Bau Sampah di Sekitar GBT Tak Kunjung Menjauh, Nih Cara Pemkot Surabaya Mengatasinya
TREATMENT KHUSUS: Eri Cahyadi, ada treatment khusus sampah di TPA Benowo agar tidak menimbulkan bau. | Foto: IST
SURABAYA, Barometerjatim.com Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi bersama jajaran Asisten dan Kepala Perangkat Daerah menilik langsung Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo, Kamis (24/8/2022). Saat sidak, dia mengatakan ada treatment khusus sampah di TPA Benowo agar tidak menimbulkan bau di sekitar Gelora Bung Tomo (GBT) .
Menurut Eri, salah satu treatment-nya adalah menutup seluruh TPA Benowo menggunakan membran agar tidak terlihat mencolok dan menimbulkan bau. Selain dengan membran, Pemkot Surabaya juga rutin melakukan penyemprotan zat kimia untuk mengurangi rasa bau.
"Saya ingin semuanya tertutup seluruhnya dengan membran. Kemudian menempatkan petugas DLH (Dinas Lingkungan Hidup) untuk mengawasi TPA Benowo dan memastikan penyemprotan zat kimia berjalan," katanya.
Pengawas dari DLH Surabaya nantinya, lanjut Eri, secara berkala melakukan pengawasan dan memastikan penyemprotan zat kimia pengurang rasa bau berjalan dengan lancar. Agar tidak lagi bau, dia ingin DLH melakukan pengawasan treatment sampah di TPA Benowo secara ketat."Harusnya nggak bau. Lek sik mambu, yo berarti pengawasane sing kurang (kalau masih bau berarti pengawasannya yang kurang)," ucapnya.
Cahyadi menjelaskan, treatment itu sudah menjadi bagian dari prosedur perjanjian pihak ketiga yang mengelola sampah TPA Benowo. Maka dari itu, DLH wajib melakukan pengawasan ketat agar hasilnya maksimal.
Dia juga meminta DLH untuk menambah buffer zone berupa tanaman pohon bambu di sekitar TPA Benowo. Tujuannya untuk mengurangi polusi udara serta zat kimia yang disemprotkan oleh pihak ketiga.Meskipun di TPA Benowo saat ini sudah ada buffer zone berupa pohon bambu, akan tetapi itu dirasa masih kurang karena jaraknya yang terlalu renggang. Eri ingin pohon bambu ditanam di dalam bis beton dan dijajar di sepanjang area TPA Benowo.
"Sebenarnya sudah ada lima pohon, tapi masih kurang. Saya inginnya 10-15 agar lebih rapat, jadi setiap bis beton itu penuh untuk menghalau baunya, sekaligus mengurangi polusi dan zat kimia yang disemprotkan. Tiga hari lagi saya ke sini untuk cek lagi," katanya.
Masih Bau karena Bocor
Sementara itu Kepala DLH Surabaya, Agus Hebi Djuniantoro mengatakan, pelapisan membran di TPA Benowo progresnya saat ini telah mencapai 85 persen. Rencananya, proses penutupan membran akan selesai pada akhir Agustus 2022
Hebi mengatakan, penutupan membran itu mencakup TPA Benowo secara keseluruhan. Kemudian untuk penanaman pohon, DLH Surabaya telah menanam 4.000 bambu dan 3.000 pohon jenis lain. Karena dirasa kurang maksimal, maka akan ditambah lagi.
TPA Benowo seluas kurang lebih 37 hektar itu kita tutup seluruhnya menggunakan membran. Karena angin di Benowo itu kencang, kemarin membuat sebagian membrannya terbuka selain itu juga karena ada penataan, katanya.
Hebi menjelaskan, alasannya menggunakan pohon bambu karena tanaman tersebut dirasa lebih kuat untuk menahan dan menghalau bau dan polusi udara dari TPA Benowo. Selain itu, bambu juga dapat tumbuh dengan baik di TPA Benowo karena memiliki akar serabut."Kalau bambu itu kan akarnya tumbuh merambat ke samping, enggak sampai ke dalam. Kalau pohon jenis lain akarnya masuk ke dalam, nah kalau itu (akar) menyerap air sampah akan mati, makannya kemarin kenapa menanamnya pakai media tanah dan bis beton," jelasnya.
Hebi menambahkan, alasan kenapa beberapa waktu lalu sempat tercium bau sampah di sekitar TPA Benowo karena ada penataan sampah. "Sebenarnya sudah tidak bau kalau pengelolaannya bagus, kemarin bocor karena penataan sampahnya," pungkasnya.
» Baca berita terkait Pemkot Surabaya. Baca juga tulisan terukur lainnya Moch Andriansyah.