Kisah Pemuda di Tuban Rawat Ratusan Lansia, Terpanggil karena Jiwa Sosial Sang Ibu

TUBAN | Barometer Jatim – Namanya Anwar Ibrahim, usianya baru 25 tahun. Namun pemuda asal Desa Karangagung, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban itu menarik perhatian lantaran sejak 2023 mendedikasikan dirinya sebagai relawan sosial. Merawat warga lanjut usia (lansia) di lingkungan sekitarnya.
Setiap pekan saat libur kerja, Anwar dibantu relawan lainnya menyempatkan diri, mengunjungi warga lansia di rumah masing-masing untuk mengontrol kondisinya.
Anwar menceritakan, dirinya tergerak merawat lansia karena terinspirasi dari orang tuanya yang memang memiliki kepedulian sosial tinggi terhadap masyarakat sekitar.
“Ibu saya kan merawat lansia yang sudah lama di Malaysia. Sekitar 30 tahun, ndak punya anak, keluarganya pun ndak mau merawat waktu pulang di Indonesia. Jadi ibu saya (yang merawat) sampai 4 tahun, sampai beliau meninggal,” tuturnya, Rabu (25/9/2024).
Jiwa sosial Anwar semakin tumbuh, setelah melihat banyaknya warga lansia di kampungnya yang perlu mendapatkan perhatian dan perawatan.
Selain itu, dia teringat dengan cita-cita pamannya yang memiliki keinginan untuk membuat tempat penampungan dan perawatan untuk warga lansia atau samacam panti lansia.
Anwar akhirnya mulai bergerak dan mengajak temannya yang memiliki kepedulian, untuk merawat para lansia di kampung. Dia tidak ingin melihat ada lansia terlantar karena kurangnya kepedulian masyarakat sekitar.
Awalnya Dipertanyakan
Meski bersifat sosial, saat awal mendatangi dan mendata warga lansia di kampungnya, Anwar sempat dipertanyakan keluarganya maupun warga sekitar.
"Dulu, awal bergerak sering ditanya untuk apa dan mau dapat apa kok didata," tutur alumnus Teknik Sipil Universitas Sunan Bonang Tuban itu.
Namun seiring berjalannya waktu dan kegiatannya berkunjung ke rumah warga lansia, akhirnya dapat diterima pihak keluarga dan warga sekitar dan justru kepedulian dan kehadirannya dinilai sangat membantu.
Dalam menjalankan kegiatan sosialnya, Anwar tidak sendiri. Dia merangkul sejumlah pemuda di kampungnya, terutama yang memiliki kemampuan dasar ilmu kesehatan.
"Kalau ada yang sakit biasanya langsung dirujuk dan diantarkan ke rumah sakit untuk mendapatkan pelayanan kesehatannya" katanya.
Namun rata-rata mereka enggan berobat, karena memikirkan biaya kesehatan yang mahal. Kalaupun memakai BPJS pun ribet dan tidak mau merepotkan keluarganya.
Menurut Anwar, dalam merawat lansia dibutuhkan kesabaran lebih karena mereka memiliki kondisi kesehatan dan fisik yang berbeda-beda.
Karena itu, untuk memudahkan pemantauan dia mengelompokkannya menjadi dua kategori, yakni lansia produktif dan nonproduktif.
"Terkadang ada keluarganya tinggalnya berjauhan kita harus membantu ganti pampers, atau kondisi kesehatanya turun ya harus mengantarkannya ke rumah sakit dan merawatnya," terangnya.
Kepedulian Anwar tersebut disambut baik tokoh Muhammadiyah setempat, yang kemudian diberikan wadah melalui lembaga Muhammadiyah Senior Care (MSC).
Untuk lansia produktif, setiap tiga bulan sekali ada kegiatan pemberdayaan seperti pelatihan membuat sabun cuci piring atau pelatihan lainnya. Selain itu, para lansia mendapatkan pembinaan kerohanian setiap sebulan sekali.
Kini, gerakan peduli lansia di bawah naungan MSC sudah melakukan pembinaan dan perawatan sekitar 250 orang lansia di Tuban.
“Semua lansia tersebut, sementara ini masih tinggal di rumah masing-masing karena belum memiliki bangunan asrama untuk menampungnya. Saat ini kita yang proaktif mendatangi ke rumahnya untuk memantau dan merawatnya," ucap Anwar.{*}
| Baca berita Tuban. Baca tulisan terukur Hamim Anwar | Barometer Jatim - Terukur Bicara Jawa Timur