Fenomena Keluar Masuk Pengurus Demokrat Jatim, Pakar: Parpol Jangan Terjerumus Politik Perkemahan!

Reporter : -
Fenomena Keluar Masuk Pengurus Demokrat Jatim, Pakar: Parpol Jangan Terjerumus Politik Perkemahan!
POLITIK PERKEMAHAN: Surokim Abdussalam, partai politik jangan terjerumus politik perkemahan. | Foto: Barometerjatim.com/IST

SURABAYA, Barometer Jatim – Partai Demokrat Jatim di bawah nakhoda Emil Elestianto Dardak kembali menjadi sorotan tajam setelah Wakil Bendaharanya, Sugiharto mengundurkan diri sebagai pengurus maupun kader. Mundurnya politikus yang akrab disapa Totok itu kian mempertegas fenomena keluar masuk pengurus maupun kader di Demokrat Jatim

Sebelumnya, anak Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, Ali Mannagalli masuk Demokrat pada 22 April 2022 dan langsung menduduki jabatan strategis sebagai wakil ketua. Kehadiran Ali setelah menantu mantan Gubernur Jatim Soekarwo, Bayu Airlangga hengkang. Namun Ali akhirnya juga memutuskan mundur pada 8 Maret 2023 dan kini disusul Sugiharto yang ikut angkat kaki. 

Bagi Pakar Politik asal Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Surokim Abdussalam, Parpol sejauh mungkin, sekuat mungkin, dan harus serius menghindari fenomena keluar masuk anggota, kader, dan pengurus agar kondisi internal bisa stabil.

Baca juga:
Usai Anak Khofifah Kini Wakil Bendahara Mundur, Ada Apa dengan Demokrat Jatim di Bawah Nakhoda Emil Dardak?

“Partai harus punya mekanisme yang kuat, tegas, dan permanen untuk menjadi rumah permanen bagi anggota dan kader dan menghindari diri dari coba-coba,” katanya pada Barometerjatim.com, Sabtu (25/3/2023).

“Jika keluar masuk anggota dan pengurus (turn-out) tinggi, maka situasi seperti itu bisa membuat Parpol terjerumus pada fenomena politik perkemahan,” sambung Surokim, sembari menegaskan bahwa kemah sifatnya hanya tempat berteduh untuk sesaat alias tidak jangka panjang.

Politik perkemahan, tandas pakar yang juga Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya (FISIB) UTM tersebut, bisa menganggu kinerja, menganggu fokus menjalankan fungsi pengkaderan, stabilisasi organisasi, dan kemudian bisa menganggu energi ekspansi partai.

“Jika kader dan pengurus partai banyak yang keluar masuk memang akan menganggu konsentrasi, fokus, dan soliditas partai dan biasanya akan ikut mengguras energi partai untuk bisa fokus pada pemenangan dan ekspansi. Energinya akan banyak tersedot pada stabilisasi partai,” terangnya.

Selain itu pula yang patut diwaspadai, kata Surokim yang juga peneliti senior di Surabaya Survei Center (SSC), Parpol akan mendapat tone negatif dari opini publik karena masyrakat bisa menganggap pengkaderan tidak jalan dan keanggotaan tidak solid.

“Fungsi rekrutmen dianggap terlalu longgar dan tidak ketat, serta kurang selektif. Tentu saja ini akan bisa memengaruhi elektabilitas partai pada giliran berikutnya jika tidak dilakukan upaya sungguh-sungguh,” pungkasnya.{*}

» Baca Berita Demokrat, Baca tulisan terukur Roy Hasibuan

Simak berita terukur barometerjatim.com di Google News.