Jakarta Berdarah Ulama Doakan Bangsa di Malam Nuzulul Quran

-
Jakarta Berdarah Ulama Doakan Bangsa di Malam Nuzulul Quran
KH Abdullah Muchith, doakan bangsa di tengah suhu panas politik. | Foto: Barometerjatim.com/roy hs

SURABAYA, Barometerjatim.com Sejumlah kiai, habaib dan umat Islam dari berbagai daerah di Jatim berkumpul di Masjid Agung Sunan Ampel, Surabaya, Selasa malam hingga Rabu (22/5/2019) dini hari.

Selain untuk memperingati Nuzulul Qur'an, 17 Ramadhan 1440 H, juga mendoakan bangsa dari situasi panas akibat penolakan hasil Pemilu 2019, yang ditandai dengan rusuh di Jakarta hingga menelan korban jiwa.

"Mari kita kembalikan kepada Allah. Lewat tempat yang mulia ini, peninggalan Sunan Ampel, kita memohon agar bangsa Indonesia jangan sampai dibawa berlarut-larut dalam situasi kesusahan," ajak Guru Tarekat Tijani Malang, KH Abdullah Muchith.

Selain Kiai Muchith, acara juga dihadiri Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Ilmu Al Qur'an (PIQ) KH Basori Alwi serta Pengasuh Ponpes An-Nur Lasem, Rembang, Jateng, KH Abdul Qoyyum Mansur yang diundang untuk memberikan ceramah.

Kiai Muchith yang juga pendiri Ikatan Persaudaraan Imam Masjid Indonesia (IPIM) menambahkan, situasi politik yang panas seperti sekarang, harus disambung dengan dzikir dan doa agar bangsa Indonesia diselamatkan Allah Swt.

"Lewat dzikir, kita memohon supaya bangsa Indonesia segera dikendalikan oleh Allah Swt. Supaya bangsa Indonesia bisa maslahat dan makmur, sebagaimana amanat Undang-undang Dasar 1945," katanya.

"Kalau diteruskan dan sampai menderitakan, kasihan umat. Kita harus benar-benar minta kepada Allah Swt, agar jangan sampai ada kejadian yang tidak disenangkan bersama oleh bangsa ini. Makanya saya ajak dzikir kepada Allah," sambungnya.

Peringatan Nuzulul Qur'an di Masjid Agung Sunan Ampel Surabaya. | Foto: Barometerjatim.com/roy hsPeringatan Nuzulul Qur'an di Masjid Agung Sunan Ampel Surabaya. | Foto: Barometerjatim.com/roy hs
Peringatan Nuzulul Qur'an di Masjid Agung Sunan Ampel Surabaya. | Foto: Barometerjatim.com/roy hs

Ditanya soal kelompok yang mengatasnamakan agama, Kiai Muchith enggan menilai karena itu hak masing-masing. "Saya tidak usah menilai, karena penilaian saya belum tentu benar. Kita tidak boleh membenci si A atau si B, itu enggak boleh. Kita kembalikan pada Allah," katanya.

Sementara KH Abdul Qoyyum Mansur, dalam ceramahnya menekankan pada nilai-nilai Al Qur'an yang semestinya dijadikan pedoman perilaku umat Islam.

"Setiap kali mengerjakan sesuatu, sebelum atau sesudahnya, harus berpikir sesuai dengan nilai-nilai Al Qur'an karena sumber hidayah," kata kiai yang akrab disapa Gus Qoyyum itu.

ยป Baca Berita Terkait Sunan Ampel

Simak berita terukur barometerjatim.com di Google News.