Emil: Kebijakan Pertanian Tak Bisa Dipisahkan dari Agribisnis
AGRIBISNIS POLICY: Emil Dardak, kebijakan pertanian tidak bisa dipisahkan dengan agribisnis. | Foto: IST
MALANG, Barometerjatim.com - Wakil Gubernur Jatim, Emil Elestianto Dardak menyampaikan kebijakan di sektor pertanian harus memiliki sudut pandang agribisnis policy, terlebih saat ini dalam situasi pandemi Covid-19.
"Terutama komoditas buah dan florikultural. Kita berharap bahwa kebijakan kita, tidak bisa dipisahkan dengan agribisnis. Oleh karena itu, ini menjadi sebuah tantangan," ujarnya saat menghadiri penandatanganan komitmen antara Universitas Brawijaya (Unibaw) dengan Pemkab Malang di UB Forest Malang, Minggu (19/9/2021).
Emil menjelaskan, agribisnis policy di sektor pertanian sangat tepat karena kebijakan yang diambil diharapkan tidak menjadi sebuah 'kelatahan'. Melainkan memiliki waktu untuk terus mengembangkan dari segi kualitasnya.
"Kalau satu nanam porang, semua enggak harus menanam porang. Jadi ada waktu-waktunya," terangnya.Emil pun mengapresiasi upaya untuk menghasilkan ekonomi skill yang diluncurkan Kementerian Pertanian (Kementan), yakni membangun kawasan 200 kampung buah dan sayur yang diagregasi di lahan seluas 10 hektare.
"Di Jawa Timur, sepertiga penduduknya bekerja di sektor pertanian namun PDRB-nya hanya di kisaran 11 hingga 13 persen," jelasnya.
Karena itu, Emil mengapresiasi apa yang telah dilakukan UB Malang sebagai salah satu center excellent di sektor pertanian yang memiliki konsentrasi khusus di bidang agrikultur berskala nasional."Mindset petani harus kita ubah. Saya rasa inspirasi petani di Jatim saat ini adalah seorang dengan profesi yang challenging dan berkelas akan kita wujudkan melalui Universitas Brawijaya. Kita berharap bahwa image yang melekat bidang pertanian dengan Universitas Brawijaya," jelasnya.
Hulu hingga Hilir
Terkait pandemi Covid-19 yang mulai menurun, Emil berharap agar kondisi tersebut segera berubah menjadi endemi. Sehingga pemulihan ekonomi dapat kembali bangkit, dimana sektor pertanian holtikultura memiliki potensi yang cukup besar utamanya di sektor hulu hingga hilir.
"Kami melihat kerja sama antara Pemda Kabupaten Malang dengan Universitas Brawijaya yang memastikan untuk menanam excellent di hulunya," imbuh Emil.
Melihat hal itu, Emil berharap tata kelola niaga menjadi feedback florikultural di sektor hulu. Apalagi Unibraw Malang menduduki peringkat tiga nasional, dalam hal atensi di bidang pertanian yang dapat menunjang teknologi pertanian.
Sedangkan di sektor hilir, sebut Emil, pemahaman branding, strategi dan chain supplay juga menjadi hal yang sangat penting untuk diketahui. Sehingga diharapkan dapat dipahami soal waktu-waktu yang tepat untuk menanam komoditas.Sementara itu Bupati Malang, Sanusi menyampaikan, Kabupaten Malang akan terus mengembangkan komoditi alpukat pemeling. Apalagi potensi tersebut sudah mendapat apresiasi dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) karena hak ukurannya yang besar.
"Alpukat ini berasal dari Wonorejo, Lawang. Dimana asal muasal bibit dan induknya menjadi nominasi holtikultural se-Indonesia. Pak Presiden tertarik dan alpukat pemeling layak dijadikan alpukat terbaik di Indonesia. Sehingga, Pak Presiden meminta untuk pengembangan satu juta bibit yang akan disebar di Indonesia," jelas Sanusi.
» Baca Berita Terkait Pertanian