Lawan Dakwah Ekstrem PCNU Surabaya Bikin HBNO Channel

LAUNCHING: Perluas konten dakwah moderat, PCNU Surabaya meluncurkan platform HBNO Channel. | Foto: Barometerjatim.com/ROY HS
SURABAYA, Barometerjatim.com Memanfaatkan teknologi untuk memperbanyak konten dakwah moderat sekaligus melawan dakwah ekstrem di media sosial, Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Surabaya meluncurkan platform HBNO Channel bersamaan dengan peringatan Nuzulul Qur'an, Selasa (4/5/2021) malam.
HBNO diambil dari nama gedung PCNU Surabaya di Jalan Bubutan VI/2 yakni hoofdbestuur (bahasa Belada: pengurus pusat atau pengurus besar) yang dahulu fungsinya sebagai kantor pusat NU, Hoofdbestuur Nahdatoel Oelama (HBNO) mulai 1928-1956.
Secara bersama-sama, peluncurkan HBNO Channel dilakukan Ketua PCNU Surabaya, KH Muhibbin Zuhri; Rais Syuriyah PCNU Surabaya, KH Mas Sulaiman Nur; Wakil Rais Syuriah PWNU Jatim, KH Agoes Ali Masyhuri; serta Wakapolrestabes Surabaya, AKBP Hartoyo mewakili Kapolrestabes.
Muhibbin menuturkan, HBNO Channel diluncurkan untuk memperbanyak konten dakwah moderat ala Ahlussunah wal Jamaah dalam memberikan informasi bagi warga kota yang ingin belajar agama, supaya tidak terseret dengan pemahaman keagamaan yang ekstrem.
Apalagi di perkotaan yang urban, majemuk, dan seiring dengan modernisasi industrialisasi, orang banyak membutuhkan spiritualitas. Maka ketika mereka mencari agama, ingin belajar dan sebagainya, jangan sampai ketemu dengan sumber yang tidak kredibel.Sebab, kata Muhibbin, hal itu bisa meninggalkan residu-residu berupa ajaran-ajaran yang eksklusif, pemahaman yang ekstrem dan kalau disulut sedikit saja bisa menjadi sebuah gerakan radikal atau terorisme.
"Jadi misi HBNO Channel ini untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap informasi dan pengajaran agama yang moderat, yang dikembangkan ulama NU. Karena itu kita hadir dalam konten-konten Islam moderat," jelasnya.
Terlebih, lanjut Muhibbin, penyebaran ajaran atau paham yang ekstrem menggunakan agama sebagai alat untuk memperjuangkan ideologi politiknya semakin marak.
"Maka kita harus lebih aktif lagi untuk berdakwah. Sedangkan dalam keterbatasan situasi pandemi, ini disebut sebagai zaman revolusi 4.0, kita sedang dipaksa tidak tinggal diam untuk lebih kreatif memanfaatkan teknologi," katanya.Muhibbin menambahkan, terorisme maupun radikalisme tidak muncul begitu saja. Tapi ada permulaannya yakni lewat dakwah-dakwah yang tidak bersumber pada kiai-kiai moderat, kiai-kiai Ahlussunnah wal Jamaah.
"Gampang untuk mengarahkan emosi beragama menjadi sebuah aksi radikal. Inilah yang harus kita perangi dan malam ini kita resmikan HBNO Channel," katanya.
Jadi HBNO ini sekaligus untuk melawan konten-konten dakwah ekstrem yang lebih dulu menyebar luas di media sosial?"Ya tentu saja, karena faktanya memang dunia digital, media sosial, itu kan dunia yang terbuka. Orang boleh saja memberikan pandangan, menawarkan sebuah nilai atau pemahaman untuk dikonsumsi oleh banyak orang," kata Muhibbin.
"Tapi kalau konten-konten itu bisa mengarah kepada timbulnya paham ekstrem atau disulut bisa menjadi pemahaman atau gerakan radikal, itu kan harus kita lawan. Cara melawannya adalah perlawanan kultural dengan memanfaatkan teknologi yang sama, yaitu memperkaya konten agama yang moderat," tuntasnya.
» Baca Berita Terkait PCNU Surabaya