Gus Hans: Masyarakat Masih Trauma Covid-19, Jangan Kini Dibikin Panik dengan Hepatitis

JANGAN BIKIN PANIK: Gus Hans, pemerintah jangan bikin panik masyarakat soal hepatitia akut. | Foto: Barometerjatim.com/ROY HS
SURABAYA, Barometerjatim.com Publik Jatim sempat dibikin cemas dengan kabar adanya 114 pasien suspek hepatitis akut misterius (acute hepatitis of unknown aetiology), meski akhirnya diklarifikasi Kepala Dinas Kesehatan Jatim, dr Erwin Astha Triyono kalau yang terjadi sebenarnya sindrom jaundice (penyakit kuning) akut.
Menanggapi ramainya kabar tersebut, Pemerhati Kesehatan Masyarakat, Zahrul Azhar Asumta M.Kes alias Gus Hans meminta pemerintah jangan lagi membikin panik masyarakat yang masih trauma dengan kasus Covid-19 yang belum selesai.
Kemarin Kadinkes kan membahas 114 pasien itu, nah yang gitu-gitu kan bikin panik masyarakat. Saya hanya memastikan saja, bahwa penyebaran hepatitis tidak secepat dan semasif delta (varian Covid-19), kata Gus Hans, Sabtu (7/5/2022).
Sehingga masyarakat tidak perlu panik, yang penting tetap berlakukan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat), karena penyebarannya tidak sepeti delta yang melalui udara dan sebagainya. Jadi masyarakat tidak perlu panik, sambungnya.
Sebaliknya, lanjut Gus Hans yang alumnus Ilmu Kesehatan Masyarakat FK Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, pemerintah fokus saja kampanye PHBS, karena kunci hepatitis yajkni soal kebersihan. Misalnya soal kualitas makanan atau menjaga kebersihan tangan dan sebagainya.Lagi pula, hipatitis akut ini masih membuat sedikit pertanyaan di internal dunia kedokteran dan biarlah hal itu menjadi konsumsi kalangan medis. Jangan sampai informasi belum matang kemudian disebar ke masyarakat yang belum pulih benar dari trauma Covid-19.
Sedangkan soal Surat Edaran (SE) Kemenkes tentang kewaspadaan terhadap penemuan kasus hepatitis akut misterius, menurut Gus Hans, seharusnya Pemerintah Daerah (Pemda) tidak langsung melemparnya ke publik tapi direspons dengan cara menghidupkan lagi kampanye PHBS.
Jangan memberi informasi ke masyarakat yang tidak tahu menjadi tahu dengan permasalahan yang masih belum clear di internal kedokteran. Di internal paramedis sendiri itu lho belum clear kok dilemparkan ke awam, kata Gus Hans.
Nah, SE Kemenkes itu kan dari pemerintah pusat ke Pemda, agar memberikan antisipasi secara medis atau kuratif seperti apa. Tetapi sampainya ke masyarakat tidak perlu hal yang sifatnya kurasi, harusnya lebih ke arah tindakan prevensi, pencegahannya yaitu PHBS, paparnya.Artinya Pemda kelewat buru-buru mem-publish ke masyarakat? Ya tidak buru-buru, harusnya itu ke internal paramedis tetapi di-publish ke masyarakat awam yang masih trauma dengan Covid-19, katanya.
Bukankah pemerintah hadir untuk memberi ketenangan bagi masyarakat, bukan sebaliknya memberi kepanikan, tuntas Gus Hans yang juga Ketua Umum Ikatan Alumni (IA) Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta.
» Baca berita terkait Hepatitis. Baca juga tulisan terukur Lainnya Roy Hasibuan.