Politikus PSI: Jokowi-Prabowo Bertemu, Titik Awal Rekonsiliasi

JUNJUNG TOLERANSI: Dhimas Anugrah (dua dari kiri), toleransi di Indonesia hal sangat urgen saat ini. | Foto: IST
SURABAYA, Barometerjatim.com Politikus muda Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Dhimas Anugrah menilai pertemuan Jokowi dengan Prabowo Subianto menjadi titik awal rekonsiliasi bangsa yang sempat terpecah akibat pilihan di Pilpres 2019.
"Pertemuan ini sangat penting bagi rekonsiliasi bangsa. Pak Jokowi yang didukung mayoritas nasionalis dan Pak Prabowo didukung kaum religius, maka jadi pertemuan yang sangat bersejarah," kata Dhimas di Surabaya, Senin (16/7/2019).
Pertemuan ini diharapkan bisa berujung nilai toleransi. Apalagi toleransi menjadi hal yang sangat urgen bagi bangsa Indonesia, yang terdiri dari beragam suku, agama, ras dan antargolongan. Maka yang bisa merekatkan anak bangsa adalah toleransi.
Karena itu, pianis yang namanya masuk bursa Pilwali Surabaya 2020 itu menekankan, gaya hidup Pancasila harus terus dipelihara di Indonesia."Jangan lupa bahwa bangsa kita sudah hidup dalam napas Pancasila, jauh sebelum nama Pancasila digali dan ditemukan oleh Bung Karno," katanya.
"Jadi gaya hidup Pancasila harus kita pelihara, jangan biarkan pihak manapun merusaknya," tandas pria yang studi di Oxford, Inggris tersebut.
Sementara Koordinator Jaringan Islam Anti Diskriminasi (JIAD), Aan Anshori menuturkan, angka intoleransi yang masih cukup tinggi di Indonesia menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi sebagian besar warga. Terlebih di Pilpres 2019 sempat memecah keberagaman antarumat beragama.Karena itu, pertemuan Jokowi dengan Prabowo usai berkontestasi di Pilpres 2019 diharapkan menjadi asa untuk warga bangsa menjalin persatuan dalam keberagaman.
"Sampai sekarang angka intoleransi semakin tinggi. Sekitar 50 persen pelajar muslim mengaku tak mau berteman dengan warga nonmuslim, karena didogma agar tidak usah berteman dengan selain agamanya," katanya.
Nilai-nilai Pancasila
Pria yang mengaku Gusdurian tersebut menambahkan, intoleransi yang masih tinggi tersebut bisa ditekan dengan nilai-nilai Pancasila karena bisa jadi penyeimbang keberagaman jika bebarengan dengan nilai Islam.
"Memastikan perjalanan antara pancasila dan Islam bisa berseiring. Selain itu bagaimana mengimplementasikan keberagaman agama, dan para elite Islam harus lebih mengedepankan toleransi," jelasnya.
Aan juga mengharapkan, pasca Pilpres 2019 pihak-pihak elite agama seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI) bisa membuat satu fatwa toleransi demi keberlangsungan Bhinneka Tunggal Ika.Selain itu, kebijakan juga tergantung pada kepemimpinan Jokowi di periode keduanya. "Sangat tergantung oleh kebijakan Presiden Jokowi dalam penentuan Menteri Agama, Menteri Ristekdikti dan Menteri Pendidikan," pungkasnya.
» Baca Berita Terkait Pilwali Surabaya