Demi Warga Tak Kebanjiran, Eri Cahyadi Terobos Wewenang BBWS Brantas!
SURABAYA | Barometer Jatim – Beginilah hebatnya Eri Cahyadi. Demi warganya terbebas dari banjir, Wali Kota Surabaya yang dikenal sat set dan tas tes itu nekat menerobos wilayah yang bukan menjadi kewenangan Pemkot Surabaya. Kok?
Ceritanya, warga Gunung Anyar Surabaya mengeluhkan banjir yang terjadi pada 24-25 Desember lalu. Banjir yang terjadi selama dua hari itu, disebabkan aliran kali perbatasan yang tersumbat eceng gondok hingga tingginya sedimentasi sungai.
Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) Gunung Anyar, Muchson mengaku pada Maret 2024 sudah mengirimkan surat permohonan kepada Dinas PU Sumber Daya Air (SDA) Jatim dan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas agar melakukan normalisasi kali perbatasan.
Setelah surat tersampaikan, Dinas PU SDA Jatim dan BBWS Brantas berjanji akan melakukan pengerukan kali perbatasan pada Juli 2024.
”Tapi sampai sekarang belum ada realisasi. Ini sangat urgen sekali, karena sudah dangkal dan banyak eceng gondok yang menumpuk,” kata Muchson, Sabtu (28/12/2024).
“Sehingga menghambat aliran air menuju ke laut, terutama air rob dari laut akan menumpuk di sini. Di samping itu, ada hujan deras, akibatnya kampung kami banjir,” tandasnya.
Pemkot Gerak Cepat
Karuan saja, begitu terjadi hujan deras pada 24-25 Desember lalu, warga Gunung Anyar pun merasakan banjir parah. Eri Cahyadi pun bergerak cepat melakukan mitigasi dini. Hal itu disampaikan Ketua RT 03 RW 03, Kelurahan Gunung Anyar, Khoirul Akbar.
“Alhamdulillah terima kasih ya atas gerak cepatnya Cak Eri. Meskipun bukan wilayahnya Cak Eri, kemarin di hujan pertama sudah datang untuk membuat aliran supaya lancar. Bahkan di hujan yang kedua, Cak Eri datang lagi meskipun ini bukan ranahnya, demi warga tidak kebanjiran,” terangnya.
Menurut Khoirul, ketika Pemkot Surabaya ikut membantu membersihkan kali perbatasan, hal itu justru akan menyulitkan karena bukan kewenangan Pemkot Surabaya.
“Karena kewenangannya BBWS Brantas. Jadi, Pemkot agak kesulitan kalau misalkan mau melakukan pengerukan, karena harus izin dulu,” ucapnya.
“Harapan kami enggak perlu seribet itu lah, kalau memang mau dikerjakan oleh BBWS monggo (silakan) dikerjakan. Tapi kalau memang Pemkot mengerjakan itu tidak perlu sampai izin yang ruwet.”
Sementara itu Ketua RT 01 RW 03 Kelurahan Gunung Anyar, Sumadi berterima kasih kepada Pemkot Surabaya yang telah bertindak cepat melakukan pengerukan kali perbatasan.
Dengan adanya tindak cepat ini, warga tidak khawatir lagi akan terjadi banjir jika terjadi cuaca ekstrem disertai hujan deras.
Menurutnya, ketika aliran kali perbatasan dipenuhi eceng gondok dan sedimen, maka saat hujan air akan cepat naik hingga meluber ke rumah warga.
Maka dari itu, dia juga berharap kepada Dinas PU SDA Jatim dan BBWS Brantas untuk ikut bertindak cepat melakukan normalisasi kali perbatasan.
“Agar kampung kita ini tidak tenggelam ke depannya. Yang kedua, harapan saya di wilayah Gunung Anyar dibuatkan plengsengan, karena itu (tanah) akan longsor ke sungai lagi sehingga sungai menjadi dangkal dan ditumbuhi eceng gondok seperti ini dan mengganggu aliran air menuju ke laut,” ujarnya.
Dijubeli Eceng Gondok
Di sisi lain, Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Kota Surabaya, Syamsul Hariadi mengungkapkan, penyebab utama banjir di wilayah Gunung Anyar karena banyaknya eceng gondok yang menyumbat aliran air di kali perbatasan.
"Pak Wali Kota Eri meminta agar segera diambil langkah cepat. Kami mulai pembersihan eceng gondok sejak dua hari lalu dengan menggunakan alat berat," katanya.
Menurut Syamsul, keberadaan eceng gondok menunjukkan bahwa air laut tidak mampu naik ke Kali Perbatasan. Karena itu, aliran air dari darat juga tertahan.
"Musuh eceng gondok ini sebenarnya air laut. Ketika terkena air laut, eceng gondok akan mati. Namun jika jumlahnya banyak, artinya air laut tidak sampai ke sini, dan air darat pun tidak bisa keluar," jelasnya.
Meski Kali Perbatasan berada di bawah kewenangan BBWS Brantas, Syamsul menyatakan Pemkot Surabaya mengambil langkah darurat untuk membersihkan eceng gondok demi warga agar tidak kebanjiran.
"Pak Wali Kota Eri bilang tidak masalah siapa yang berwenang, yang penting segera dikerjakan. Makanya kami juga koordinasi langsung dengan BBWS Brantas dan pengelola tol," tuturnya.
Syamsul menjelaskan, eceng gondok yang telah diangkat dari kali perbatasan selanjutnya dibiarkan mengering di sekitar area tol sebelum diangkut. Karena itu, pihaknya juga berkoordinasi dengan BBWS Brantas dan pengelola jalan tol terkait limbah eceng gondok tersebut.
"Hari Senin atau Selasa, saya akan ke BBWS Brantas atau ke teman-teman Sidoarjo untuk koordinasi lebih lanjut terkait kali perbatasan. Ini kita (Pemkot Surabaya) berbuat apa, teman-teman berbuat apa, tapi sementara kita turun dulu tidak apa-apa," imbuhnya.
Dia juga menekankan pembersihan kali perbatasan dinilai sangat penting untuk mencegah banjir di kawasan Rungkut Menanggal, Siwalankerto, Kutisari Surabaya.
Selain itu, Kali Perbatasan berdampak vital untuk beberapa kawasan di Sidoarjo, seperti Pondok Candra dan Tropodo.
"Jika kali perbatasan bersih, insyaallah wilayah-wilayah tersebut bisa terbebas dari banjir," kata Syamsul.
Namun, tegas Syamsul, pembersihan eceng gondok saja tidak cukup untuk mencegah banjir. Normalisasi kali perbatasan juga harus dilakukan dengan mengembalikan fungsi saluran seperti semula, termasuk pengerukan sedimen.{*}
| Baca berita Pemkot Surabaya. Baca tulisan terukur Andriansyah | Barometer Jatim - Terukur Bicara Jawa Timur