Waspadai Radikalisme, Penyuluh Lintas Agama Ikuti Jambore

JAMBORE: Penyuluh lintas agama mengikuti jambore di Kanwil Kemenag Jatim untuk memperkuat persaudaraan kebangsaan, 3-5 Juli. | Foto: Barometerjatim.com/ABDILLAH HR
SURABAYA, Barometerjatim.com 900 orang terdiri dari penyuluh agama, guru madrasah dan pendamping OSIS mengikuti Jambore Penyuluh Agama Islam dan Lintas Agama di Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kemenag) Jatim, 3-5 Juli.
Kakanwil Kemenag Jatim, Samsul Bahri menuturkan, jambore ini sebagai bentuk penguatan masyarakat terhadap cinta Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), sekaligus membuktikan kalau di Jatim tidak ada persoalan masalah keagamaan.
Samsul juga menegaskan kalau di Jatim tidak ada radikalisme, "Tetapi kita harus waspada terhadap radikalisme," katanya saat mengunjugi tenda peserta Jambore di Kantor Kemenag Jatim, Jalan Juanda, Sidoarjo, Selasa (3/7).
Baca: Perangi Terorisme, Tokoh Agama Diminta Berperan Aktif
Menurutnya, kegiatan ini tidak sekadar antisipasi, tetapi menyiapkan generasi ke depan sebagai simbol kedamaian di Indonesia. "Jatim mengawalinya dan ini baru pertama di Indonesia," tegasnya.
Kegiatan ini, lanjut Samsul, mendapat apresiasi khusus dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang berharap bisa hadir di acara ini namun terkendala dengan acara di tempat lain.
"Beliau pingin hadir, namun bertepatan dengan jadwal beliau yang lain sehingga tidak bisa hadir. Saat penutupan tanggal 5 (Juli) nanti dihadiri oleh Menteri Agama," katanya.
Suasana Bumi Perkemahan
Sementara Kasi Penyuluh Agama Islam Kanwil Kemenag Jatim, AW Efendi menyatakan, jambore pertama dilakukan di bukit B29 Lumajang dan saat itu hanya diikuti penyuluh agama Islam. "Kalau saat ini diikuti seluruh perwakilan umat beragama di Jatim," katanya.
Format acara dilaksanakan dengan tema jambore, karena setiap perwakilan daerah bermalam di tenda seperti di bumi perkemahan. Hal ini dimaksudkan untuk menambah kekompakan antarpeserta.
Nantinya peserta akan berbagi permasalahan dan dipecahkan bersama, sehingga akan membangun ukhuwah wathaniah (persudaraan kebangsaan) di Indonesia.
Baca: Jaringan Pelaku Bom Surabaya dalam Analisa Adik Amrozi
Pasca kegiatan, setiap penyuluh agama akan mentransfer pengetahuannya ke masyarakat. "Kegiatan ini cukup efektif karena satu penyuluh agama fungsional ini membawahi delapan bidang penyuluhan," ungkapnya.
Kedelapan bidang penyuluhan yang di cover penyuluh fungsional yakni pemberantasan buta huruf al Qur'an, keluarga sakinah, pemberayaan zakat, pemberdayaan wakaf, kerukunan umat beragama, menanggulangi radikalisme dan aliran sempalan, produk halal serta antisipasi peredaran narkoba dan AIDS.
"Ini yang menjadikan kegiatan ini efektif di masyarakat, karena semua bidang tercover," pungkasnya.