Gerindra Kecewa Eri Cahyadi: Hanya Milik Satu Partai, Bukan Benar-benar Jadi Bapaknya Arek Suroboyo!
SURABAYA | Barometer Jatim – Partai Gerindra tengah merajut poros baru untuk melawan PDIP di Pilwali Surabaya 2024. Jagoannya pun sedang disiapkan untuk melawan duet petahana yang merupakan kader Partai Banteng, Eri Cahyadi-Armuji.
Mengapa tidak ikut mengusung petahana? Ketua DPD Partai Gerindra Jawa Timur, Anwar Sadad blakblakan mengaku partainya kecewa dengan Eri Cahyadi. “Sebenarnya kita punya harapan besar, Pak Eri Cahyadi itu benar-benar bisa menjadi bapaknya arek-arek Suroboyo,” katanya, Rabu (15/5/2024).
“Tetapi kemudian pilihan politiknya untuk mengidentifikasi dirinya sebagai milik hanya satu partai, menurut saya tentu banyak pihak yang dikecewakan,” sambungnya.
Dan Gerindra, tandas politikus keluarga Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan yang akrab disapa Gus Sadad itu, dengan posisi sebagai pemenang kedua di Surabaya -- peraih 8 kursi di bawah PDIP dengan 11 kursi -- punya pertanggungjawaban moral kepada pemilih.
“Untuk berpikir keras di sisa waktu yang tersedia ini, untuk bagaimana mencari figur yang paling tepat di antara nama-nama dan kader-kader yang sudah ada, yang sudah menunjukkan kerja-kerja politiknya dengan maksimal,” katanya.
- GERINDRA DI PILWALI SURABAYA 2020
> Gerindra berkoalisi dengan PKB, PPP, PAN, Golkar, PKS, Demokrat, dan Nasdem mengusung Machfud Arifin-Mujiaman (Maju).
> Machfud-Mujiaman mendapatkan 451.794 suara (43,06%), kalah dari lawannya yang diusung PDIP, Eri Cahyadi-Armuji (Erji) dengan raihan 597.540 suara (56,94%) atau selisih 145.746 suara (13,88%).
> Terdapat 1.098.469 pemilih yang menggunakan haknya di Pilkada Surabaya 2020. Sebanyak 1.049.334 suara dinyatakan sah dan 49.135 tidak sah.
Inilah yang dalam waktu dekat, ucap politikus yang juga Wakil Ketua DPRD Jatim tersebut, akan segera diputusan bersama dengan partai koalisi.
“Kita sudah punya kesepahaman terutama degan Partai Golkar. Kemudian PSI juga kita sudah mulai saling menyatukan pemahaman, pandangan, dan saya kira dengan modal itu akan bisa menarik partai-partai lain,” paparnya.
“Saya juga mendapatkan laporan PKB juga merapat. Menurut saya, bukan tidak mungkin Gerindra akan segera menemukan figur yang nanti akan berkontestasi melawan petahana,” imbuh Sadad.
Jadi Gerindra lebih interes membuat poros baru ketimbang mendukung duet merah-merah di Pilwali Surabaya 2024?
“Menurut saya kan ini reaksi, bukan aksi ya. Ini reaksi. Ada semacam ‘kesengajaan’ untuk meninggalkan komunikasi yang sudah terjalin,” katanya.
Sebenarnya, ucapa Sadad, Eri Cahyadi sudah bersilaturahmi dengan pengurus Partai Gerindra Surabaya, bahkan datang di acara buka puasa bersama. Hal itu disebutnya awal yang baik untuk menempatkan Eri pada posisi milik bersama.
“Dan itu dalam pandangan Gerindra adalah bagian dari kebesaran hati seorang pemimpin. Tapi kemudian beliau mengambil langkah atau pilihan politik, mengecilkan kapasitas dirinya dari milik bersama menjadi milik sekelompok atau beberapa Parpol,” katanya.
Bagi Sadad yang akan 'hijrah' ke Senayan sebagai anggota DPR RI periode 2024-2029, itu pilihan politik dengan segala risiko yang harus ditanggungnya.
“Dan menurut saya ya wajar, kita tidak bisa menghalang-halangi. Itu sudah merupakan pilihan politik terbaik mungkin ya bagi beliau. Tapi tentu Gerindra tidak boleh disalahkan juga kalau mengambil pilihan politik yang lain,” ujarnya.{*}
| Baca berita Pilwali Surabaya. Baca tulisan terukur Abdillah HR | Barometer Jatim - Terukur Bicara Jawa Timur