Tentara Israel Serang Stadion Palestina, Pakar Hubungan Internasional: Kenapa FIFA Tak Beri Sanksi?

Reporter : -
Tentara Israel Serang Stadion Palestina, Pakar Hubungan Internasional: Kenapa FIFA Tak Beri Sanksi?
KRITIK FIFA: Eby Hara, pertanyakan sikap diam FIFA atas aksi brutal Israel di Stadion Palestina. | Foto: IST

JEMBER, Barometer Jatim – Sehari setelah Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) mencoret Indonesia sebagai host Piala Dunia U-20 menyusul penolakan sejumlah pihak terhadap Timnas Israel, tentara Israel menyerbu Stadion Internasional Faisal Al Husseini di Palestina yang mempertandingkan Jabal Al Mukkabber kontra Balata FC, Kamis (30/3/2024) malam waktu setempat.

Insideworldfootball.com melaporkan, tentara Israel menembakkan gas air mata dan menyebabkan penonton terluka, termasuk wanita dan anak-anak. Pertandingan dihentikan untuk memberikan kesempatan kepada tenaga medis merawat korban.

Terkait aksi brutal tersebut, Pengamat Hubungan Internasional asal Universitas Jember (Unej), Eby Hara PhD mempertanyakan sikap FIFA. “Terlihat brutalnya Israel. Itu sudah nyata di Palestina, kenapa tidak diberi sanksi?" kataya, Minggu (2/4/2023).

Menurut doktor alumnus Australian National University (ANU) Canberra, Australia itu, FIFA terlalu jauh berpolitik dan dikendalikan sekelompok orang yang berkepentingan membela Israel.

“Mereka melarang negara lain memprotes tindakan Israel. FIFA bermain politik. Ada semacam kekuatan hegemonik di FIFA yang bisa mendikte," katanya.

Perlawanan terhadap Israel akhirnya dilakukan masyarakat sipil seperti di Indonesia. Eby mengatakan, masyarakat Indonesia konsisten dari dulu, sejak masa pemerintahan Bung Karno.

"Bedanya sekarang kita banyak dicampuri macam-macam, sehingga sikap masyarakat pun terpecah," kata dosen Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unej tersebut.

Terpecahnya sikap masyarakat bisa dilihat dari opini di media massa. Salah satunya menganggap seolah-olah politik dan olahraga tidak bisa dicampuradukkan. Padahal, menurut Eby, FIFA jelas sudah berpolitik. Itulah kenapa dia sepakat jika suara penolakan harus dilakukan terus.

"Dalam jangka pendek, dampaknya belum tentu ada perubahan. Tapi kalau itu terus disuarakan, orang akan tetap sadar bahwa ada penindasan di Palestina. Jangan anda lupakan, sekarang kan sepertinya kalau Israel melakukan sesuatu seakan-akan sah. Kalau bukan Israel, tidak boleh. Kondisi seperti itu yang terjadi," paparnya.

Eby menyadari sulit untuk melawan Israel yang didukung kekuatan organisasi internasional seperti FIFA. "Kalau tidak kuat melawan, orang akan tunduk dan akhirnya menoleransi, menerima eksploitasi pembunuhan. Jadi suara (penolakan) seperti itu harus tetap disuarakan, walau ada risiko," katanya.{*}

» Baca berita Piala Dunia U-20. Baca tulisan terukur Retna Mahya

Simak berita terukur barometerjatim.com di Google News.