Gus Hans Sudah Usulkan Gus Kikin Nakhodai PWNU Jatim Sejak 2018, Tapi Terganjal 'Debu-debu' Pilgub!
SURABAYA | Barometer Jatim – Usai mencopot KH Marzuki Mustamar, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menunjuk KH Abdul Hakim Mahfudz alias Gus Kikin sebagai Penjabat (Pj) Ketua PWNU Jatim.
Tokoh Muda NU, KH Zahrul Azhar As’ad alias Gus Hans menyambut baik penunjukan terhadap Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Tebuireng Jombang tersebut dan diharapkan bisa membawa NU di Jatim lebih progresif.
Terlebih, Gus Hans sudah mengusulkan Gus Kikin berduet dengan KH Anwar Manshur untuk menakhodai PWNU Jatim saat Konferensi Wilayah (Konferwil) di Ponpes Hidayatul Mubtadiin Lirboyo, Kediri, 29 Juli 2018.
“Kalau masih diingat, pada saat Konferwil yang lalu, saya sih mengusulkan Gus Kikin dengan Kiai Anwar ya untuk bisa menakhodai PWNU Jatim pada saat itu,” katanya kepada Barometer Jatim, Sabtu (13/1/2024).
“Tapi orang-orang yang dulu menolak Gus Kikin, sekarang terpecah menjadi dua. Ada yang sekarang mengangkat Gus Kikin, dan juga ada yang masih tetap ingin mempertahankan Kiai Marzuki,” sambungnya.
| Baca juga:
- Ketua PWNU Jatim Dipecat, Mantan Bendum PBNU Tergelitik: NU kok Dikelola Kayak PT!
- PBNU Dituding Giring PCNU ke 02, Gerindra Jatim Sindir Gus Salam: Kalau Perlu Angin yang Disalahkan!
- PBNU Beber Pencopotan Kiai Marzuki dari Ketua PWNU Jatim: Tak Patuhi Organisasi, Sudah 3 Kali Kena SP!
Karena itu, pencopotan Kiai Marzuki maupun pengangkatan Gus Kikin -- yang baru terwujud setelah lima tahun, bisa dibuat pelajaran agar dalam memilih pemimpin sebuah organisasi hendaknya didasarkan pada kapabilitas seseorang alias yang pas.
Menurut Gus Hans, Kiai Marzuki memang sosok yang tidak tergantikan dalam konteks dakwah untuk memperjuangkan Ahlussunah wal Jamaah (Aswaja). Bahkan sampai sekarang bisa dibilang 'macan panggung' bagi jamaah di grass-roots yang masih membutuhkan sentuhan-sentuhan tentang ilmu yang berkaitan dengan keaswajaan.
“Tetapi di dalam organisasi juga dibutuhkan sosok organisatoris, yang bisa membawa organisasi ini lebih progresif dan pada saat itu kita mengusulkan Gus Kikin,” ucap kiai muda pengasuh Ponpes Queen Al Azhar Darul Ulum Jombang tersebut.
NU Berpolitik Kebangsaan
JEJAK 2018: Gus Hans usulkan duet KH Anwar Manshur-Gus Kikin nakhodai PWNU Jatim. | Foto: Barometerjatim.com/DOK
Namun usulan tinggal usulan, harapan tinggal harapan. Gus Hans yang pernah menjabat Ketua Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKKNU) PWNU Jatim -- mundur karena menjadi Jubir Khofifah-Emil Dardak di PIlgub Jatim 2018 -- menyebut, faktor pertimbangan politik pada saat itu membuat peserta Konferwil terkondisikan untuk memilih Kiai Marzuki ketimbang Gus KIkin.
“Yang akhirnya sekarang ini diberhentikan oleh yang dulu juga sebagian dari mereka mengusulkan mati-matian agar yang menduduki posisi Ketua PWNU Jatim ini Kiai Marzuki,” ucapnya.
Faktor politik yang dimaksud Gus Hans, yakni masih ada 'debu-debu' rivalitas Pilgub Jatim 2018 di Konferwil. Khofifah Indar Parawansa yang tak didukung kiai struktural PWNU Jatim di Pilgub Jatim, lebih menjagokan Gus Kikin. Sedangkan kiai struktural PWNU Jatim yang mendukung Saifullah Yusuf alias Gus Ipul lebih condong ke Kiai Marzuki.
| Baca juga:
- Akhirnya Khofifah Dukung Prabowo-Gibran, Gus Hans: Lumayan Nambah-nambah 1% Suara!
- JKSN Bentukan Khofifah Akhirnya Dukung Prabowo-Gibran, Gus Hans: 'Perang' Sudah Jalan Kenapa Baru Muncul?
- Gus Kautsar Merapat ke Gibran, Ketum Jaga Nusantara: Wajar-wajar Saja, Bukan Sesuatu yang Istimewa!
Saat pemilihan dalam Konferwil, Kiai Marzuki akhirnya terpilih sebagai Ketua PWNU Jatim masa khidmat 2018-2023 setelah meraih 30 suara dari pengurus cabang. Sedangkan Gus Kikin mendapatkan 11 suara dan Pengasuh Ponpes Al Hikmah Purwoasri Kabupaten Kediri, KH Abdul Nasir Badrus 4 suara.
Sebelumnya, Pengasuh Ponpes Lirboyo Kota Kediri, KH Anwar Manshur terpilih sebagai rais syuriah terlebih dahulu lewat mekanisme Ahlul Halli wal Aqdi (AHWA) yang berisi tujuh kiai sepuh.
Gus Hans menambahkan, pelajaran utama dari dinamika di PWNU Jatim dengan pencopotan Kiai Marzuki, yakni harus bisa memisahkan organisasi dengan kepentingan-kepentingan politik baik personal maupun kepentingan lokal yang sifatnya faksis.
“Kembalikan NU dalam konteks berpolitik secara kebangsaan. Kalau itu yang terjadi, insyaalah tidak akan terjadi lagi hal seperti ini,” tuntas Gus Hans.{*}
| Baca berita Nahdlatul Ulama. Baca tulisan terukur Rofiq Kurdi | Barometer Jatim - Terukur Bicara Jawa Timur