Rizal Ramli: Hasil Survei Pilpres 2019 Rekayasa Opini


SURABAYA, Barometerjatim.com Ketidakpercayaan Rizal Ramli terhadap hasil survei yang kelewat mengunggulkan Jokowi di Pilpres 2019 bukan tanpa sebab. Dalam beberapa kasus, mantan Menteri Koordinator (Menko) bidang Kemaritiman itu menyebut: Hasil survei tak lebih dari rekayasa opini.
"Hari ini lembaga survei mengatakan Pak Jokowi unggul 20 persen lebih. Bahkan Pak Jokowi 56 persen, menurut Denny JA. "Den, jangan ngacau lagi kamu (untuk) ketiga kalinya," kata Rizal katanya kepada wartawan di Surabaya, Rabu (16/1) sore.
"Waktu puncak-puncaknya Pak Jokowi lagi populer, awal jadi presiden, cuma 52-53 persen, masa hari ini 56 persen. Jadi Denny itu teman saya. Den, jangan kebangetanlah. Rakyat uda makin cerdas gitu lho," sambungnya.
Dalam kasus lain, ekonom senior itu mencontohkan saat Pilpres 2014. Menurutnya, waktu itu ada 12 lembaga survei disewa oleh enam financial backer Jokowi. Masing-masing menyewa dua lembaga survei.
Kesimpulan dari hasil survei tersebut, menurut Rizal, kalau PDIP mencalonkan Megawati Soekarnoputri sebagai Capres, maka perolehan suara PDIP di Pemilu 2014 bakal anjlok dari 16 ke 12 persen. Tapi kalau mencalonkan Jokowi menjadi Capres, perolehan suara PDIP akan naik dari 16 ke 33-35 persen.
"Semua nih (lembaga survei) sama nyanyinya. Saya tidak punya lembaga survei, tapi saya keliling Indonesia terus, bicara dengan berbagai lapisan masyarakat. Lakukan survei secara random. Kesimpulan saya pada waktu itu, Jokowi effect hanya 2 persen," paparnya.
Apa yang diperkirakan Rizal, klaimnya, ternyata betul. Saat Jokowi memenangi Pilpres, PDIP hanya naik dari 16 persen menjadi 18,4 persen alias hanya mendapat Jokowi effect 2,4 persen.
"Artinya lembaga survei selama ini, itu rekayasa opini, karena mereka mengatakan PDIP bakal naik 33,5 persen. Jadi 33 persen dikurangi 18 persen, maka 15 persen selisih salah perkiraan. 15 persen itu margin of error hanya 2 persen, berarti tujuh setengah kalinya," jelasnya.
Sebetulnya, lanjut Rizal, siapapun yang membiayai survei tidak masalah asal metodologinya ilmiah, hasilnya plus minus 2 persen sesuai dengan margin of error. "Ini lembaga survei salah tujuh setengah kalinya," tandasnya.
Rakyat Sudah Cerdas
Hal sama terjadi saat Pilgub DKI 2017. Menurut Rizal, lagi-lagi lembaga survei melakukan rekayasa opini. Saat itu, Rizal menyebut dipanggil Jokowi dua bulan sebelum hajatan demokrasi warga ibu kota tersebut berlangsung.
"Saya walaupun sudah dipecat (sebagai Menko bidang Kemaritiman) masih sering dipanggil Pak Jokowi, ditanya soal ekonomi dan seterusnya," katanya.
Menurut Rizal, Jokowi menanyakan peluang Cagub Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, karena menurut sejumlah lembaga survei Ahok bakal menang dengan selisih tiga persen. Namun Rizal dengan tegas mengatakan Ahok kalah, dan meminta Jokowi menarik jarak agar tidak ikut terseret dengan kekalahan tersebut.
- Baca: Survei: Jokowi Unggul 57,7%, Rumus Khofifah: Tembus 78,8%
"Apa yang terjadi? Ahok kalah 16 persen. Ditambah dengan 3 persen, selisih salah perkiraan menjadi 19 persen. Dibagi dengan 2 persen margin of error, salah perkiraan (menjadi) delapan kali lebih dari margin og error. Itu jelas rekayasa opini!" tegasnya.
Karena itu Rizal minta lembaga survei jangan kelewatan dalam melakukan rekayasa opini dengan mengunggulkan jauh salah satu pasangan calon di Pilpres 2019, sebab rakyat sudah makin cerdas.
Dugaan saya, yang benar: Jokowi hanya sekitar 40 persen, Prabowo 30 persen. Tapi Prabowo naik, Jokowi merosot, dan yang swing voters itu masih 30 persen, tuntasnya.
» Baca Berita Terkait Rizal Ramli, Pilpres 2019