Curhat Peternak Terdampak PMK ke Anwar Sadad: Sampaikan ke Pemprov Jatim, Kami Butuh Konsentrat

Reporter : barometerjatim.com -
Curhat Peternak Terdampak PMK ke Anwar Sadad: Sampaikan ke Pemprov Jatim, Kami Butuh Konsentrat

TURUN LAPANGAN: Anwar Sadad, beri makan sapi perah di peternakan warga di Pasuruan. | Foto: Barometerjatim.com/ROY HS

PASURUAN, Barometerjatim.com Status Jatim menjadi provinsi dengan kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) terbanyak di Indonesia -- 133.460 per Jumat (1/7/2022) pukul 12.00 WIB -- membuat Wakil Ketua DPRD Jatim, Anwar Sadad turun ke peternakan warga untuk melihat langsung kondisi yang terjadi.

Minggu (3/7/2022) petang, legislator yang juga Ketua DPD Partai Gerindra Jatim itu meninjau peternakan sapi perah di Dusun Kumbo, Desa Telogosari, Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan, setelah sebelumnya meninjau ketersediaan susu segar di Koperasi Peternakan Sapi Perah (KPSP) Setia Kawan Nongkojajar.

Di Dusun Kumbo, Sadad yang didampingi Wakil Ketua DPRD Kabupaten Pasuruan, Rusdi Sutejo mendatangi peternakan milik salah seorang warga, Jakfar Sodiq dan disambut pemandangan cukup miris: Seekor sapi perah tampak tergeletak tak berdaya, kondisi salah satu kukunya terlepas dan mulut berbusa karena terpapar PMK.

Ini yang terbaru (terpapar PMK), sebelumnya sapi-sapi di sini (24 ekor) terpapar semua. Ada yang sembuh, satu mati, dan dua potong paksa, kata Jakfar dengan mata berkaca-kaca.

Baban kami sangat berat, karena harus keluar banyak uang, sebagian besar dengan cara utang, sambungnya. Sementara Sadad yang dicurhati terlihat ikut prihatin, sambil sesekali menepuk pundak pria yang 25 tahun menjadi peternak sapi tersebut.

Jakfar menuturkan, sudah 20 hari ini menghabiskan sekitar Rp 20 juta agar sapi-sapinya bisa kembali pulih. Uang sebanyak itu digunakan untuk membeli konsentrat, vitamin, antibiotik, dan obat herbal yang disebutnya lebih cocok untuk mengatasi PMK.

Obat herbal (per botol kecil) harganya Rp 250 ribu untuk satu ekor. Kemarin satu ekor bahkan ada yang habis tiga, kan sudah Rp 750 ribu sendiri, kalikan 24 ekor sapi, katanya.

Jakfar dan peternak lain hanya bisa mengeluarkan uang tanpa ada pemasukan, karena sapinya tidak berproduksi, susunya tidak bisa keluar. Sebelum ada PMK, dulu ya masih untung karena produksi, susu bisa diperas, sehari bisa 200 liter, katanya.

Kalaupun susu bisa diperas, selain sedikit tidak sampai 60 liter, pihak pabrik juga tidak mau menerima lantaran terkontaminasi antibiotik yang cukup berbahaya untuk anak kecil.

Akhirnya susunya dibuang, karena dijual juga tidak laku. Kalau dikonsumsi anak kecil juga bahaya kalau ada antibiotiknya. Makanya sekarang got-got (selokan) mengalir susu sapi, katanya.

Menurut Jakfar, sudah ada perhatian dari dinas setempat tapi sebatas pemberian suntik, vaksin, vitamin, dan antibiotik. Tapi obat herbal seharga Rp 250 ribu per botol yang dibeli peternak secara mandiri justru dinilainya lebih manjur.

Karena itu, dia meminta Sadad untuk menyampaikan situasi yang terjadi ini pada Pemprov Jatim, karena yang dialami peternak sapi benar-benar berat.

Mudah-mudahan Pemprov Jatim dapat memberikan bantuan, terutama konsentrat supaya beban peternak ini berkurang. Kami butuh konsentrat untuk pemulihan kesehatan sapi agar bisa produktif lagi, ujarnya.

Saat ini, harga konsentrat dari pabrikan per karung (50 kg) yakni Rp 210 ribu. Kalau 24 sapi, satu hari butuhnya dua karung. Berarti sehari kebutuhan Rp 420 ribu, itu untuk konsentarat saja, katanya.

Jadi belum ada perhatian dari Pemprov Jatim? Belum ada sama sekali. Makanya kami berharap Bapak Wakil Ketua DPRD Jatim menyampaikan ke Pemprov, biar beban peternak tidak terlalu berat. Kalau sekarang berat sekali, ujarnya.

Butuh Tindakan Segera

SAPI TERPAPAR PMK: Anwar Sadad, lihat langsung sapi perah di Pasuruan yang terpapar PMK. | Foto: Barometerjatim.com/ROY HSSAPI TERPAPAR PMK: Anwar Sadad, lihat langsung sapi perah di Pasuruan yang terpapar PMK. | Foto: Barometerjatim.com/ROY HS SAPI TERPAPAR PMK: Anwar Sadad, lihat langsung sapi perah di Pasuruan yang terpapar PMK. | Foto: Barometerjatim.com/ROY HS

Dicurhati peternak sapi yang tengah kesusahan akibat wabah PMK, Sadad menegaskan akan menyampaikan ke Pemprov Jatim lewat kewenangannya di DPRD Jatim.

Dalam kesempatan pertama masuk kantor, saya akan sampaikan dan komunikasikan dengan Plt Gubernur Jatim (Emil Elestianto Dardak) dengan Kepala Dinas Peternakan, katanya.

Kita minta mereka untuk segera melakukan tindakan segera, secepat mungkin, karena ini sudah berpacu dengan waktu, tandas legislator keluarga Pondok Pesantren (Ponpes) Sidogiri, Pasuruan yang akrab disapa Gus Sadad itu.

Menurut Sadad, apa yang dialami peternak sapi terasa berat, karena tindakan dari dokter hewan selama ini yakni memberi vaksin, antibiotik, dan vitamin. Begitu sapi kena antibiotik, maka tidak bisa berproduksi, susunya tidak bisa keluar selama 20 hari.

Situasi ini, menurut Sadad, memang simalakama. Satu sisi antibiotik untuk memulihkan yang sudah terpapar, di sisi lain akibatnya susu menjadi tidak steril padahal untuk dikonsumsi anak kecil.

Tapi dalam 20 hari itu kan peternak tetap memberi makan, kasih konsentrat, hijauan, dan sebagainya. Ini bagi petani yang sangat berat. Kalau soal vaksin, antibiotik, enggak ada masalah. Artinya sudah tersedia. Hanya yang berat bagi petani itu pakannya, konsentrat terutama, jelas Sadad.

Jadi posisi peternak sekarang adalah bertahan mengatasi keadaan sampai situasi berangsur normal. Peternak sekarang fokusnya ke kesehatan dulu, baru produksi. Tapi akibatnya, karena income para peternak drop, terjun bebas, ya akhirnya perekonomian menjadi terpengaruh, pasar sepi, tuntasnya.

» Baca berita terkait Wabah PMK. Baca juga tulisan terukur lainnya Rofiq Kurdi.

Simak berita terukur barometerjatim.com di Google News.