumat (5/9/2025).
Komitmen tersebut, tandasnya, tidak hanya sebatas anjuran melainkan sudah menjadi budaya. Bahkan sejak awal menjabat, Eri telah menekankan tidak ada pejabat atau pegawai negeri yang diperbolehkan mengadakan acara pribadi secara berlebihan.
“Kalau hanya untuk teman-teman dan keluarga, silakan. Tapi jangan berlebihan,” ujarnya
Salah satu bukti nyata komitmen Pemkot Surabaya terhadap kesederhanaan, yakni soal kebijakan penggunaan anggaran. Eri secara tegas menyatakan, dirinya dan seluruh jajaran ASN tidak pernah menggunakan anggaran daerah untuk perjalanan dinas ke luar negeri.
“Sejak saya menjabat wali kota pertama kali sampai hari ini dan insyaallah sampai berakhir jabatan, saya tidak pernah menganggarkan perjalanan ke luar negeri untuk seluruh ASN dan Pemkot Surabaya,” ungkapnya.
Keputusan ini didasari realitas di lapangan. Menurutnya, selagi masih ada warga miskin dan masalah stunting, anggaran seharusnya difokuskan untuk menyelesaikan persoalan tersebut.
“Ketika masih ada masyarakat miskin, masih ada yang namanya stunting, maka saya tidak gunakan anggaran itu untuk kepentingan ke luar negeri,” tegasnya.
Meski demikian, Eri menyebut kalau ada undangan resmi dari pihak luar negeri tetap diapresiasi dan disambut baik.
Dia mencontohkan saat Surabaya diundang dalam program Bloomberg Mayor Challenge 2025 yang diselenggarakan oleh Bloomberg Philanthropies, karena keberhasilan kota dalam pengelolaan sampah yang mewakili Indonesia.
Eri menugaskan Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Surabaya, Dedik Irianto dan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian, dan Pengembangan (Bappedalitbang) Surabaya, Irvan Wahyudrajad untuk hadir.
Keputusan ini diambil, karena seluruh biaya perjalanan ditanggung sepenuhnya pihak penyelenggara, menunjukkan bahwa perjalanan dinas luar negeri hanya dilakukan jika tidak membebani APBD.
“Keberhasilan kita menjadi yang terbaik di Indonesia dan mewakili bangsa di tingkat global, masuk dalam kategori 50 kota terbaik di dunia adalah suatu kebanggaan. Jika nanti kita lolos ke 25 besar, kita akan diundang lagi ke New York. Semoga Surabaya bisa meraih prestasi itu,” terangnya.{*}
| Baca berita Pemkot Surabaya. Baca tulisan terukur Andriansyah | Barometer Jatim - Terukur Bicara Jawa Timur