Dipaksa Mundur dari Ketum PBNU, Gus Yahya Tolak Mentah-mentah!

Reporter : -
Dipaksa Mundur dari Ketum PBNU, Gus Yahya Tolak Mentah-mentah!
TOLAK MUNDUR: Gus Yahya, tolak mentah-mentah mundur dari Ketua Umum PBNU. | Foto: Barometerjatim.com/BKT

SURABAYA | Barometer Jatim – Dipaksa syuriyah mundur dari Ketua Umum Pengurus besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya menolak mentah-mentah. Alih-alih mundur, tebersit saja tidak.

“Saya sama sekali tidak tebersit pikiran untuk mundur, karena saya mendapatkan amanat dari muktamar ini untuk 5 tahun,” katanya usai bertemu Ketua PWNU se-Indonesia di Hotel Navator Samator Surabaya, Sabtu malam hingga Minggu dini hari (22-23/11/2025).

“Pada muktamar ke-34 yang lalu, saya mendapatkan mandat 5 tahun dan akan saya jalani selama 5 tahun. Insyaallah saya sanggup, maka saya sama sekali tidak tebersit pikiran untuk mundur,” tandasnya.

Lagi pula, hingga kini Gus Yahya belum menerima secara fisik surat apa pun dari syuriyah. Soal risalah yang beredar di media sosial, menurutnya itu tidak memenuhi standar dokumen resmi PBNU.

“Karena kalau dokumen resmi itu tanda tangannya digital, sehingga benar-benar bisa dipertanggungjawabkan kapan tanda tangannya, oleh siapa, dan seterusnya. Kalau tanda tangan manual itu bisa saja, sekarang kan zamannya begini, gampang sekali. Maka kita lihat nanti,” jelasnya.

Syuriyah Tak Berwenang

Kalau risalah tersebut dikatakan sebagai keputusan rapat harian syuriyah yang punya konsekuensi memundurkan Ketum PBNU, Gus Yahya menandaskan, maka menurut AD/ART PBNU tidak berwenang.

“Memberhentikan fungsionaris yang lain saja tidak (berwenang). Memberhentikan, misalnya salah seorang wakil Sekjen atau ketua lembaga, itu rapat harian syuriyah tidak bisa. Apalagi ketua umum,” jelasnya.

“Maka kalau kemudian rapat harian syuriyah ini membuat satu implikasi untuk memberhentikan ketua umum, itu tidak sah,” tegasnya.

Lepas dari semua itu, menurut Gus Yahya, NU merupakan organisasi besar dan sudah tua. Sudah mengalami segala macam gelombang sepanjang sejarahnya.

“Saya optimis, bahwa NU punya di dalam dirinya kemampuan untuk mengatasi masalah ini dengan sebaik-baiknya,” kata Gus Yahya.

Insyaallah akan ditemukan jalan keluar yang baik untuk kemaslahatan bersama, umat, bangsa dan negara. Ini yang kita harapkan dan saya tidak akan berhenti untuk mengupayakan hal itu,” sambungnya.

Gus Yahya akan terus berupaya, bergerak, apa pun yang bisa dilakukan agar jalan keluar bisa ditemukan untuk kemaslahatan bersama bagi NU, warganya, bangsa dan negara.

“Karena NU ini begitu besarnya, sehingga ya boleh dikata kira-kira separuh wajah Indonesia ini adalah NU. Jadi kalau NU-nya ini tidak baik ya wajah Indonesia bisa jadi ikut tidak baik,” ucap Gus Yahya.

“Maka ini kewajiban saya buka hanya sebagai ketua umum dan warga NU, tapi juga kewajiban bagi bangsa dan negara,” tuntasnya.{*}

| Baca berita PBNU. Baca tulisan terukur Andriansyah | Barometer Jatim - Terukur Bicara Jawa Timur

Simak berita terukur barometerjatim.com di Google News.