Risma Gagal Menhub Bahas MRT Bareng Emil Dardak


SURABAYA, Barometerjatim.com Hampir 10 tahun memimpin Surabaya, Tri Rismaharini alias Risma gagal mewujudkan Mass Rapid Transit (MRT) atau moda angkutan cepat massal terpadu berbasis rel di Kota Pahlawan.
Bahkan, 10 Desember 2018, Risma terang-terangan mengakui kegagalannya untuk membangun MRT jenis trem di kota yang dipimpinnya, meski rencana tersebut digembar-gemborkan sejak 2013.
Namun harapan warga kembali terbuka setelah Menteri Perhubungan (Menhub), Budi Karya Sumadi mendorong kembali pembangunan MRT dan LRT (Light Rapid Transit) di Surabaya.
Demi mewujudkan rencana tersebut, Budi menggelar Focus Group Discussion (FGD) di Surabaya, Kamis (21/2/209) serta melakukan pembicaraan dengan Wagub Jatim, Emil Elestianto Dardak. Sebab, pengembangannya diharapkan mampu menjadi transportasi massal berbasis rel yang terhubung dengan beberapa kota di Jatim.
FGD ini digelar, kata Budi, untuk meminta masukan dari beberapa pemegang kebijakan dan warga, termasuk jenis MRT yang cocok dibangun di Surabaya. Perencanaan ini tidak melupakan aspirasi masyarakat lokal. Kami perlu masukan perumusan, katanya usai FGD.
Proyek MRT dan LRT ini, lanjut Budi, sejalan dengan program pemerintah pusat untuk mendukung aglomerasi Kota Surabaya dan sekitarnya.
Surabaya sebagai kota terbesar kedua, yang menurut hemat saya masih belum terlambat untuk membuat perencanaan kembali yang sangat baik, paparnya.
Budi berharap, konsep yang keluar nantinya, bisa jadi contoh untuk kota-kota lain di luar Kota Pahlawan. Kami tidak akan ngomong langsung apa, namun silakan diskusi, ucapnya.
Satu hal yang pasti, tandas Budi, pihaknya tidak akan mengindahkan konsep atau perencanaan yang telah dibuat Risma terkait proyek trem untuk Surabaya.
Biarkan masyarakat bicara, sebab transportasi massal merupakan suatu pilihan dan bukan suatu keniscayaan, tandasnya.
Budi juga meminta agar dalam perencanaan proyek transportasi massal di Surabaya ini mengajak swasta. "Peran swasta harus dipikirkan dalam proyek ini," tandasnya.
Jangan Berkutat di Surabaya
Sementara Emil menyatakan, perencanaaan untuk jangka panjang perlu perluasan alias tidak hanya berkutat di Surabaya. Surabaya, Megapolitan mau dibawa ke mana, kalau kita melihat Surabaya ini kan crowded-nya luar biasa, kata Emil.
Kalau Surabaya sudah mentok, lanjutnya, ekonomi tidak bisa tumbuh. Perekonomian harusnya tidak terhenti hanya di satu kota saja. Ekonomi Jatim siapa yang mau dorong kalau Surabaya sudah padat dan terhenti? lanjutnya..
Maka, tandas suami Arumi Bachsin itu, perekonomian di Jatim harus tumbuh merata di setiap daerah. Di sini kami melihat konsep ekonomi Gerbangkertasusila atau Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo dan Lamongan, perlu segera direalisasikan, ucapnya.
Seperti diketahui, proyek trem di Kota Surabaya merupakan impian Risma sejak 10 tahun silam, ketika masih menjabat kepala Bappeko (Badan Perencanaan Pembangunan Kota).
Namun di sisa dua tahun jabatannya sebagai wali kota, rencana proyek yang diperkirakan akan menghabiskan anggaran sekitar Rp 3,8 triliun dan dibahas mulai 2016 itu berakhir kandas.
Ndak! Ndak ada (proyek trem), karena aku sudah ndak bisa kan! Aku tinggal dua tahun (sisa masa jabatan sebagai wali kota), katanya kepada wartawan di Balai Kota Surabaya, 10 Desember 2018.
Sebagai gantinya, Risma mengalihkan angkutan massal tersebut ke armada bus. Yang paling mudah itu pakai bus. Iya, kita pakai bus. Tapi kalau untuk yang trem, itu nggak bisa, ucapnya.
» Baca Berita Terkait Tri Rismaharini, Emil Dardak