541 Ulama Wafat Saat Covid-19, Ponpes Sukorejo Klarifikasi

Reporter : barometerjatim.com -
541 Ulama Wafat Saat Covid-19, Ponpes Sukorejo Klarifikasi

NGAJI SAMBIL BERPROKES: Kegiatan mengaji kitab kuning di Pesantren Salafiyah Syafiiyah dilakukan dengan prokes. | Foto: IST

SURABAYA, Barometerjatim.com - Ketua Majelis Keluarga Pondok Pesantren (Ponpes) Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo, Situbondo, Lora H Achmad Fadhoil mengklarifikasi data Pasukan Serbaguna Nahdlatul Ulama (Panser NU) yang menyebut 541 ulama wafat saat pandemi Covid-19, sejak Februari 2020 hingga 30 Juni 2021.

Data yang diklarifikasi, yakni nama almarhumin di daftar nomor 513 hingga 523 -- semuanya wafat pada Juni 2021-- yang dikaitkan dengan Ponpes Salafiyah Syafi'iyah.

"Kami jujur merasa kaget ketika membaca berita di Barometerjatim.com maupun beberapa media yang lain," kata kiai yang akrab disapa Ra Fadhoil tersebut kepada Barometerjatim.com, Senin (5/7/2021).

"Dari berita tersebut, pada pokoknya yang kami khusus pada pesantren Sukorejo di nomor urut 513-523. Nah di situ tertera nama-nama yang disandingkan dengan penjelasan pesantren Sukorejo," sambungnya.

Ra Fadhoil mengaku semakin kaget, ketika banyak sekali pertanyaan dari wali santri soal kebenaran data tersebut. "Ada yang bertanya ke sekretaris pesantren, tanya ke kami, ke bu nyai juga. Jadilah ramai di Situbondo," ujarnya.

Dia lantas memberi klarifikasi, pertama, nama-nama di daftar nomor 513-523 tersebut, tidak semuanya merupakan tenaga pesantren. Ada beberapa nama di antaranya justru berkhidmat di tempat lain.

"Mereka betul alumni kami, pesantren Sukorejo, tetapi sudah hidup bermasyarakat, mengayomi masyarakat di lingkungannya. Jadi dari sisi profesi, itu sangat beragam sekali, bukan hanya sebagai tenaga pengajar maupun tenaga pengurus di pesantren Sukorejo," jelasnya.

Kedua, lanjut Ra Fadhoil, dilihat dari cakupan area. Ketika bicara Sukorejo, maka radiusnya sangat kecil sekali. Sebab, Sukorejo merupakan satu bagian dusun dari Desa Sumberejo, di mana Ponpes Salafiyah Syafi'iyah berada.

"Dari nama yang ada di nomor 513-523 tidak semuanya warga Sukorejo. Tidak semuanya warga Desa Sumberejo, dan juga tidak semuanya warga Kecamatan Banyuputih. Mereka ada yang berasal dari Kecamatan Asembagus, Kapongan, dan Jangkar," paparnya.

"Nah, dari area domisili pun, itu juga sangat tidak tepat ketika kemudian diberi penjelasan di pesantren Sukorejo, Situbondo," tandas Ra Fadhoil.

Santri Baik-baik Saja

CEGAH COVID-19: Sosialisasi dan edukasi pencegahan pandemi Covid-19 di Pesantren Salafiyah Syafiiyah | Foto: ISTCEGAH COVID-19: Sosialisasi dan edukasi pencegahan pandemi Covid-19 di Pesantren Salafiyah Syafiiyah | Foto: IST CEGAH COVID-19: Sosialisasi dan edukasi pencegahan pandemi Covid-19 di Pesantren Salafiyah Syafiiyah | Foto: IST

Ketiga, berkaitan dengan keberadaan almarhumin. Mungkin betul sebagian di antaranya terkonformasi Covid-19. Tetapi pihaknya tidak bisa memastikan, apakah seluruhnya terpapar karena hal itu berkaitan dengan rekam medis.

"Yang dilakukan pihak rumah sakit, yang memiliki otoritas dan kompetensi untuk memberikan justifikasi terhadap penyakit seseorang, termasuk yang sudah wafat di nomor 5012-5023 itu," ujar Ra Fadhoil.

"Alhasil, bahwa dari itu semua kemudian menjadi satu hal catatan besar di kami, ketika ini menjadi di-nisbatkan kapada pesantren Sukorejo. Ada wali santi juga yang kemudian merasa bahwa sudah terjadi kegawatdaruratan di pesantren Sukorejo," sambungnya.

Padahal, selama sejak 2020 sudah melakukan berbagai macam langkah serius untuk menanggulangi Covid-19. Selain itu terkoordinir pula dengan stakeholder yang ada, tak terkecuali dengan RMI (Rabithah Maahid Islamiyah) serta Satgas Covid-19 NU.

Langkah ini dilakukan, ucap Ra Fadhoil, untuk mengatasi para santri agar tidak terpapar serta memutus mata rantai penyebaran Covid-19 yang dilakukan sedemikian rupa dan terstruktur.

"Sehingga dapat kami jamin, bahwa para santri kondisinya baik-baik saja, mereka fine, enjoy dalam pesantren. Sama sekali tidak terpengaruh dengan situasi di luar kompleks pesantren," tegasnya.

Seperti diberitakan, Panser NU merilis data sebanyak 541 ulama wafat saat pandemi Covid-19. Kita menghimpun data dari berbagai pihak. Ini pun hanya yang ketahuan ya, terang Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian, Alissa Wahid, Sabtu (3/7/2021) malam.

Panser NU adalah komunitas kerja bareng dari sejumlah elemen yang mau bertindak lebih terkait pencegahan Covid-19 di lingkungan NU. Di dalamnya terdapat RMI PBNU, Satkor Covid-19 RMI, PDNU (Perhimpunan Dokter Nahdlatul Ulama), Gerakan Ayo Mondok, dan Gusdurian.

» Baca Berita Terkait Wabah Corona

Simak berita terukur barometerjatim.com di Google News.