Pemprov Jatim Tepis Anggapan Operasi Pasar Turunkan Omzet Pedagang: Justru Mereka Dilibatkan!
SURABAYA, Barometerjatim.com – Pemprov Jatim menepis anggapan bahwa operasi pasar bisa menurunkan omzet pedagang. Justru pedagang dilibatkan karena merupakan implementasi dari konsep IKI (Inisiatif, Kolaborasi, dan Inovasi) yang digagas Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa untuk mengendalikan harga komoditas strategis.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Biro Perekonomian Pemprov Jatim, Iwan menegaskan, operasi pasar yang menjual antara lain gula, beras, dan minyak goreng di setiap daerah selalu melibatkan beberapa pasar.
Misalnya di Surabaya ada lima pasar. Yakni Pasar Pucang, Pasar Tambakrejo, Pasar Soponyono, Pasar Wonokromo, dan Pasar Genteng, maka mereka berjualan sepekan penuh.
Program kemitraan dengan pedagang ini, tandas Iwan, merupakan upaya pemerataan karena operasi pasar digelar setiap akhir pekan. Lagi pula antusias masyarakat cukup besar, namun tak sedikit yang mengeluh karena mereka tak memiliki waktu ke pasar di akhir pekan.
Karena itu, Biro Perekonomian dan PT Jatim Graha Utama (JGU) selaku pelaksana program ini, menyiasatinya dengan melibatkan pedagang. Dengan demikian, masyarakat tetap bisa belanja bahan pokok operasi pasar di pedagang yang sudah ditunjuk.
“Warga yang tidak bisa belanja di akhir pekan, bisa datang ke pedagang tersebut,” jelasnya.
Harga Tetap Terpantau
Iwan menambahkan, program operasi pasar setiap akhir pekan ini untuk menjaga stabilitas harga bahan pokok pada triwulan akhir dengan melibatkan pedagang pasar tradisional di daerah.
“Program ini menjadi perhatian masyarakat, sebab tren harga bahan pokok setiap Natal dan Tahun Baru (Nataru) selalu mengalami kenaikan,” katanya.
Tujuan lain dari program ini, lanjut Iwan, untuk menggerakkan ekonomi di kalangan pedagang, mereka turut menjadi bagian dari operasi pasar. Sistemnya, pedagang kulakan bahan pokok dengan harga rendah di pemerintah untuk selanjutnya dijual ke konsumen.
“Catatannya, pedagang tidak boleh menjual di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang telah disepakati," ucapnya.
Menurut Iwan, pedagang mendapat keuntungan dari selisih kulakan dengan harga jual di konsumen. Agar tetap terpantau, Biro Perekonomian Jatim menempelkan daftar haga komoditas pada kios pedagang mitra kerja sama.
“Setiap pasar ada sekitar 10 hingga 30 pedagang yang dilibatkan. Konsep tersebut menjawab keresahan pedagang,” ujarnya.
Sedangkan Pemprov Jatim melalui program operasi pasar inii menyuplai bahan pokok dengan harga di bawah pasar. Stok yang disediakan cukup besar dan aman hingga akhir tahun ini.{*}
» Baca berita terkait Pemprov Jatim