SK PCNU Surabaya Tak Kunjung Turun, Sadad Sindir Halus PBNU
HAUL SYUHADA: Anwar Sadad (tiga dari kanan) di acara Haul Syuhada yang digelar PCNU Surabaya. | Foto: Barometerjatim.com/ROY HS
SURABAYA, Barometerjatim.com - Hampir delapan bulan sejak terpilih kembali menakhodai Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Surabaya, surat keputusan (SK) untuk Dr KH Muhibbin Zuhri dan kepengurusannya masa khidmat 2021-2026 tak kunjung diturunkan PBNU.
Padahal, Konferensi Cabang (Konfercab) yang mengantarkan Muhibbin kembali memimpin NU Surabaya saat itu, 6 Maret 2021, digelar PBNU sendiri yang dipimpin Ketua Karteker sekaligus salah seorang Ketua PBNU, Robikin Emhas.
Menurut Muhibbin, SK tak kunjung turun karena PWNU Jatim tak memberikan rekomendasi untuk mengesahkan hasil Konferwil. Namun dalam Peraturan Organisasi (PO) NU, jika dalam tempo satu bulan PWNU tak mengeluarkan rekomendasinya, maka PBNU harus mengeluarkan SK.
"Lebih dari satu bulan, bahkan ini tujuh bulan, PBNU tidak mengeluarkan SK. Berarti secara organisatoris PBNU telah melanggar AD/ART, melanggar peraturan organisasinya sendiri. Kita menyayangkan itu," katanya usai acara Haul Syuhada memperingati Hari Pahlawan di kantor PCNU Surabaya, Kamis (11/11/2021) malam.Melihat kepengurusan masa khidmat 2021-2026 yang digantung, Mustasyar PCNU Surabaya, KH Anwar Sadad berpendapat, NU itu sudah terbiasa dengan pikiran-pikiran besar, tujuan-tujuan besar dengan semangat dan motivasi yang besar.
"Yang diurus itu negara, yang diurus itu kesatuan dan kejayaan bangsa Indonesia. Karena itu, mestinya tidak perlu ngurusi yang kecil-kecil urusan PCNU Surabaya," kata Sadad yang juga hadir dalam Haul Syuhada.
Urusan SK PCNU Surabaya, tandas Sadad, terlalu kecil untuk diributkan PBNU kalau kembali pada spirit yang dibawa Hadratussyekh KH Hasyim Asyari, KH Wahid Hasyim, KH Wahab Chasbullah, dan kiai NU lainnya."Sekarang ini musuhnya kok cuma Pak Muhibbin. Keciliken musuh (terlalu kecil musuhnya), ditambah lagi orangnya gak ndayani (seolah tidak ada kekuatan) gini," sindirnya halus yang disambut ger-geran hadirin.
Karena itu, keluarga Pondok Pesantren (Ponpes) yang akrab disapa Gus Sadad itu berharap pengurus NU Surabaya tetap besar hati karena dia yakin SK untuk Muhibbin dan kepengurusannya akan dikeluarkan PBNU.
Dua Ujian Besar
MUSTASYAR: Anwar Sadad (kanan) dan Gus Hans, usai acara Haul Syuhada yang digelar PCNU Surabaya. | Foto: Barometerjatim.com/ROY HS MUSTASYAR: Anwar Sadad (kanan) dan Gus Hans, usai acara Haul Syuhada yang digelar PCNU Surabaya. | Foto: Barometerjatim.com/ROY HS
Pikiran besar NU dan spirit kabangsaan Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari dan kiai NU lainnya yang dimaksud Sadad, yakni ketika bangsa ini dua kali menghadapi ujian besar.
Ujian pertama, yakni satu hari setelah proklamasi kemerdekaan RI, 18 Agustus 45, ketika kelompok Indonesia Timur yang dipimpin Johannes Latuharhary menyatakan keberatan dengan sila pertama Pancasila.
"Hanya karena kebesaran hati dari Hadratussyekh akhirnya sila pertama itu diganti menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa, karena Pancasila dianggap tidak bertentangan dengan syariat Islam," katanya.
Ujian kedua, lanjut Sadad, yakni pada Oktober dan November 1945. Ketika Indonesia sudah merdeka datanglah tentara Inggris yang mengultimatum arek-arek Surabaya supaya menyerahkan senjata."Harap diingat, tentara Inggris adalah pemenang perang dunia kedua. Jadi juara dunia melawan Persebaya gitu kira-kira," kata wakil ketua DPRD Jatim itu yang lagi-lagi disambut ger-geran hadirin.
Dan jawaban dari arek-arek Surabaya akhirnya menjadi satu peristiwa yang epic, ikonik, yang dicatat sejarah sebagai perang dahsyat dan karena itu Surabaya sampai hari ini ditahbiskan sebagai Kota Pahlawan.
"Jadi ada ujian penting kemerdekan kita ini dan semuanya hanya karena kiprah, motivasi, semangat, spirit, yang disampaikan tokoh-tokoh NU, terutama Hadratussyekh KH Hasyim Asyari sehingga Indonesia tegak berdiri," katanya.Nah, sekali lagi kata Sadad, NU sudah terbiasa dengan pikiran dan tujuan yang besar, jangan ngurusi dan ribut soal hal-hal kecil seperti SK PCNU Surabaya. Dalam hal ini, menurut Sadad, dibutuhkan jiwa yang besar.
"Saya sependapat betul dengan Gus Hans (mustasyar) dan Prof Imam Ghazali Said (wakil rais syuriyah) bahwa pahlawan adalah orang yang sudah selesai dengan dirinya sendiri, berpikir untuk sesuatu yang lebih besar dari kepentingan dirinya sendiri," tuntasnya.
» Baca Berita Terkait PCNU Surabaya