Tegas Khofifah: Politik Muslimat NU adalah Tegakkan Aswaja!
Mereka berdzikir, bershalawat, mendoakan Indonesia dari segala musibah, bencana dan fitnah. Meski dalam suasana kampanye Pileg dan Pilpres 2019, sama sekali tidak ada aroma politik! Murni Maulidur Rasul dan doa untuk keselamatan bangsa.
Pemandangan ini sekaligus menepis anggapan dan kecurigaan sejumlah pihak, kalau acara yang digelar PW Muslimat NU Jawa Timur tersebut akan ditunggangi kepentingan politik praktis, politik kekuasaan. Tidak!
"Kemarin saya lihat ada berbagai pendapat tentang pertemuan ini. Saya ingin menyampaikan, kalau ini adalah Maulid Nabi dan doa untuk keselamatan bangsa," tegas Ketua Umum PP Muslimat NU, Khofifah Indar Parawansa.
Kalaupun Muslimat NU berpolitik, tandas Khofifah, bukanlah politik praktis. Tapi politik kebangsaan, politik menjaga NKRI, politik untuk menjaga dan menegakkan Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja).
"Jangan sampai Ahlussunnah wal Jamaah digerus oleh paham-paham lain. Hari ini panjenengan (anda semua) harus tegas dalam menentukan sikap, siapa yang kira-kira bisa menjaga paham Ahlussunnah wal Jamaah di negeri ini," paparnya.
Perempuan yang juga gubernur Jatim terpilih 2019-2014 itu kembali menegaskan, "Negara ini harus tegak, melindungi seluruh warga bangsanya. Menciptakan ketenangan, jangan biarkan orang menebar fitnah."
Khofifah menambahkan, siapapun warga punya kewajiban membela bangsa dan negaranya. Soal cara, bisa masing-masing. Cara Muslimat NU antara lain dengan mendoakan, supaya bangsa ini diselamatkan oleh Allah dari berbagai ujian, termasuk menebar hoax alias kabar bohong.
"Hari ini kita berdoa. Allah akan menurunkan berkah dari langit dan bumi bagi orang-orang yang bertakwa dan beriman. Tetapi kalau mereka berbuat bohong, maka yang Allah turunkan adalah siksa. Naudzubillahimindzalik," paparnya.
Khofifah mengajak warganya dan seluruh elemen bangsa untuk membangun cinta kepada NKRI, lewat kehidupan yang damai. "Cara mencintai Indonesia adalah kita bangun suasana kehidupan yang penuh ketenteraman. Maka kita berdoa di sini, berdzikir di sini," katanya.
Mantan Menteri Sosial itu pun berharap, agar resonansi ketenangan ini tidak hanya untuk Jatim. "Tapi resonansi ini untuk ketenangan bangsa dan negara Indonesia, untuk umat Islam di dunia," jelasnya.
Membludak ke Frontage Road
Sementara itu, kehadiran 25 ribu lebih warga Muslimat NU dari berbagai penjuru Jawa Timur membuat kawasan Jalan A Yani Surabaya menghijau dan penuh sesak. Saking membludaknya peserta di dalam gedung, sampai-sampai jamaah meluber ke frontage road sisi timur.
Pantauan di lokasi, petugas kepolisian harus bekerja ekstra untuk menjaga ibu-ibu Muslimat NU yang rata-rata berusia tak muda lagi. Bahkan anggota Satuan Sabhara harus berjaga di kiri-kanan rel kereta api di depan gedung JX International, karena banyak pula ibu-ibu yang menyeberang.
"Ibu-ibu, mohon jangan sampai menyeberang rel ya. Bahaya ibu-ibu, sewaktu-waktu kereta api bisa lewat," kata salah seorang petugas lewat pengeras suara.{*}
» Baca Berita Terkait Khofifah, Muslimat NU