FKM Unair: PSBB Surabaya Raya Abal-abal, Masyarakat Ndablek

PSBB ABAL-ABAL: Windhu Purnomo bersama Khofifah saat konferensi pers di Grahadi. | Foto: Barometerjatim.com/ROY HS
SURABAYA, Barometerjatim.com Ketua Tim Advokasi PSBB dan Survilans Covid-19 Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Unair, dr Windhu Purnomo menilai Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Surabaya Raya masih abal-abal.
Karena itu, jika usulannya agar PSBB di Surabaya Raya diperpanjang menjadi 28 hari disetujui, dia berharap di 14 hari kedua lebih diperketat lagi agar upaya ini benar-benar bisa memutus penyebaran virus Corona (Covid-19).
"Kalau PSBB tidak ketat yang terjadi ya berkeliaran di luar itu. Orang-orang yang sebetulnya dia positif, yang tidak kita tahu berkeliaran di luar dan terus menulari orang lain," katanya di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Jumat (8/5/2020) malam.
"Jadi itulah pentingnya PSBB, tapi PSBB yang tidak abal-abal ya. Kalau PSBB-nya abal-abal seperti yang kita lihat sekarang, sekarang ini belum betul-betul, dan masyarakatnya yang ndablek (bandel) itu," sambungnya.Windhu melihat masyarakat belum benar-benar tinggal di rumah, keluar kalau hanya untuk kepentingan tertentu yang diperkecualikan. "PSBB-nya juga tidak menghasilkan pemutusan rantai penularan," tandasnya.
Soal keputusan PSBB di Surabaya Raya -- Kota Surabaya, sebagian Kabupaten Sidoarjo dan Gresik -- akan diperpanjang atau tidak, Sabtu (9/5/2020) siang ini Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa akan membahasnya di Grahadi.
FKM Unair sendiri mengusulkan perpanjangan 14 hari, agar jangan sampai terjadi gelombang penularan kedua karena menyangkut infeksius atau penularan dari mereka yang terinfeksi.Terlebih, menurut Windhu, dari pengalaman beberapa negara yang ditulis lewat jurnal internasional, penularan terjadi tidak hanya di masa inkubasi yang biasanya tanpa gejala, tetapi juga setelah gejala muncul.
ยป Baca Berita Terkait Wabah Corona