JKSN Madu Berita! Tak Bisa Dibandingkan dengan TKD

Reporter : -
JKSN Madu Berita! Tak Bisa Dibandingkan dengan TKD
TAK BISA DIBANDINGKAN: JKSN (foto kanan) saat konsolidasi di Jawa Barat dan Ketua TKD Jatim, Machfud Arifin (foto kiri). Tak bisa dibandingkan. | Foto: Barometerjatim.com/ABDILLAH HR

SURABAYA, Barometerjatim.com - Tak sekadar lebih maju. Dalam memenangkan Jokowi-Ma'ruf Amin, langkah Jaringan Kiai Santri Nasional (JKSN) yang kelahirannya 'dibidani' Khofifah Indar Parawansa bahkan terlihat jauh meninggalkan tim resmi, khususnya di Jatim.

Namun membandingkan JKSN dengan Tim Kampanye Daerah (TKD) Jokowi-Ma'ruf wilayah Jatim yang diketuai Machfud Arifin, menurut Direktur Surabaya Survey Center (SSC), Mochtar W Oetomo tidaklah fair.

"Tidak fair jika menafsirkan bahwa yang satu lebih rame ing gawe dibanding yang lain. Apalagi jika ukurannya pemberitaan media," katanya di Surabaya, Rabu (7/11/2018).

Wajar, kata Mochtar, jika JKSN terlihat lebih ramai. "Pasca kemenangan di Pilgub, jelas Khofifah dan Kiai Asep (Saifuddin Chalim, Dewan Penasihat JKSN) hingga kini masih menjadi madu sumber berita, media darling, serta memiliki hubungan dan jejaring media yang baik," paparnya.

Selain itu, segmen JKSN lebih terfokus pada jaringan kiai santri, sedangkan TKD lebih umum. Pun demikian dengan wilayah garapan, JKSN seluruh Indonesia, TKD hanya di lingkup Jatim.

Namun pria yang juga pengamat politik asal Universitas Trunojoyo Madura (UTM) itu tak mau berandai-andai, saat ditanya mana yang lebih efektif: JKSN atau TKD? "Jalan yang paling fair adalah diukur dengan survei," tegasnya.

Mochtar menambahkan, sebenarnya kedua elemen ini akan lebih efektif dalam memenangkan Jokowi-Ma'ruf jika terkonsolidasi dengan baik.

Tetapi bisa berlaku sebaliknya kalau yang muncul justru dualisme. Sebab, tegas Mochtar, dualisme JKSN-TKD cenderung melahirkan multitafsir dan bakal sulit menafsiran secara manifes mengenai efektifitas kinerja keduanya.

"Meski tujuannya sama memenangkan Jokowi-Ma'ruf Amin. Tetapi struktur pemenangan, SDM, strategi dan segmen jelas berbeda," katanya.

Di akhir dualisme, menurut Moechtar, pasti akan melahirkan saling klaim. Jika menang, masing-masing akan merasa paling berjasa. Kalau kalah, masing-masing bisa saling menyalahkan. "Ini risiko dualisme," pungkasnya.{*}

» Baca Berita Terkait JKSN, TKD Jatim, Jokowi-Ma'ruf

Simak berita terukur barometerjatim.com di Google News.