Menanti Peran dan Kiprah Organisasi Alumni Pesantren

Oleh: Yusub Hidayat*
PESANTREN adalah lembaga pendidikan keagamaan yang berdiri sebelum bangsa Indonesia merdeka. Sumbangsih orang-orang pesantren sangat besar bagi bangsa Indonesia.
Pesantren Tebuireng adalah salah satu pesantren terkenal yang berdiri pada 1899. Didirikan oleh Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy'ari. Ulama ahli hadits ini tidak hanya mendirikan pesantren pada umumnya, beliau menjadikan pesantrennya dikenal dengan ilmu haditsnya.
Meminjam istilah Zamahsyari Dhofier, Tebuireng merupakan kiblatnya pesantren pada akhir abad 19. Pesantren Tebuireng, pemimpinnya dikenal aktif dalam kegiatan keagamaan, pendidikan, sosial, kemasyarakatan, dan pemerintahan.
Misalnya KH M Hasyim Asy'ari mendirikan NU, KH Abd Wahid Hasyim menjadi anggota BPUPKI dan Menteri Agama RI berturut-turut. Di era modern, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menjadi satu-satunya presiden yang lahir dari rahim pesantren.
Begitu juga dengan para alumninya terkenal di masyarakat. Misalnya, KH Abdul Karim pendiri pesantren Lirboyo, KH Abdul Wahab Hasbullah pendiri NU, KH As'ad Syamsul Arifin (Ponpes Asembagus Situbondo), KH Bisri Syansuri (Ponpes Denanyar), KH Romli Thamim (Ponpes Darul Ulum Peterongan), KH Chudori (Ponpes Tegalrejo), KH Ahmad Siddiq, KH Muchit Muzadi, Prof Dr Tolchah Hasan, KH Ali Musthofa Yaqub, KH Makruf Amin, dan lain-lain.
Kini, jumlah pesantren di Indonesia semakin berkembang dengan baik. Berdasarkan data yang dirilis Kementrian Agama RI, ada sekitar 27.222 jumlah pesantren di Indonesia dan sekitar 4.175.531 santri. Data tersebut bisa saja akan terus bertambah kedepan.
Jumlah lulusan pesantren dalam setiap tahunnya amat banyak. Khususnya alumni pesantren yang ada di Pulau Jawa. Meski persebaran terjadi di Pulau Sumatera dan Kalimantan, jumlahnya tidak sebanyak di Pulau Jawa.
Ini merupakan salah satu tantangan bagi alumni pesantren untuk mengembangkan pesantren di luar Jawa. Alhamdulilah, Pesantren Tebuireng dalam hal ini ikut merespons dengan baik di era Gus Sholah.
Ajang Kegiatan Berekonomi
Peran dan kontribusi alumnus pesantren sekarang ini amatlah dinantikan baik oleh almamaternya maupun masyarakat luas. Apalagi tantangan kehidupan modern semakin kompleks.
Misalnya, dalam konteks pembangunan ekonomi. Kaum santri perlu bekerja sama untuk saling bekerja sama membangun perekonomian bangsa. Lebih-lebih di era pandemi seperti sekarang ini. Kegiatan berwirasusaha menjadi hal penting untuk digarap bersama. Hasilnya bisa dimanfaatkan untuk kepentingan yang lebih luas.
Kegiatan organisasi alumni pesantren kalau sebatas kumpul-kumpul saja tentu akan menjadi kurang bermakna. Tak dapat dibayangkan jika dalam pertemuan, entah bulanan atau tahunan, jadi ajang kegiatan berekonomi akan sangat dahsyat.
Misalnya, pertama, untuk memenuhi kebutuhan umat Islam soal percetakan Al Qur'an. Hal ini tampak kurang tergarap oleh alumni pesantren. Kedua, hasil pertanian. Jika organisasi alumni pesantren mampu menggarap dan mendistribusikan kebutuhan hasil panen, maka ketahanan pangan akan berhasil dijaga.
Ketiga, transformasi digital. Kemajuan tekhnologi dan informasi sudah sangat maju, bagaimana organisasi alumni pesantren melakukan tranformasi dalam bidang ini.
Keempat, menjaga ukhuwah islamiyah. Mudahnya adu domba dan benturan antarkelompok, jika alumni pesantren berperan saya kira masalah persatuan dan kesatuan akan terpupuk dengan baik.
Sepi Gerakan Sosial
Berbicara organisasi alumni pesantren membuat kita gemas. Ramai di group media sosial namun sepi dalam gerakan sosial. Terkecuali jelang Pilkada, Pilgub, dan Pilpres sering kita saksikan muncul.
Dengan demikian banyak sekali catatan bagi kita semua yang notabene alumni pesantren. Misalnya, pertanyaan sebagai berikut: Mampukah organisasi pesantren memberikan peran dan sumbangsih di masyarakat? Ataukah organisasi pesantren hanya sebatas perkumpulan biasa-biasa saja sebagai pelengkap organisasi di masyarakat?
Pertemuan alumni Pesantren Tebuireng segera tiba. Dalam konteks ini, sebagai lulusan Tebuireng, mari bersama-sama menghidupkan organisasi alumni pesantren. Banyak tugas suci menanti.
Keramaian kita dalam grup media sosial sudah selayaknya dihadirkan dalam kehidupan nyata. Semoga, niat baik kita untuk lebih peduli terhadap organisasi kaum pesantren mendapatkan ridha Allah dan ridha masyayikh Tebuireng.
Sependapat maupun tidak, semakin kita kurang peduli terhadap organisasi alumni pesantren maka semakin mengecilkan almamater kita.
Memang berat, menyandang status alumni Pesantren Tebuireng bila melihat pendahulunya yang banyak berkiprah dalam skala nasional. Sampai kapan kita terus terlena dengan kebesaran tokoh dan nama Tebuireng?
Mari mewujudkan dan melanjutkan cita-cita Hadratusyaikh KH M Hasyim Asy'ari, KH Abdul Wahid Hasyim, KH M Yusuf Hasyim, maupun KH Salahuddin Wahid.
*Penulis adalah Wasekjen PP Ikapete (Ikatan Keluarga Alumni Pesantren Tebuireng)
Disclaimer: Tulisan opini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian dari tanggung jawab redaksi Barometerjatim.com. Rubrik Opini terbuka untuk umum. Naskah dikirim ke [email protected]. Redaksi berhak menyunting tulisan tanpa mengubah substansinya.
» Baca Berita Terkait Tebuireng