Lahir karena NU Struktural Kian Tergoda Politik Praktis

Reporter : barometerjatim.com -
Lahir karena NU Struktural Kian Tergoda Politik Praktis

DISKUSI GAGAS PENGANUT NU KHITTAH: (Dari Kiri) KH Muhtam Muchtar, Ahmad Subhan, Mahfud, Ali Azhar dan KH Faodhol Mubarok. Foto: Barometerjatim.com/ROY HASIBUAN

Para aktivis NU berkumpul. Mereka gelisah melihat 'rumah besarnya' dijadikan alat politik untuk meraih kekuasaan. Dari luar struktur, mereka membuat satu wadah demi menyelamatkan khittah NU.

CHOIRUL ANAM tak muda lagi. Usianya menginjak 64 tahun. Tapi semangatnya berjuang dan mengabdikan diri untuk jamiyah Nahdlatul Ulama (NU) tak pernah berhenti.

Hari itu, Rabu, 1 November 2017, bertempat di kantin Gedung Museum NU, Jl Gayungsari Timur, Surabaya. Cak Anam -- sapaan akrabnya -- mengumpulkan para aktivis NU. Sebagian besar para senior pergerakan NU di Jatim.

Ada mantan alumni IPNU, PMII, GP Ansor, Fatayat NU, sejumlah kiai dari wilayah Madura, Tapal Kuda dan Pantura serta anggota dewan syuro Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di tingkat kabupaten.

Baca: Dimotori Cak Anam, Penganut NU Khittah Dukung Khofifah

Mereka berkumpul dengan satu niat, satu semangat dan satu cita-cita. Membentuk satu komunitas NU kultural di luar struktur NU yang diberi nama: Penganut Khitthah Nahdliyah atau NU Khittah.

Wadah ini dibentuk lantaran Cak Anam dkk miris melihat NU saat ini yang menjadi tungganggan kepentingan politik, lebih-lebih jelang Pilgub Jatim 2018. Sudah melenceng jauh dari keputusan Muktamar ke-27 (1984) di Situbondo, bahwa NU tak lagi berpolitik praktis.

Saat itu, para kiai sepuh sadar betul NU hancur akibat larut dalam politik praktis. Apalagi sekarang ini politik luar biasa kapitalistik dengan perilaku machiavelistik alias menghalalkan cara untuk meraih kekuasaan.

Baca: Khofifah Berjalan di Atas 9 Pedoman Politik Warga NU

"NU sekarang kelihatannya dipakai alat politik untuk mendapatkan kekuasan. Ini bahaya. Padahal kalau mau diam, seluruh bakal Cagub akan datang untuk sowan. Kalau mau diam saja, NU malah ditakuti. Tapi sekarang kan hanya satu yang diuntungkan, makanya bakal Cagub lain enggak mau datang.

Cak Anam menegaskan, gagasan mendirikan Penganut NU Khittah ini bukan untuk 'bertarung' dengan struktural NU tapi buah kesadaran dari kultural NU. "Ndak, kita tidak mau apa-apa. Kita ini sadar sebagai jamaah, bukan sebagai pengurus."

Komunitas ini, tegas Cak Anam, hanya melihat orang-orang di struktur NU sudah dijadikan alat untuk mendapatkan kekuasan. "Ya ndak apa-apa juga itu urusan dia, tapi urusan kultural NU harus kita jaga. Harus kita ingatkan. Nah cara mengingatkannya kita bikin kemunitas ini," paparnya.

Baca: Khofifah: Urusan Pancasila Selesai Sejak Muktamar NU 1984

Cak Anam perlu mengingatkan, karena dia mengaku tahu persis 'kotornya' politik setelah dua periode membesarkan PKB Jatim dan menjadi Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU).

"Sudah lama saya menyatakan diri keluar dari 'dunia persilatan' politik, tapi saya tahu persis permainan politik itu kotor. Karena itu, begitu NU kembali ke khittah langsung memasang 9 Pedoman Politik Nahdliyin," katanya.

Lewat pedoman ini, paling tidak poliik harus dijalankan sesuai dengan hati nurani, kejujuran dan moral agama. "Intinya begitu, politik harus ada agamanya."

Baca: Mengenal NCI, Ormas Perempuan NU yang Bukan Banom NU

Jadi kalau ada pemilihan pengurus NU dan banyak kiai dirugikan, atau ada kiai dibentak Banser, kemudian ada utusan yang bukan NU, itu sudah bukan politik dengan agama.

"Itu Machiavelis. Dia pakai nasihatnya orang Italia, bahwa kekuasaan harus direbut dengan segala cara. Halal haram tak peduli," tandasnya seolah menyindir 'huru-hara' dalam Muktamar ke-33 NU di Jombang.

Lantaran budaya politik kita masih kotor, maka perlu dibangun budaya politik yang sehat. "Caranya pegang 9 Pedoman Politik Warga NU. Itu harus dilakukan oleh NU sendiri maupun kader-kadernya yang ada di Parpol, karena itu komunitas ini hadir."

Dibentuk di Seluruh Jatim

PENGANUT NU KHITTAH: Para penggagas Pengikut NU Khittah foto bersama di depan Gedung Museum NU usai melakukan diskusi. Dalam waktu dekat Pengikut NU Khittah akan 'dibumikan' di seluruh Jawa Timur. Foto: Barometerjatim.com/ROY HASIBUAN

Komunitas ini akan dibentuk di seluruh kabupaten/kota di Jatim yang di dalamnya dilengkapi dengan lembaga kajian. Misalnya, bagaimana NU bicara soal negara.

Negara ini dikuasai siapa sekarang? Ekonomi dikuasai siapa? Di situ sebenarnya kajian NU. Surabaya ini dimiliki siapa? Eh ternyata milik orang tertentu. Ini harus dikaji, NU harus ngomong," katanya.

Semangat komunitas ini menjaga warisan para kiai. Jangan sampai dirusak, karena kalau NU baik negara ikut baik. "Saya melihat, jika bermain politik ini diteruskan struktur NU bisa bahaya. Karena itu Penganut Khitthah Nahdliyah siap bicara tentang NU on the track, trek yang benar, tandasnya.

Baca: Kiai Ahli Fiqih Ini Dukung Khofifah karena Lebih Amanah

Hal sama disampaikan para penggagas. Di antaranya Ahmad Subhan, KH Muhtam Muchtar, Mahfud, Ali Azhar maupun KH Faodhol Mubarok.

"Ini (gagasan membentuk komunitas) adalah bentuk keprihatinan melihat situasi sekarang, bahwa organisasi NU banyak terinfiltrasi persoalan-persoalan politik praktis. Sudah dikangkangi kelompok tertentu," ucap Subhan.

"Insyaallah dalam beberapa minggu ini kita akan deklarasi. Kita akan 'membumikan' Penganut Kkhitthah Nahdliyah kepada sahabat-saahbat kita di banyak daerah di Jatim, betapa pentingnya komunitas ini terkait kepentingan-kepentingan politik yang sifatnya sesaat," tambahnya.

Simak berita terukur barometerjatim.com di Google News.
Tag