Jatim Diterjang KLB Polio, Gus Hans Singgung soal Imunisasi yang Tak Masif!

Reporter : -
Jatim Diterjang KLB Polio, Gus Hans Singgung soal Imunisasi yang Tak Masif!
SOROTI IMUNISASI: Gus Hans, singgung imunisasi dan jamban soal Jatim KLB polio. | Foto: Barometerjatim.com/RQ

SURABAYA | Barometer Jatim – Pemerhati Kesehatan Masyarakat, KH Zahrul Azhar Asumta M.Kes alias Gus Hans menyebut kasus polio di Jatim yang ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) sebagai hal yang mengkhawatirkan.

“Ini kabar mengkhawatirkan ya, karena polio itu bukan penyakit yang tiba-tiba, tetapi disebabkan oleh berbagai hal atau banyak faktor,” kata alumnus Ilmu Kesehatan Masyarakat FK Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta tersebut, Kamis (18/1/2024).

Di antaranya, sebut Gus Hans, tidak masifnya imunisasi polio bagi para bayi. Ini juga bukti PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat) belum menjadi bagian dari kehidupan masyarakat di Jatim.

“Bisa jadi ada di antara masyarakat kita, masih menggunakan jamban tradisional atau tempat yang selama ini tidak layak untuk membuang fesesnya, karena memang proses penularan polio ini kan dari feses. Dan ketika ini sudah menularkan kepada bayi atau anak kecil yang belum imunisasi, maka tidak bisa disembuhkan,” jelasnya.

| Baca juga:

Soal imunisasi yang tak masih memang diakui Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Jatim, dr Erwin Astha Triyono yang disebutnya ada gap pada capaian imunisasi 2021 dan 2022 lantaran Covid-19. Sehingga saat itu, Pemprov Jatim fokus pada Covid-19 yang membuat capaian vaksinasi khususnya polio turun alias tidak mencapai terget.

“Apakah itu salah? Ndak, karena saat itu kita fokus pada Covid-19. Begitu ada gap yang belum diimunisasi, maka salah satu kemungkinan yang bisa timbul adalah terjadi penularan,” katanya.

Setelah ada penetapan KLB polio, kata Erwin, tindaklanjutnya ada dua. Pertama, dilakukan surveilans, sehingga masyarakat yang punya anak usia di bawah 15 tahun dan merasa ada keluhan lumpuh layu mendadak (Acute Flaccid Paralysis/AFP) untuk segera berobat. Supaya nanti bisa diobati dan lingkungannya bisa segera diberikan imunisasi.

Kedua, memutus penularannya dengan cara melakukan Sub Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio sebanyak dua tahap, yakni pada 15-21 Januari 2024 dan 19-25 Februari 2024. Dengan dua kali Sub PIN diharapkan rantai penularannya terputus, ditambah kebersihan sanitasi.

Koreksi Bagi Pemprov

Gus Hans menambahkan, polio adalah penyakit yang tidak bisa disembuhkan, hanya bisa diantisipasi melalui imunisasi. Maka jika terjadi 1 atau bahkan 10 orang terkena polio dan tidak ditangani secara cepat, prosesnya akan semakin cepat menyebar kalau PHBS tidak berjalan dan masih ada fasilitas yang tidak dimiliki masyrakat yaitu jamban sehat.

“Saya kira ini buat koreksi lah bagi Pemprov dan beruntung Ketua DPD RI menyampaikan ini, sehingga publik semakin tahu sejuah mana Pemprov di dalam menyikapi masalah polio ini,” imbuhnya.

Sebekumnya, Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti meminta Pemprov Jatim melakukan langkah komprehensif agar kasus polio tersebut tidak semakin menular.

| Baca juga:

"Saya tegaskan Pemprov Jatim untuk melakukan tindakan cepat, terukur dan menyeluruh, baik dalam penanganan kasus polio yang sedang terjadi maupun langkah-langkah pencegahan untuk meminimalisir korban selanjutnya. Ini harus menjadi perhatian," pintanya.

Menurut senator asal Jatim tersebut, kasus polio tidak boleh dianggap remeh. Selain penyebarannya cepat juga dapat menyebabkan kelumpuhan yang bersifat permanen.

"Meskipun jarang sekali kasus polio menyebabkan kematian, namun dampak penyakit ini sangat besar. Polio bisa menyebabkan kelumpuhan atau kecacatan seumur hidup. Hal ini pada akhirnya akan mengurangi produktivitas hidup seseorang," tukas LaNyalla.{*}

| Baca berita Pemprov Jatim. Baca tulisan terukur Roy Hasibuan | Barometer Jatim - Terukur Bicara Jawa Timur

Simak berita terukur barometerjatim.com di Google News.