Tangani Covid-19, Warga Surabaya Puas Kinerja Risma

KINERJA MEMUSAKAN: Tri Rismaharini, kinerjanya menangani Covid-19 memuskan warga Kota Pahlawan. | Foto: Barometerjatim.com/ROY HS
SURABAYA, Barometerjatim.com Kinerja Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini alias Risma dalam menangani pandemi Covid-19 memuaskan warga Kota Pahlawan. Hal itu terpapar dari hasil survei Consulting Group (SCG Consulting) yang dilakukan November lalu dengan melibatkan 1.200 responden.
Hasil penelitian sangat jelas, bahwa 68,5 persen masyarakat Surabaya merasa Bu Risma dan jajaran Pemkot Surabaya sudah maksimal dalam memimpin penanganan, pecegahan, dan penyebaran virus Covid-19," kata Ryan Baskara, peneliti SCG Consulting, Selasa (8/12/2020).
Variabel kepuasan masyarakat, tutur Ryan, di antaranya didapat dari aktivitas Pemkot dalam melakukan penyemprotan disinfektan di jalan-jalan (93,33 persen). Lalu operasi tidak memakai masker diberikan sanksi juga mendapat respon positif dari masyarakat (91,00 persen).
"Masyarakat juga memberi apresiasi positif (72,33 persen) atas kebijakan pembubaran kerumuman swab-hunter yang dilakukan Pemkot Surabaya seperti membubarkan kerumuman di warkop, cafe atau tempat nongrong lainnya," jelas Ryan."Mengenai persepsi masyarakat dengan munculnya wabah Covid-19 pada awal 2020 ini, banyak yang mempercayai virus ini muncul karena faktor alam sebanyak 75,83 persen. Namun ada pula masyarakat yang percaya bahwa Covid-19 adalah faktor rekayasa sebesar 24,17 persen," sambungnya.
Polemik Pembukaan Sekolah
INDONESIA BANGKIT: Semangat Tri Rismaharini dalam membangkitkan Surabaya akibat pandemi Covid-19. | Foto: Barometerjatim.com/ROY HS INDONESIA BANGKIT: Semangat Tri Rismaharini dalam membangkitkan Surabaya akibat pandemi Covid-19. | Foto: Barometerjatim.com/ROY HS
Dalam survei SCG Consulting juga diriset terkait polemik pembukaan sekolah. Hasilnya, respons berimbang dintukkan masyarakat. Sebanyak 51,17 persen setuju penutupan sekolah dan 48,83 persen meminta sekolah dibuka.
Pemerintah harus pertimbangkan matang untuk memutuskan membuka kembali sekolah, karena relatif berimbang aspirasi yang ada. Boleh dibilang separuh ingin dibuka dan separuh warga ingin tetap sekolah di rumah saja melalui daring, ungkap Ryan.
Hal ini berbeda dengan keinginan masyarakat atas dibukanya tempat ibadah yang mencapai 94 persen. Mungkin, kata Ryan, pertimbangan responden adalah kepercayaan atas kepatuhan orang dewasa di dalam rumah ibadah untuk patuh protokol kesehatan lebih tinggi dibanding dengan anak-anak saat di sekolah."Sebagian responden tidak yakin anak-anak akan patuh protokol kesehatan saat di sekolah, tuntas Ryan.
ยป Baca Berita Terkait Wabah Corona