Ruh Rasulullah Sangat Sensitif Jika Dipanggil Toha dan Yasin
VIRTUAL: Prof Nasaruddin Umar saat mengisi taushiyah di halal bi halal Muslimat NU. | Foto: Barometerjatim.com/ROY HS
SURABAYA, Barometerjatim.com Sudah menjadi tradisi di kalangan Nahdlatul Ulama (NU) untuk senantiasa memanggil nama Rasulullah Saw. Bahkan, ketika shalawat dibacakan, jamaah yang hadir dalam satu majelis selalu berdiri.
Mengapa jamaah harus berdiri? Apakah ruh Rasulullah Saw hadir saat shalawat dibacakan?
Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, Prof Dr KH Nasaruddin Umar mengisahkan, suatu ketika dia bertanya kepada salah seorang kiai besar di lingkungan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
"Pak Kiai, kenapa kalau membaca shalawat badar kita harus berdiri?" tutur Nasaruddin saat memberi taushiyah dalam halal bi halal Muslimat NU sedunia yang digelar secara virtual dari Masjid Nasional Al Akbar Surabaya, Sabtu (13/6/2020)."Jawabannya pendek: Masa kepala negara yang hadir di ruangan hadirin dimohon berdiri, tapi Rasulullah ruhnya datang di dalam lingkungan kita, masa kita tidak berdiri," sambungnya.
Kiai tersebut, kata Nasaruddin, lantas menjelaskan barang siapa memanggil nama kesayangan Rasulullah, yaitu "Toha" dan "Yasin", maka ruh Rasulullah akan hadir di majelis tersebut.
"Maka itu sebuah tradisi yang sangat indah, sebagai bentuk penghormatan kita kepada junjungan kita Nabiyyuna Muhammad Saw," jelasnya.Menurut Nasaruddin, Toha di dalam kitab tafsir, disebutkan salah satu penafsirannya bahwa simbol tersebut merujuk kapada panggilan Rasulullah Saw.
Kemudian Yasin terdiri dari "ya" (huruf munadah) yang bermakna panggilan "wahai", dan "sin" singkatan dari al insan fil ma'rifah yang dimaksudkan "wahai manusia" (wahai junjungan kami Nabiyyuna Muhammad Saw).
"Jadi kalau kita memanggil nama Nabi Muhammad Saw, nabi kita, dengan menggunakan simbol Toha dan Yasin, maka insyaallah ruh Rasulullah sangat sensitif," katanya."Dan ruh Rasulullah Saw itu lebih mobile setelah beliau wafat, daripada ketika ruhnya masih terpendam di dalam fisik."
Itulah sebabnya di dalam Al Qur'an, kata Nasaruddin, hampir semua pengungkapan Nabi Muhammad Saw diungkapkan di dalam bentuk fi'il mudharik.
"Bagi kita orang pesantren tahu apa fungsinya fi'il mudorik. Kalau dalam bahasa Inggris itu tenses-nya present dan feature. Yaitu suatu ungkapan yang menggambarkan peristiwa sekarang dan akan datang," ujarnya.Artinya, tandas Nasaruddin, sampai sekarang ini, Rasulullah Saw akan selalu mengikuti perkembangan umatnya.
Rasulullah Menangis Terharu
PHYSICAL DISTANCING: Hahal bi halal virtual Muslimat NU dari Masjid Al Akbar Surabaya. | Foto: Barometerjatim.com/ROY HS PHYSICAL DISTANCING: Hahal bi halal virtual Muslimat NU dari Masjid Al Akbar Surabaya. | Foto: Barometerjatim.com/ROY HS
Karena itu, kata Nasaruddin, diriwayatkan dalam hadits sahih bahwa suatu ketika Rasulullah sampai menangis terharu. Sahabat kemudian bertanya, "Ya Rasulallah kenapa engkau menangis?"
"Saya enggak tahu, saya kok tiba-tiba merindukan kekasihku," jawab Rasulullah. Tanya sahabat lagi, "Bukankah kami kekasihmu ya Rasulallah?"
"Bukan, kalian adalah sahabatku," kata Rasulullah. "Siapa kekasihmu ya Rasulallah? tanya sahabat lagi.
"Kekasihku adalah mereka yang akan hidup jauh dari tempat kehidupan di sini, dan jauh dari kurun waktu hidup kita sekarang,"Menyimak hadits tersebut, Nasaruddin merasa, jangan-jangan yang membuat Rasulullah menangis terharu itu adalah umat Islam yang ada di Indonesia, khusunya Nahdliyin (warga NU).
"Karena geografis yang paling jauh dari tempat kelahiran nabi kita ya di Indonesia, sembilan jam terbang baru sampai di Makkah. Lagi pula kita jauh dari kurun waktu hidupnya Rasulullah Saw," ujarnya.
Selain itu, ucap Nasaruddin, ada sebuah penelitian yang menyebut bahwa dunia Islam yang paling rajin bersahalawat dengan sekian macam lantunan hanya di Indonesia."Dan di antara yang ahli shalawat itu, kita bisa menduga ialah kalangan Nahdliyin, subhanallah," tuntasnya.
» Baca Berita Terkait Nahdlatul Ulama