Gernas Ayo Mondok Terbitkan Buku Pesantren Sehat, Diluncurkan Menkes Awal 2026
SURABAYA | Barometer Jatim – Makin menggebrak saja Gerakan Nasional (Gernas) Ayo Mondok. Terbaru, menerbitkan buku “Panduan Pesantren Sehat: Ayo Mondok Ayo Sehat”.
Buku hasil kolaborasi dengan Perhimpunan Dokter Nahdlatul Ulama (PDNU) dan perusahaan farmasi terkemuka PT Pharos Indonesia tersebut, berisi panduan praktis dalam pencegahan penyakit serta penanganan kesehatan di lingkungan pesantren.
"Kami sedang mempersiapkan launching-nya. Buku ini diharapkan bisa menjadi pegangan santri dan pengasuh,” ujar Sekjen Gernas Ayo Mondok, KH Zahrul Azhar Asumta alias Gus Hans di Surabaya, Selasa (25/11/2025).
Rencananya, peluncuran buku akan dilakukan Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin awal 2026 dan Gus Hans memberikan kata pengantar.
Gus Hans menjelaskan, buku ini disusun berdasarkan survei dan kajian lapangan terkait penyakit yang umum dialami santri. Terungkap, skabies (kudis atau gudik) menjadi penyakit kulit yang kerap ditemukan di pesantren.
"Buku ini bisa menjadi media preventif agar para santri terhindar dari skabies, sehingga jumlah kasusnya bisa turun di pesantren,” ucapnya.
Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM) Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada (UGM) itu menandaskan, langkah ini merupakan upaya nyata untuk memperbaiki kualitas kesehatan di pesantren untuk membangun generasi Nahdlatul Ulama (NU) yang kuat.
UNTUK PESANTREN: Gus Hans (kiri) siapkan buku panduan kesehatan untuk pesantren. | Foto: Barometerjatim.com/RQ
"80 persen Nahdliyin (warga NU) itu pesantren. Kalau ingin membenahi Nahdliyin, ya mulai dari pesantren. Kami ingin anak-anak pesantren menjadi pemimpin yang sehat dan tidak mudah sakit,” katanya.
Gus Hans berharap, penerbitan buku ini memberikan manfaat luas bagi pesantren-pesantren di seluruh Indonesia.
“Mudah-mudahan apa yang kita ikhtiarkan ini menjadi jariyah bagi kita semua,” ujar kiai muda Pengasuh Ponpes Queen Al Azhar Darul Ulum Jombang tersebut.
Obatnya Orang Indonesia
Sementara itu Group Brand Manager PT Pharos Indonesia, dr Mariani Leman menyampaikan, perusahaannya turut menjadi bagian karena ingin berkontribusi dalam peningkatan kesehatan santri melalui penyediaan pendampingan ilmiah dan produk yang relevan.
"PT Pharos adalah salah satu perusahaan farmasi besar di Indonesia dengan slogan ‘obatnya orang Indonesia’. Kami bekerja sama dengan Gernas Ayo Mondok untuk mendukung penyusunan buku panduan kesehatan ini,” ujarnya.
LANGKAH NYATA: Dokter Mariani Leman (kiri), PT Pharos peduli kesehatan pesantren| Foto: Barometerjatim.com/RQ
Dia berharap, program kolaborasi ini menjadi langkah nyata terhadap kesehatan di pesantren.
"Kami ingin memberikan wawasan kepada santri dan pengasuh tentang cara menjaga kesehatan dan kebersihan secara mandiri. Jika santri sehat, maka negara juga sehat,” katanya.
Sedangkan Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) PDNU, dr Muhammad S Niam menuturkan, inisiatif pembuatan buku ini lahir dari pengalaman panjang kolaborasi antara PDNU, Gernas Ayo Mondok, dan berbagai unsur yang peduli terhadap kesehatan pesantren.
"Kami sudah terbiasa bekerja sama dengan tim penggerak Ayo Mondok, terutama sejak masa Covid. Saat itu kita bersama-sama memberikan layanan, perlindungan, hingga saran kesehatan untuk pesantren, para ulama, dan santri,” ujarnya.
Menurut dr Niam, komunitas pesantren memiliki kekhususan yang membuat mereka rentan terhadap penyakit, terutama yang bersifat menular. Karena itu, kebutuhan akan panduan kesehatan yang standar menjadi sangat penting.
“Upaya penyusunan buku panduan tersebut sebenarnya sudah lama direncanakan, namun kini semakin mudah direalisasikan melalui gerakan nasional yang lebih masif,” ujar dr Niam.
"Kita ingin membuat pedoman bagaimana hidup sehat di pesantren. Semoga buku ini bisa segera tersebar dan memberi manfaat,” tandasnya.
BUDAYA KEBERSIHAN: Dokter Niam, budaya kebersihan di pesantren perlu terus ditingkatkan. | Foto: Barometerjatim.com/RQ
Dia menekankan, budaya kebersihan di pesantren perlu terus ditingkatkan. Sehingga tidak lagi muncul anggapan keliru, bahwa kondisi kurang bersih merupakan bagian dari kehidupan santri.
"Dulu mungkin ada pernyataan kalangan salah satu pondok bahwa jorok tapi suci. Padahal suci itu di atas bersih. Kalau tidak bersih, jangan pertanyakan kesuciannya,” katanya.
Riset ke Pesantren
Ketua Tim Riset, PIC (Person in Charge) Penyusunan Buku sekaligus Chief Editor, dr Syifa Mustika menambahkan buku ini merupakan program utama Divisi Kesehatan dan Kebersihan Lingkungan Pesantren Gernas Ayo Mondok.
"Kita ingin membuat buku saku yang benar-benar bermanfaat. Tapi dasarnya tidak bisa asal memilih penyakit. Jadi, kami melakukan survei besar ke seluruh pesantren anggota Gernas Ayo Mondok,” terangnya.
Survei melibatkan 600 responden terdiri atas pengurus pesantren dan santri. Lewat kuesioner yang mencakup penyakit menular, tidak menular, masalah kesehatan, hingga kebersihan lingkungan, tim mengidentifikasi daftar penyakit yang paling banyak dialami di pesantren.
Hasilnya, memang yang paling banyak adalah skabies atau gudik di samping dermatitis yang juga cukup dominan. Setelah itu, penyakit saluran pernapasan seperti ISPA, bronkitis, hingga TBC.
“Berikutnya penyakit saluran pencernaan seperti gastritis, dispepsia, GERD, dan hepatitis,” jelas dr Syifa.
DIAWALI RISET: Dokter Syifa Mustika, penulisan buku diawali dengan riset ke pesantren. | Foto: Barometerjatim.com/RQ
Survei juga menunjukkan tingginya permintaan agar masalah kesehatan mental (psikosomatis) ikut dibahas dalam buku.
“Itu juga akan masuk dalam pembahasan, termasuk anemia dan beberapa kondisi lain yang dianggap penting oleh santri dan pengurus,” katanya.
Tim penyusun buku, tambah dr Syifa, melibatkan dokter-dokter dari PDNU serta mahasiswa kedokteran dari Nadhlatul Ulama Medical Student Association (NUMSA). Mereka bertugas menulis berbagai bab sesuai bidang keahlian masing-masing.{*}
| Baca berita Gernas Ayo Mondok. Baca tulisan terukur Rofiq Kurdi | Barometer Jatim - Terukur Bicara Jawa Timur