Gerindra: Pemuda Apatis Politik karena Belum Paham Sejarah

DISKUSI KAMISAN GERINDRA: (Dari kiri) Imam Fadli, Rusdi Sutejo, dan Halimur Rosyid. Mengapa pemuda apatis politik? | Foto: IST
SURABAYA, Barometerjatim.com - Kiprah pemuda kembali disorot di momen Hari Sumpah Pemuda, 22 Oktober 2021, termasuk sebagian besar dari mereka yang masih apatis terhadap politik.
Wakil Ketua DPRD Kabupaten Pasuruan, HM Rusdi Sutejo berpendapat, sebagian pemuda apatis terhadap politik karena mungkin mereka belum memahami sejarah.
"Padahal politik itu adalah penentu," katanya saat menjadi narasumber dalam Diskusi Kamisan Gerindra Jatim bertajuk Sumpah Pemuda Masa Kini: Bersatu, Bangkit dan Tumbuh di masa Pandemi Covid-19, Kamis (28/10/2021).
"Termasuk berkumpulnya para pemuda dahulu untuk mencapai kemerdekaan Indonesia, berjuang bersama, itu adalah aksi politik," tandas legislator yang juga ketua DPC Partai Gerindra Kabupaten Pasuruan tersebut.
Diskusi yang dipandu Wakil Sekretaris Garindra Jatim, Halimur Rosyid itu juga menghadirkan narasumber lain, yakni Anggota DPRD Kabupaten Lamongan, Imam Fadli dengan opening speech Wakil Ketua Gerindra Jatim, Hendro T Subiantoro.Tak hanya belum mengerti sejarah, lanjut Rusdi, pemuda apatis karena dari dari beragam pemberitaan yang mereka simpulkan bahwa politik itu negatif.
"Padahal tidak seperti itu. Di dalam politik, kita berpolitik, dari unsur mana pun, baik eksekutif, legislatif, relawan, simpatisan partai, banyak manfaat dari politik," kata Rusdi.
"Karena politik bisa mengambil kebijakan. Nah, kalau mereka tidak apatis terhadap politik, bisa menyampaikan aspirasinya ke politik itu akan bermanfaat," sambungnya.Rusdi mencontohkan program Satria Emas di Kabupaten Pasuruan yang diinisiasi eksekutif dan disetujui legislatif. Program ini membantu pemetaan UMKM yang kesulitan dalam menjalankan usahanya.
"Kita bantu mulai dari perizinannya. Kalau kurang memahami produknya untuk menjual kita bantu pemasaran, dan lain-lain," kata Rusdi yang juga ketua DPC Tidar (Tunas Indonesia Raya) Kabupaten Pasuruan -- salah satu organisasi sayap Gerindra untuk anak muda.
Namun Rusdi yakin, dengan edukasi dan perkembangan informasi yang semakin berimbang dengan munculnya media sosial dan sebagainya, pemuda akan tertarik dengan politik."Kalau di kami di Tidar ada program bersama dengan Karang Taruna, Pokmas, Pokdarwis, kita adakan kegiatan untuk bagaimana Tidar bermanfaat membantu mereka. Salah satunya adalah pelatihan digital, pemasaran dan sebagainya," katanya.
Berbagai pelatihan itu dilakukan, karena saat ini bangsa sedang menghadapi booming angkatan kerja sementara lapangan pekerjaan formal sangat terbatas. "Kita men-support pemuda untuk menjadi pengusaha sendiri yaitu melalui UMKM," ucapnya.
Politik Tak 'Najis'
Narasumber lainnya, Imam Fadli berpendapat, situasi sebagian pemuda apatis terhadap politik terjadi karena lebih banyak dipengaruhi lingkungan yang cenderung mengejar pekerjaan formal dan pengaruh berita-berita terkait politik.
"Ini tantangan kita bersama. Tapi ke depan, dengan banyaknya anak-anak muda yang tampil di Gerindra secara maksimal, saya rasa membuka cakrawala baru bahwa apa yang kita lakukan tidak ada yang tidak bersentuhan dan berhubungan dengan politik," paparnya.
"Kita mau mengambil kebijakan apa, ini urusannya dengan politik. Kita mau menggedok urusan kesejahteraan, kemakmuran, ini juga berurusan dengan politik," sambung politikus yang juga dosen FISIP Universitas Islam Darul Ulum (Unisda) Lamongan tersebut.
Tapi politik, tandas Fadli, memang bukan ghayah (tujuan akhir) melainkan wasilah (perantara). "Jalan menuju kesejahteraan masyarakat. Ini bisa diraih dengan jalan politik," ucapnya.Dia juga mengajak politikus muda di Partai Gerindra untuk membuktikan, bahwa politik bukanlah sesuatu kotor, menjijikkan atau bahkan 'najis'.
"Tapi di politik ini kita bisa membangun satu kebersamaan menuju masyarakat yang baik, adil, dan seterusnya," tuntas ketua Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Jatim periode 2012-2015 itu.
» Baca Berita Terkait Gerindra