Porang Makin Redup, Gerindra Jatim Terpanggil Jadi Penangkar

KEJAYAAN SESAAT: Porang, digadang-gadang jadi komoditas ekspor bernilai tinggi kini harganya malah terjun bebas. | Foto: IST
SURABAYA, Barometerjatim.com - Dalam lima tahun terakhir, tanaman porang tampil sebagai primadona petani di Tanah Air. Bahkan sempat digadang-gadang menjadi komoditas ekspor bernilai tinggi, terutama ke China dan Jepang.
Tapi kini makin redup, petani porang justru mengeluhkan harga jual yang anjlok. Jika tahun lalu harga jualnya masih berada di kisaran Rp 12.000-Rp 13.000 per kilogram, kini terjun bebas menjadi Rp 5.000-Rp 6.000 per kilogram.
"Yang tadi harganya tinggi, sekarang menurun karena faktor-faktor administrasi yang ditentukan oleh China dan Jepang. Saat ini petani di Jatim mengeluh karena harga porang jatuh," kata anggota DPRD Jatim dari Fraksi Partai Gerindra, Dr HM Noer Soetjipto, Sabtu (18/12/2021).
Dalam situasi tersebut, tandas Soetjipto, Gerindra hadir untuk turut memberikan solusi, memberikan langkah-langkah agar petani menjadi porang bangkit kembali.Soetjipto pun bekerja sama dengan kepala Dinas Pertanian, Dinas Kehutanan, Dinas Perdagangan, dan Karantina Pertanian Jatim untuk duduk bareng mencari solusi.
"Ayo kita selesaikan masalah ini, supaya China dan Jepang segera mengambil barang-barang dari Indonesia karena ada faktor teknis tentang sertifikasi lahan," kata legislator yang juga wakil ketua DPD Partai Gerindra Jatim tersebut.
Nah, dari dasar itu, lanjut Soetjipto, pihaknya menyusun buku panduan setebal 20 lembar. Isinya, cara memperlakukan porang layaknya merawat pasien di rumah sakit. Kok?"Jadi cara menanam porang seperti pasien masuk RS yang setiap hari dicatat perkembangannya, porang pun diperlakukan seperti itu. Ini butuh ilmu yang harus kita berikan pada petani, supaya mereka bisa mengisi kami buat buku panduan," kata Soetjipto.
"Kami sudah menyiapkan dan nantinya setelah itu diakui Jepang dan China, maka buku itu akan kami kirim ke kelompok untuk dicetak sendiri. Upaya dibuat sendiri, sehingga mereka tidak kesulitan, agar porangnya laku dijual," sambungnya.
Siapkan Bibit BerkualitasĀ
Tak hanya buku panduan, lanjut Soetjipto, teknis lain yang harus diikuti yakni soal bibit yang tersertifikasi atau F1 dan itu butuh penangkaran bibit porang.
"Saat ini di Jatim baru ada satu di Madiun tapi kelihatannya tidak bisa meng-cover, maka kami dari Gerindra terpanggil untuk tampil sebagai penangkar," katanya.
Soetjipto bahkan sudah bekerja sama untuk menyiapkan lahan sekitar empat hektare. Lahan itu akan digunakan sebagai penangkaran dengan melibatkan beberapa ahli untuk mendampingi agar bibit memenuhi standar kualitas sesuai dengan sertifikasi.
"Nantinya akan kami mintakan sertifikat bibit yang memenuhi standar oleh pemerintah. Saat ini kami sedang mengadakan penggodokan-penggodokan, agar para petani porang bisa mendapatkan bibit berkualitas," katanya.Lagi pula, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa sudah mengeluarkan Pergub yang melarang bibit porang keluar dari Jatim. Sebuah langkah untuk mencukupi kebutuhan di Jatim.
"Tapi apapun masih belum cukup, maka kami hadir, kami akan membuat terobosan-terobosan, akan menjadi seorang penangkar dan di situlah langkah-langkah Gerindra," ujarnya.
Gerindra, tegas Soetjipto yang juga anggota Komisi B DPRD Jatim, tampil untuk membantu kesulitan petani tentang penyediaan bibit yang berkualitas."Kalau ada sertifikat atau punya labelnya, maka dijamin 98 persen bisa tumbuh. Di sinilah langkah-langkah yang dilakukan Gerindra Jatim," tuntasnya.
Ā» Baca Berita Terkait Gerindra Jatim