Tekad Emil Dardak: Bangun Jawa Timur Selevel Belanda
BANGUN EKONOMI JATIM: Khofifah Indar Parawansa dan Emil Dardak, membangun dan menyejahterakan masyarakat Jawa Timur tanpa ego sektoral. | Foto: Barometerjatim.com/ROY HASIBUAN
TRENGGALEK, Barometerjatim.com Emil Elestianto Dardak memang bukan tipe kepala daerah yang 'doyan' bicara. Sebaliknya, bupati milenial itu lebih banyak menunjukkan siapa dirinya dengan capaian kinerja dan hasilnya memang nyata.
Salah satu prestasi hebat yang diukir, dalam dua tahun kepemimpinanya di Trenggalek, dua kali secara beruntun kabupaten di barat daya Jatim itu meraih opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Tahun Anggaran 2015 dan 2016. Luar biasa!
Belum lagi kinerja dalam mempertahankan ekonomi di tengah cobaan bencana yang luar biasa. Lalu bersinergi dengan berbagai pihak dalam membangun inovasi di bidang UKM, mendorong rumah sakit untuk mendapatkan akreditasi lebih baik, hingga mengatasi pembangunan yang hampir menyebabkan dana yang sudah diamanatkan ke Trenggalek tak bisa terserap.
Baca: Giliran Relawan Mataraman Ikrar Dukung Khofifah-Emil
Lantas, terobosan apa yang akan dilakukan Emil Dardak bersama Khofifah Indar Parawansa jika diberi amanat masyarakat untuk memimpin Jatim? Salah satunya, mengubah Jatim sekelas Belanda! Mengapa Negeri Kincir Angin yang menjadi komparasi?
"Jangan lupa, Jatim memiliki luas kurang lebih 48.000 km2 dan menyumbang kurang lebih 15 persen perekonomian Indonesia atau sekitar 1.800 triliun lebih dihasilkan dari Jatim," papar suami Arumi Bachsin itu usai menghadiri deklarasi dan ikrar dukungan relawan se-Mataraman untuk Khofifah-Emil di salah satu hotel di Trenggalek, Sabtu (2/12).
Baca: Soekarwo: Kader Demokrat Wajib Menangkan Khofifah-Emil
Dari segi luas wilayah, lanjutnya, Belanda hampir sama dengan Jatim, bahkan populasi pendudukanya hanya sekitar 16,9-17 juta pada 2015. Bandingkan dengan Jatim yang berpenduduk 38 juta lebih.
"Tapi dengan jumlah penduduk yang lebih sedikit, GDP (Gross Domestic Product atau PDB/Produk Domestik Bruto) Belanda sekitar 750 miliar dolar AS atau sekitar Rp 7.500 triliun," paparnya.
"Penduduk hanya seperempat, luas wilayah sama dengan Jatim tetapi bisa menghasilkan ekonomi hampir enam kali lipat Jatim, itu Belanda. Artinya apa, masih banyak ruang yang bisa kita perbuat untuk memajukan Jatim."
Tak berlebihan, memang, kalau Emil bicara global kerena di usianya yang masih muda (33 tahun) dia sudah memiliki jaringan internasional, termasuk berpengalaman sebagai eksekutif di lembaga keuangan Bank Dunia serta menjabat wakil presiden di Asosiasi Kepala Derah se-Asia Pasifik.
Bandara di Mataraman
MELENGKAPI KHOFIFAH: Emil Dardak, pengalamannya di level internasional akan melengkapi Khofifah Indar Parawansa memimpin Jatim. | Foto: Barometerjatim.com/ROY HASIBUAN MELENGKAPI KHOFIFAH: Emil Dardak, pengalamannya di level internasional akan melengkapi Khofifah Indar Parawansa memimpin Jatim. | Foto: Barometerjatim.com/ROY HASIBUAN
Bagi Emil, membangun Jatim tak cukup dengan semangat baja, tapi perlu penyiapan infrastuktur. Hal itupun sudah diantisipasinya. Bersama tujuh kepala daerah lain di wilayah Mataraman, Emil tengah menyiapkan bandara untuk membangun kemajuan perekonomian di Jatim, terutama di wilayah Mataraman.
"Kalau ingin maju ekonominya harus membuka akses penerbangan udara. Bagaimana mungkin kita ingin menjadi daerah jasa, perdagangan kalau dari bandara saja jauh. Begitu juga dengan pariwisata dan seterusnya," paparnya.
Selama ini, lanjut Emil, lebih dari 10 juta penduduk di wilayah Mataraman tidak terlayani bandara karena memang di wilayah tersebut tidak boleh dibangun bandara lantaran 24 jam digunakan untuk latihan tempur.
Baca: Dukungan untuk Khofifah-Emil Mengalir dari Lamongan
"Kami sampaikan tidak usah full, cukup beberapa waktu dalam sehari untuk bisa memiliki penerbangan guna mendorong kemajuan ekonomi," katanya.
"Alhamdulillah Bapak Presiden Jokowi sudah memerintahkan Panglima TNI dan Menhub agar mengalokasikan penerbangan sipil untuk wilayah Mataraman. Sebuah sejarah baru bagi masyarakat Jatim."
Atas perintah Menkopolhukam saat itu, Luhut Binsar Panjaitan, para kepala daerah pun bersepakat untuk mencari tanah ratusan hektare dan mendapatkannya di selatan Tulungagung (masuk wilayah Kediri) milik Perhutani.
Hapus Ego Sektoral
Meski Emil sangat 'berkeringat' soal lobi-lobi pembangunan bandara di wilayah Mataraman, dia tak bersikeras agar dibangun di wilayah pemerintahannya, Trenggalek.
"Buat apa ngotot membangun bandara di Trenggalek, kalau manfaatnya lebih kecil. Lebih baik dibangun di derah lain dan kami fokus pembangunan pelabuhan. Maka semuanya dapat, Tulungagung, Kediri, Trenggalek, semua dapat," paparnya.
Baca: Emil Dardak, Sosok Milenial Penggerus Popularitas Anas
Perspektif inilah yang didorong Emil. Hal itu juga ditunjukkan kalau kedatangan tamu sekelas menteri, misalnya, dia akan mengundang kepala daerah lain di sekitar Trenggalek. "Karena kita membangun ini dalam bingkai NKRI, bukan ego daerah sendiri-sendiri. Inilah konsep untuk membangun Jatim, bukan membangun kejayaan satu daerah," tuntasnya.