Khofifah Tak Suka Dibandingkan dengan KDM, Tak Setuju dengan Sebutan Anak Nakal!

SURABAYA | Barometer Jatim – Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa menolak dibanding-bandingkan dengan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi atau akrab disapa KDM (Kang Dedi Mulyadi) dalam menangani anak bermasalah. Khofifah bahkan tidak setuju dengan sebutan “anak nakal”.
“Wis wis rek! Ojo membanding-bandingkan rek, wes toh!” katanya kepada wartawan usai menerima kunjungan Ambassador of the Republik Singapore, Kwok Fook Seng di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Kamis (15/5/2025).
Kalau tak mau dibanding-bandingkan dengan KDM, lantas apa yang dilakukan Khofifah untuk menangani anak nakal di Jatim?
“Ya Allah, sampeyan (wartawan) ndak boleh lho. Saya itu sangat tidak setuju (mereka) disebut anak nakal. Saya selalu bilang anak nakal, nakal adalah N akal. N itu tidak terhingga, akal tidak terhingga," kata Khofifah.
“Sampeyan kan tahu kita punya sekolah-sekolah taruna. Saya tidak menyebut anak nakal, karena pada dasarnya anak itu terlahir putih, fitrah. Penyebutan pun menurut saya hati-hati sekali,” sambungnya.
Khofifah kemudian menjabarkan, ajaran nabi menyebut bahwa anak-anak terlahir dalam keadaan fitrah. Tapi kemudian diberi warna A, B, C, itu merupakan tanggung jawab kita semua.
Kalau sekolah untuk menguatkan karakter, tandasnya, Pemprov Jatim sudah mendapatkan warisan dari Gubernur Jatim sebelumnya, Soekarwo alias Pakde Karwo berupa SMA Taruna Nala di Malang dan SMA Taruna Angkasa di Madiun.
“Itu zaman Pakde. Zaman saya melanjutkan SMA Taruna Brawijaya (Kediri), SMA Taruna Bhayangkara (Banyuwangi), SMA Taruna Madani (Pasuruan) dan sekarang ini kita menyiapkan SMA Taruna Pamong Praja, kerja samanya dengan IPDN di Bojonegoro,” jelasnya.
Jadi sebetulnya, lanjut Khofifah, penguatan karakter anak yang diharapkan menjadi speaker nasionalisme, speaker kenusantaraan, dan speaker kebangsaan berada di SMA-SMA Taruna tersebut.
“Saya dengan segala permohonan, jangan menyebut anak nakal. Dia terlahir suci, dan saya makanya nakal itu N akal, akalnya tidak terhingga,” ujarnya.
Jadi Khofifah tidak setuju dengan langkah KDM mengirim anak yang dianggap nakal ke barak militer?
“Ya Allah, aku jangan dibawa ke arah sana ya. Jadi, enggak usah kawan-kawan membanding-bandingkan, kita punya cara bagaimana bisa menyiapkan anak-anak berkarakter. Karakter apa? Karakter kebangsaan, keindonesiaan, nasionalisme,” ucapnya.
Diketahui, KDM kembali membuat gebrakan program pendidikan karakter berbasis barak militer. Program tersebut bertujuan untuk membina anak-anak yang dianggap nakal dengan pendekatan disiplin ala militer.{*}
| Baca berita Pemprov Jatim. Baca tulisan terukur Rofiq Kurdi | Barometer Jatim - Terukur Bicara Jawa Timur