5 Tahun Jadi Program Andalan Khofifah-Emil, Ternyata Mayoritas Warga Jatim Tak Tahu MJC!

SURABAYA | Barometer Jatim – Meski sudah 5 tahun berjalan dan kembali menjadi salah satu program andalan di periode kedua Khofifah Indar Parawansa-Emil Elestianto Dardak, ternyata mayoritas warga Jatim tidak tahu apa itu Millennial Job Center (MJC).
Terbukti, dari hasil survei tatap muka yang dilakukan Indikator Politik Indonesia pada 12-19 Mei 2025, sebanyak 88,2% warga Jatim tidak tahu program yang disebut-sebut untuk menekan angka pengangguran itu dan hanya 11,8% yang mengaku tahu.
“Saya sudah mendengar ini (MJC) sejak periode pertama. Program Mas Emil kalau enggak salah ini, Pak Wagubnya. Tapi ini baru 11,8%, padahal sudah dari periode pertama ini,” kata Direktur Riset Indikator Politik Indonesia, Moch Adam Kamil dengan nada heran saat memaparkan hasil surveinya via zoom, Rabu (28/5/2025).
Dari 11,8% yang mengaku tahu, mayoritas setuju dengan program MJC. Rinciannya 20,1% sangat setuju, 69,8% setuju, 8,7% kurang setuju, dan 1,4% tidak setuju sama sekali. Mayoritas responden juga percaya MJC akan menekan angka pengangguran di Jatim. Rinciannya 16,5% sangat percaya, 75,4% cukup percaya, dan 8,1% tidak percaya.
“Namun lagi-lagi awareness publik itu sangat rendah. Oleh karena itu efek ungkitnya pun ya jadi minim,” tandas Adam.
Survei Indikator Politik Indonesia menggunakan metode multistage random sampling. Jumlah sampel 600 responden dengan toleransi kesalahan (margin of error) lebih kurang 4,1% pada tingkat kepercayaan 95%.
Hanya Keren di Nama
Di luar survei, MJC memang menjadi salah satu program andalan Pemprov Jatim yang banyak mendapat sorotan dan kritik tajam. Terlebih di saat gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) masih terus menghantui dunia ketenagakerjaan di Jatim.
Ketua BPJS Watch Jawa Timur, Arief Supriyono menyatakan keprihatinannya atas maraknya PHK di berbagai sektor industri.
“PHK ini bukan sekadar soal angka, tapi soal perut. Ada keluarga di belakang setiap pekerja yang kehilangan mata pencaharian. Ini persoalan serius,” ujarnya.
Data terbaru BPJS Ketenagakerjaan mencatat, sepanjang 1 Januari hingga 10 Maret 2025, terdapat 73.992 pekerja yang tidak lagi menjadi peserta aktif akibat PHK. Klaim Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP) pun melonjak tajam.
Per 12 Mei, tercatat 134.778 klaim JHT dengan total nilai lebih dari Rp1,9 triliun, sementara klaim JKP mencapai 14.189 orang.
Ironisnya, meski Pemprov Jatim menggagas MJC sebagai solusi menghadapi disrupsi dunia kerja, Arief menyebut program ini belum sepenuhnya efektif.
“Saya coba akses situs mjc.jatimprov.id, tapi realitanya banyak pemuda yang belum terserap. Program ini belum menyentuh kebutuhan mendesak para korban PHK,” ujarnya.
Menurut Arief yang juga pengamat ketenagakerjaan Jatim, program seperti MJC perlu dievaluasi menyeluruh agar tidak sekadar menjadi proyek pencitraan digital.
“MJC bagus sebagai ide, tapi eksekusinya harus lebih tajam. Kita butuh pelatihan yang relevan dengan kebutuhan industri, bukan sekadar konten yang menarik di atas kertas,” tegasnya.
PENGANGGURAN: Hingga Februari 2025 lulusan SMK penyumbang terbanyak pengangguran di Jatim. | Data: BPS Jatim
Sedangkan data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, sebanyak 894,50 ribu orang (3,61%) di Jatim masih menganggur per Februari 2025. Meski demikian, dibandingkan Februari 2024 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) mengalami penurunan 0,13% poin dari sebelumnya 3,74% (902,35 ribu).
Dilihat dari pendidikan yang ditamatkan, lulusan SMK yang seharusnya terbantu MJC justru tercatat paling banyak menganggur (5,87%) disusul sarjana (Diploma IV, S1, S2, S3) sebanyak 5,60%, dan tersedikit lulusan SD ke bawah (1,98%).
“TPT sebesar 1,98% itu terdapat pada penduduk berpendidikan SD ke bawah, sementara TPT tertinggi sebesar 5,87% terdapat pada lulusan SMK,” terang Kepala BPS Jatim, Zulkipli.
Sejak periode pertama Khofifah-Emil, MJC bahkan sudah mendapat kritik tajam dari Wakil Ketua DPRD Jatim periode 2019-2014, Anwar Sadad. MJC disebutnya hanya keren secara nama, tapi hasilnya tidak memberikan dampak signifikan.
"Nama yang keren, tapi fakta membuktikan tidak cukup memberikan dampak yang signifikan terhadap kaum milenial," kata Sadad yang kini anggota DPR RI dari Fraksi Partai Gerindra.{*}
| Baca berita MJC. Baca tulisan terukur Andriansyah | Barometer Jatim - Terukur Bicara Jawa Timur