Para Orang Tua Jangan Panik Yuk Kenali Ciri-ciri Anak Terjangkit Hepatitis Akut

-
Para Orang Tua Jangan Panik Yuk Kenali Ciri-ciri Anak Terjangkit Hepatitis Akut
ILUSTRASI: Para orang tua diminta tetap tenang saat buah hati terindikasi tertular hepatitis akut. | Foto: Everyday Health SURABAYA, Barometerjatim.com Pandemi Covid-19 belum benar-benar pergi, kini Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan hepatitis akut misterius (acute hepatitis of unknown aetiology) sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Per 1 Mei 2022, bahkan sudah menjangkiti sejumlah anak di 20 negara. Kasus ini pun menjadi perhatian dan bikin cemas penduduk dunia, termasuk di Indonesia, lantaran penyakit yang cenderung menyerang anak-anak tersebut masih belum diketahui etiologi atau penyebabnya. Terlebih ada kematian tiga pasien anak yang dirawat di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Agar masyarakat -- khususnya para orang tua -- semakin waspada, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, Nanik Sukristina, menjabarkan sejumlah ciri anak yang terjangkit hepatitis akut. Apa saja? Mulai dari penurunan kesadaran, pyrexia (demam tinggi), muncul perubahan warna urin (gelap) atau feses (pucat), jaundice (terjadinya perubahan warna menjadi kekuningan pada kulit, bagian putih dari mata, dan juga membran mukosa anak) serta pruritis (gatal pada kulit). "Selain itu, ciri lain adalah arthralgia/myalgia (nyeri sendi atau pegal-pegal). Kemudian mual, muntah, atau nyeri perut, lesu, hilang nafsu makan dan diare," papar Nanik, Jumat (6/5/2022). Lantas, apa langkah pertama yang harus dilakukan jika ada anak terindikasi tertular hepatitis akut? Nanik meminta orang tua agar tetap tenang, jangan panik. Selanjutnya, segera membawa anak tersebut ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) terdekat untuk dilakukan penanganan dari tim medis dan pemeriksaan lebih lanjut. "Juga melaporkan ke Puskesmas di wilayah tempat tinggal, untuk selanjutnya dilakukan investigasi (penelusuran) sebagai upaya pencegahan penularan," ucapnya. Nanik menambahklan, hingga saat ini belum diketahui secara pasti bahaya penyakit ini. Mengingat, penyakit ini masih dalam tahap investigasi WHO. Dari dari WHO, sampai saat ini kasus ditemukan pada anak usia satu bulan sampai dengan 16 tahun. "Dikarenakan penyebabnya masih belum diketahui, maka penanganan yang dilakukan untuk mengurangi gejala yang timbul," ujarnya. Meski demikian, Nanik mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan berhati-hati. Sebagai langkah pencegahan, dia berpesan agar masyarakat tetap menerapkan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) secara konsisten dalam berkegiatan sehari-hari dan di lingkungan tempat tinggal. "Yakni dengan cara mencuci tangan, meminum air bersih yang matang, makan-makanan yang bersih dan matang penuh, membuang tinja dan popok sekali pakai pada tempatnya, menggunakan alat makan sendiri-sendiri, serta memakai masker dan menjaga jarak," tuturnya. Sebagai bentuk deteksi dini, lanjut Nanik, jika menemukan anak dengan gejala-gejala seperti kuning, mual/muntah, diare, nyeri perut, penurunan kesadaran/kejang, lesu, demam tinggi, pihaknya meminta agar segera mengakses dan memeriksakan ke Fasyankes terdekat. Selain itu, membatasi mobilisasi ke luar rumah dan luar wilayah sehingga dapat mencegah risiko penularan penyakit. "Terakhir, konsisten menerapkan protokol kesehatan dalam berinteraksi sosial dan berkegiatan sehari-hari," pungkasnya. » Baca berita terkait Hepatitis. Baca juga tulisan terukur Lainnya Moch Andriansyah.